BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini bandeng (Chanos chanos, Forskal) dibudidayakan secara tradisional dengan
padat penebaran berkisar antara 3000-5000 individu/ha. Budidaya ini hanya
mengandalkan pupuk untuk pertumbuhan kelekap sebagai pakan alami dan konstruksi
tambak seadanya maka produksi rata-rata yang dicapai hanya sekitar 300-1.000
kg/ha/musim. Lambatnya teknik budidaya bandeng disebabkan oleh pasokan nener
(benih bandeng) yang sangat tergantung dari hasil tangkapan di alam. Keberhasilan
produksi benih di hatchery (panti
benih) memungkinkan pasokan nener yang kontinyu sepanjang tahun sehingga
pembesaran di tambak dilakukan lebih intensif. Produksi bandeng dapat
ditingkatkan lebih dari 500% bila teknik budidaya diperbaiki dan dikembangkan secara
intensif.
Bandeng (Chanos chanos, Forskal)
merupakan salah satu jenis ikan budidaya yang menjadi komoditas perikanan
andalan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan meningkatnya permintaan dari
tahun ke tahun, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Ikan bandeng (Chanos chanos, Forskal)
mempunyai pertumbuhan yang relatif cepat, dan dapat hidup pada kisaran
salinitas yang tinggi serta tahan terhadap penyakit (Kordi, 2007).
Pada
saat ini masih terdapat berbagai kendala terhadap pengelolaan ketersediaan sumberdaya
tambak yang belum termanfaatkan secara optimal. Mempertimbangkan situasi
tersebut perlu dilakukan peninjauan pada strategi pengembangan budidaya tambak
sehingga tidak lagi bertumpu pada satu jenis komoditas tetapi juga dengan
melakukan diversifikasi komoditas serta diversifikasi pemanfaatannya, hal ini
diharapkan mampu mengatasi masalah penurunan produksi tambak.
Teknik
budidaya bandeng diarahkan untuk meningkatkan produksi dan keuntungan dengan
cara menghasilkan bandeng berkualitas. Budidaya bandeng meliputi penentuan
metode budidaya, pemilihan lokasi, rancang bangun, tata letak, konstruksi,
serta seleksi benih sampai dengan gelondongan, pembesaran, panen, pasca panen
dan pemasaran. Selain itu juga harus tetap memperhatikan sistem pengelolaan
mutu/kualitas air dan pakan, serta pencegahan/ penanggulangan hama dan
penyakit.
Tambak
yang dimiliki oleh masyarakat Desa Bipolo mempunyai fungsi dan peran sebagai
pemenuhan kebutuhan konsumen ikan bandeng, sebagai area pemancingan bagi
kebutuhan refresing perkotaan dan penyuplai umpan untuk kebutuhan pemancingan
ikan tuna/cakalang. Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan produksi
tambak budidaya yakni manajemen. Faktor manajemen merupakan salah satu faktor
dalam mendukung keberhasilan suatu usaha. Pengembangan usaha budidaya bandeng
di tambak perlu memperhatikan beberapa aspek antara lain : analisis kesesuaian
lahan, perencanaan produksi, pelaksanaan kegiatan budidaya sampai dengan sistem
pemasaran pemasaran serta keuangan.
Selama
ini budidaya ikan bandeng yang dikembangkan oleh pembudidaya di Desa Bipolo
belum mengikuti tahapan manajemen yang baik. Oleh karena itu untuk mengetahui
permasalahan yang dihadapi pembudidaya ikan bandeng di Desa Bipolo ditinjau
dari segi manajemen usaha, perlu dilakukan penelitian dengan judul ”Manajemen Usaha Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos, Forskal) di Tambak
Tradisonal
Masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan
Sulamu, Kabupaten Kupang”.
1.2.Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana tahap-tahap
perencanaan produksi dalam budidaya ikan bandeng di tambak tradisional
masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
2. Bagaimana
tahapan pelaksanaan budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa
Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
3. Bagaimana
proses pemasaran ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo,
Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
1.3.Tujuan Dan Kegunaan
1.3.1
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui tahapan perencanaan produksi budidaya ikan bandeng di tambak
tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
2.
Untuk
mengetahui pelaksanaan budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat
Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
3.
Untuk
mengetahui proses pemasaran ikan bandeng ditambak tradisional masyarakat Desa
Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
1.3.2
Adapun
kegunaan dari penelitian ini adalah :
1.
Sebagai sumber informasi bagi pembudidaya ikan bandeng di tambak
tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang tentang
tahap-tahap manajemen dalam usaha budidaya ikan bandeng.
2.
Sebagai
bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Manajemen
Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia
hingga saat ini belum ada keseragaman.Selanjutnya, bila kita mempelajari
literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung
tiga pengertian yaitu: 1)Manajemen
sebagai suatu proses, 2)Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen, 3)Manajemen
sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen
sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yangdiberikan oleh para ahli. Untuk
memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi. Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa
manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu
diselenggarakan dan diawasi.
Selanjutnya, Hilman
mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu
untuk mencapai tujuan yang sama. Menurut pengertian
yang kedua, manajemen adalah kolektivitas
orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen.
Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen
dalam suatu badan
tertentu disebut manajemen. Menurut
pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu
pnegetahuan. Menurut
James A. F. Stoner, manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota
organisasi danmenggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan
2.3
Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi
manajemen yang terdapat dalam sebuah usaha perikanan antara lain sebagai
berikut :
1.
Perencanaan
Fungsi ini merupakan tindakan untuk
menentukan sasaran dan arah yang dipilih. Di dalam perencanaan dituntut adanya
kemampuan untuk meramalkan, mewujudkan dan melihat ke depan dengan dilandasi
oleh tujuan-tujuan tertentu.
2.
Pengorganisasian
Fungsi ini merupakan tindakan mengatur
dan membagi-bagi bidang pekerjaan antara kelompok yang ada. Setelah terbentuk
kelompok yang diperlukan, fungsi pengorganisasian akan menetapkan dan
memperinci hubungan-hubungan yang diperlukan.
3.
Penggerakan
Penggerakan merupakan tindakan untuk
merangsang anggota-anggota kelompok agar melaksanakan tugas-tugas yang telah
dibebankan dengan baik dan antusias.
4.
Pengawasan
Fungsi ini merupakan tindakan untuk
mengawasi aktivitas-aktivitas yang terkait agar dapat berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan (Tim penulis Penebar Swadaya, 2007).
Selanjutnya Tim penulis Penebar Swadaya, (2007) menyatakan bahwa, dalam bisnis
perikanan dan bisnis lainnya, ada beberapa aspek yang sangat memerlukan
manajemen. Aspek utama yang penting diperhatikan dan memerlukan manajemen yang
tepat antara lain sebagai berikut :
a.
Aspek
produksi
Dalam aspek produksi, kegiatan manajemen
diterapkan pada proses produksi. Manajemen mencakup perencanaan produksi dan
pengendalian proses produksi. Selama proses produksi berlangsung, kegiatan
manajemen diperlukan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan persiapan dan
proses produksi, baik jangka pendek, menengah, atau panjang. Demikian diharapkan
pengusaha dapat berproduksi lebih efisien.
b.
Aspek
pemasaran
Manajemen pemasaran mencakup kegiatan
untuk mendistribusikan hasil produksi ke tangan konsumen. Melakukan manjemen
pemasaran yang baik, sebuah perusahaan akan menentukan kelompok masyarakat yang
menjadi sasaran pemasaran, melihat ada tidaknya persaingan, dan menentukan
strategi pemasaran yang harus di jalankan.
c.
Aspek
keuangan
Manajemen keuangan meliputi kegiatan
mengelola keuangan dalam suatu usaha. Didalamnya sudah termasuk pula cara
mendapatkan dan cara mengalokasikan dana untuk suatu rangkaian usaha atau
bisnis.
2.4
Aspek Produksi
Aspek produksi sangat memerlukan
kegiatan manajemen agar dapat mengarahkan usaha produksi sehingga memperoleh
hasil yang terbaik. Selain itu bisnis perikanan sifatnya cukup kompleks
sehingga memerlukan pemikiran yang cermat. Kecermatan mengelola usaha perikanan
perlu dilakukan mulai dari persiapan produksi dan saat proses produksi itu
berlangsung.
2.4.1 Persiapan
Produksi
Sebelum usaha
perikanan dimulai, segala sesuatu yang perlu dipertimbangkan secara matang agar
tidak ada kekhawatiran dan penyesalan saat usaha sudah berjalan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dan perlu di pertimbangkan antara lain perencanaan produk,
perencanaan lokasi usaha, perencanaan standar produksi, dan pengadaan tenaga
kerja.
a.
Perencanaan
produk
Jenis ikan
yang akan diproduksi perlu dipertimbangkan dan ditentukan terlebih dahulu.
Jenis ikan yang dipilih hendaknya dapat memenuhi selera pasar dengan baik dan
disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Hasil produksi ikan yang memenuhi
selera pasar akan mempermudah pemasaran sehingga tidak ada kekhawatiran ikan
tidak terjual.
Dipasaran
dilihat bahwa produk yang disenangi atau diperlukan konsumen tidak hanya satu
jenis saja, tetapi bermacam-macam. Pemilihan produk dapat dilakukan pada satu
atau beberapa jenis ikan saja, tidak perlu semuanya. Dalam memilih jenis ikan,
diadakan seleksi dengan cara meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi jenis
(yang dipilih) tersebut.
Faktor-faktor
yang dilakukan dalam memilih jenis produk antara lain, kegunaan, jumlah
permintaan pasar, kemungkinan pengembangan, potensi penjualan, persaingan,
distribusi, faktor budidaya, dan umur panen. Gabungan faktor-faktor ini yang
menunjukkan profil ikan yang sesungguhnya. Kelemahan atau kekuatan yang timbul
bila memproduksi ikan akan terlihat.
b.
Perencanaan
lokasi usaha
Lokasi yang
tepat akan mempunyai pengaruh positif bagi kelangsungan usaha. Oleh karena itu,
dalam penentuan lokasi perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh.
Selain itu, juga perlu melihat prospek lokasi tersebut pada masa yang akan
datang. Lokasi yang dipilih sebaiknya dapat mendukung untuk mendatangkan
keuntungan terbesar. Selain itu, lokasi yang akan digunakan sangat berpotensi
tinggi untuk kegiatan usaha.
Perencanaan
lokasi hendaknya dilakukan sebaik-baiknya. Sebagai bahan pertimbangan, dalam
penentuan lokasi perlu meninjau beberapa aspek sebagai berikut:
Ø
Aspek
teknis-ekonomis
Berdasarkan aspek teknis-ekonomis, ada
beberapa hal yang perlu dilihat dari lokasi usaha yang direncanakan, yaitu
biaya transportasi, sarana jalan, tenaga kerja, sewa tanah, serta sarana
listrik dan irigasi.
-
Biaya
transportasi
Biaya ini menyangkut tranportasi, baik
itu dari lokasi usaha dengan tempat penyediaan bahan produksi, ataupun lokasi
usaha dengan tempat pemasaran.
-
Sarana
jalan
Sarana jalan tidak kalah penting, bila
aspek ini tidak diperhatikan, terkadang bisa menaikkan biaya pemasaran atau
biaya pengangkutan sehingga terjadi penambahan biaya opersional. Tidak jarang
suatu lokasi harus dibuatkan sarana jalannya terlebih dahulu karena sangat
sulit dijangkau.
-
Harga
tanah
Perlu dicari lokasi dengan harga atau
sewa tanah yang ringan. Tujuannya untuk mengantisipasi adanya kemungkinan pengembangan
usaha dimasa yang akan datang.
-
Sarana
listrik dan irigasi
Listrik sangat diperlukan dalam
menjalankan usaha perikanan. Selain itu sarana penerangan, listrik diperlukan
untuk menjalankan sarana elektronik lain, seperti pompa dan blower. Sementara
sarana irigasi mutlak diperlukan, mengingat ikan merupakan organisme yang
memerlukan sirkulasi atau pergantian air.
Ø
Aspek
iklim
Aspek iklim
mempengaruhi keberhasilan budidaya perikanan. Umumnya bisnis perikanan
tergantung pada faktor alam. Misalnya, curah hujan mempengaruhi sumber air bila
curah hujannya sedikit, tentunya daerah tersebut kurang ideal untuk suatu usaha
perikanan. Demikian juga sinar matahari berpengaruh terhadap kemampuan hidup
dan berkembang biak ikan karena matahari mempengaruhi suhu rata-rata harian.
Oleh karena itu, hendaknya jenis ikan yang dibudidayakan disesuaikan dengan
iklim pada suatu daerah.
Ø
Aspek
agronomis
Cakupan aspek
agronomis antara lain topografi, lokasi, jenis tanah, serta jenis perairan yang
ada dilokasi tersebut. Lokasi budidaya air payau dan air laut, kadar salinitas
juga mempengaruhi jenis ikan, misalnya pada tambak. Tambak yang letaknya jauh
dari pantai dan dekat sungai mempunyai salinitas rendah. Sementara tambak yang
dekat dengan pantai dan sungai mempunyai salinitas sedang. Kedua tambak
tersebut cocok untuk tempat memelihara ikan bandeng atau udang karena
pengeringannya mudah dilakukan sehingga mudah dipupuk. Bila menggunakan tambak
yang dekat sekali dengan pantai, kadar salinitasnya tinggi dan pengeringan airnya
sulit sehingga tidak cocok untuk usaha bandeng dan udang.
Meskipun
terlihat sepele, topografi harus tetap diperhatikan. Bila tidak sesuai,
perkembangan ikan akan terganggu. Misalnya ikan akan kekurangan nafsu makan
bila hidup didataran tinggi (suhu terlalu dingin).
Dalam memilih
lokasi, penting sekali memperhatikan faktor pencemaran. Perlu diperhatikan ada
tidaknya industri atau kegiatan-kegiatan yang dapat merusak sumber air di
sekitar lokasi. Bila kondisi airnya tercemar akan mengganggu pertumbuhan ikan
walaupun telah menggunakan benih unggul. Selain itu, kandungan limbah yang
terdapat pada ikan juga akan membahayakan orang yang mengonsumsinya.
Selain
mempertimbangkan ketiga aspek diatas, perlu juga melihat aspek lingkungan,
sosial budaya masyarakat disekitar lokasi, dan kebijaksanaan pengembangan usaha
pemerintah. Masyarakat disekitar lokasi usaha perikanan sebaiknya mendukung
usaha yang dijalankan dan berorentasi terhadap bisnis. Adanya kompetisi dengan
pengusaha setempat juga perlu dipertimbangkan. (Tim penulis Penebar Swadaya,
2007).
c.
Perencanaan
standar produksi
Pengusaha yang
berpikiran maju tidak hanya sekadar mementingkan jumlah produksi saja, tetapi
juga mengutamakan kualitas produksinya. Hal ini sangat berperan dalam
menentukan segmen pasar. Bila suatu produk dilempar kepasaran maka produk
dengan kualitas terbaik yang akan lebih banyak diminati. Dengan demikian,
secara otomatis harganya juga akan lebih baik.
Bila kita
merencanakan usaha untuk jangka waktu lama dan tidak terbatas, usaha menjaga
kualitas produk merupakan langkah yang harus selalu dipertahankan. Hal ini
penting untuk menjaga penilaian mutu dari konsumen.
Usaha untuk
menghasilkan produk perikanan sesuai standar yang diharapkan memang tidak
mudah. Namun, dengan imbalan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan harga
biasa, tentunya usaha kita tidak akan sia-sia.
d.
Perencanaan
tenaga kerja
Aspek ini
penting untuk diperhatikan karena akan sangat membantu jalannya sebuah usaha.
Ketersediaan tenaga kerja yang mengerti dan memahami usaha perikanan akan
mempermudah menjalankan usahanya. Aspek mental tenaga kerja juga perlu
diperhatikan untuk menghindari kecurangan-kecurangan yang terjadi didalam
perusahaan. Jumlah dan besarnya upah tenaga kerja juga perlu dipertimbangkan
agar semua aspek usaha dapat ditangani dengan baik tanpa memperbesar biaya
operasional.
Bisnis
perikanan mencakup beberapa bidang pekerjaan. Secara mudahnya, bisnis ini dapat
dibagi menjadi bidang budidaya dan administrasi. Kedua bidang ini terdiri dari
bermacam-macam pekerjaan, mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Oleh
karena itu, dibutuhkan tenaga kerja untuk menjalakan semua pekerjaan itu.
Banyaknya
tenaga kerja yang dibutuhkan perlu diperkirakan dengan besarnya usaha yang akan
dijalankan. Usaha-usaha perikanan yang yang besar, seperti tambak, membutuhkan
tenaga kerja kasar, pengawas, administrasi, keamanan, teknisi peralatan, ahli
bandeng, dan lain-lain. Sementara usaha dalam luasan kecil tentunya tidak
memerlukan semua itu, cukup dengan tenaga kerja kasar saja.
Besarnya upah
yang diberikan disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Makin besar tanggung jawab
pekerjaan, makin tinggi upah yang di berikan. Pekerjaan yang menuntut keahlian
pengetahuan tinggi, tentu lebih mahal di bandingkan tenaga harian. Umumnya,
jenjang pendidikan juga berpengaruh terhadap besarnya upah. Oleh karenanya, ada
kecenderungan pengusaha dari kota besar atau dari luar negeri memilih lokasi di
daerah pelosok agar biaya tenaga kerjanya lebih murah. Dengan demikian, biaya
produksi bisa ditekan.
2.4.2 Teknis Budidaya Perikanan
Pengertian
budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang
sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sementara dalam
pengertian luas, budidaya perikanan adalah semua usaha membesarkan dan
memperoleh ikan, baik ikan yang masih hidup liar di alam atau sudah dibuatkan
tempat tersendiri dengan adanya campur tangan manusia.
Tujuan
budidaya perikanan, yaitu untuk mendapakan produksi perikanan yang lebih baik
atau lebih banyak dibandingkan dengan hasil dari ikan yang hidup di alam secara
liar. Untuk memenuhi tujuan itu, perlu diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi usaha budidaya ini. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1.
Penyediaan
benih
Benih yang
baik sangat penting untuk memperoleh produksi yang tinggi. Benih tersebut harus
sudah cukup umur untuk dilepas, ukurannya sudah memenuhi syarat, dan sehat,
serta persentase kematiaannya rendah. Bila mendatangkan benih dari tempat yang
jauh, usahakan benih jangan mati akibat cara pengangkutan yang buruk.
2.
Pembuatan
tempat pemeliharaan
Bentuk tempat pemeliharaan tidak menjadi persoalan,
namun hal yang perlu diperhatikan adalah ukuran tempat tersebut. Luas tempat
yang disediakan untuk membesarkan ikan harus sesuai dengan jumlah populasi yang
ditebarkan. Jangan sampai tempat itu terlalu sesak oleh ikan atau tempatnya
terlalu besar sehingga menghabiskan biaya. Tempat yang digunakan sebaiknya
dipastikan bebas dari bibit hama atau penyakit. Keringkan kolam yang akan
digunakan selama beberapa hari hingga tanah dasarnya retak-retak. Sifat-sifat
ikan perlu dipelajari terlebih dahulu sebelum membangun tempat pemeliharaan
karena keduanya sangat berkaitan. Misalnya, ada ikan yang suka merusak
pematang, ada yang senang bertelur didasar kolam, dan ada yang membutuhkan
tempat berlindung atau bersembunyi. Lingkungan di tempat pemeliharaan perlu
diperhatikan. Bersihkan lingkungan sekitar lokasi dari semak belukar atau
rumput-rumputan, jangan sampai ada pemangsa, seperti ular atau linsang yang
bersarang.
Perencanaan
yang matang mengenai pembangunan tempat pemeliharaan sangatlah penting. Untuk
jangka waktu yang cukup lama, tempat pemeliharaan merupakan aset yang berharga
untuk reproduksi.
3.
Pengairan
Air merupakan
hal yang vital bagi kehidupan ikan. Oleh karena itu sumber air perlu dijaga
walaupun berada diluar wilayah pemeliharaan. Bila musim hujan atau banjir,
usahakan jangan sampai kolam menjadi tergenang sehingga ikan hilang atau hanyut
terbawa air. Sementara pada musim kemarau, penambahan air perlu dlakukan agar
kolam tidak kering.
Pintu saluran
air sebaiknya rutin diperiksa. Hal ini penting untuk mengatur pemasukan dan
pengeluaran air. Selain itu juga jangan sampai air keruh dan lumpur yang pekat
masuk kedalam kolam. Air yang keruh karena banyak mengandung lumpur bisa
mengurangi nafsu makan ikan. Lain halnya bila air agak keruh karena dipenuhi
ganggang atau plankton. Sebagai sumber makanan bagi ikan, keberadaan ganggang
atau plankton perlu perhatikan.
4.
Pakan/pemupukan
Pakan dan
pemupukan mempengaruhi pertumbuhan ikan dalam habitatnya. Pakan yang dikonsumsi
ikan akan memberikan sebuah suplai energi dalam tubuh sehingga akan merangsang
pertumbuhan. Sedangkan pemupukan bertujuan untuk menyuburkan kolam sehingga
akan tumbuh pakan alami yang berguna juga untuk pertumbuhan ikan budidaya.
·
Pakan
Peranan pakan
sangat penting untuk meningkatkan produksi. Jika pakan yang diberikan hanya
seadanya maka produksi yang dihasilkan akan sedikit. Kandungan gizi pakan lebih
berperan dibandingkan jumlah yang diberikan. Jika ikan sudah kenyang maka pakan
yang diberikan akan dibiarkan saja tanpa disentuh lagi. Oleh karena itu,
usahakan pada pakan sudah terkandung zat-zat makanan yang penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan ikan. Pakan buatan sendiri atau buatan pabrik
tidaklah jadi masalah.
Protein,
lemak, dan karbohidrat penting terdapat dalam pakan ikan. Protein mutlak
diperlukan oleh ikan. Karbohidrat diperlukan dalam jumlah yang berbeda,
tergantung jenis ikannya.
Bahan untuk
pakan bisa berupa bahan nabati, seperti kacang-kacangan, dedak, biji kapuk, dan
daun-daunan, seperti turi, ketela pohon dan lamtoro. Ada juga yang berupa bahan
hewani yang sudah berbentuk tepung, seperti tepung ikan, kepala udang, tulang
dan tepung darah. Bahan tambahan diperlukan juga, antara lain bahan
anti-oksidan, ragi, vitamin, garam dapur, serta bahan perekat, seperti tepung
kanji dan agar-agar.
·
Pemupukan
Dalam air
tambak, kolam dan sungai, biasanya terdapat pakan alami bagi ikan. Pakan alami
itu bisa berupa plankton, ganggang atau tumbuhan air lainnya. Untuk mendorong pertumbuhan
pakan alami dapat dilakukan pemupukan. Caranya dengan menggemburkan tanah
tambak atau kolam, kemudian digaruk dan diberi pupuk. Pupuk yang biasa
digunakan untuk keperluan ini adalah gabungan dari pupuk buatan dan pupuk alam.
Pupuk alam yang dipakai umumnya kotoran sapi, kambing, kerbau, ayam, serta
pupuk hijau atau kompos. Pupuk buatan yang diberikan umumnya urea dan TSP.
5.
Pengendalian
hama dan penyakit
Hama dan
penyakit merupakan faktor pengganggu yang sangat mengancam keberhasilan usaha
budidaya. Hama yang banyak mengganggu di bidang perikanan, antara lain bermacam-macam
ikan liar, kepiting, burung, ular dan linsang. Untuk membasmi hama yang hidup
di air dapat menggunakan bahan beracun organik, seperti tepung biji teh yang
mengandung racun saponin, akar tuba yang mengandung racun rotenon, atau
tembakau yang mengandung racun nikotin.
Bahan kimia
beracun tidak dianjurkan untuk membasmi hama karena mempunyai daya tahan di
kolam atau tambak. Selain hama, beberapa penyakit juga sering menyerang ikan.
Penyakit tersebut antara lain disebabkan oleh protozoa, bakteri, cendawan, atau
virus. Hal yang penting untuk pengendalian hama dan penyakit ini, yaitu
perawatan dan pemeliharaan kualitas air.
2.5
Aspek Pemasaran
Pemasaran
merupakan aspek yang sangat mendasar dalam mencapai keuntungan. Pasar sangat
penting untuk kelangsungan produksi. Jika kemampuan pasar untuk menyerap
produksi sangat tinggi maka tidak menjadi masalah. Dengan penentuan harga jual
yang tepat, keuntungan akan mudah diperoleh.
Jika produksi
telah berjalan maka keberhasilan pengusaha perikanan ditentukan oleh
kemampuannya dalam menganalisis pasar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh seorang pengusaha perikanan sebelum melangkah ke aspek pemasaran, yaitu
sasaran pemasaran, persaingan dan strategi pemasaran. (Tim penulis Penebar
Swadaya, 2007).
2.6
Aspek Keuangan
Setiap orang
atau perusahaan yang bergerak dalam suatu bisnis tertentu pasti berharap untuk
mendapatkan laba atau keuntungan yang memadai. Modal dan keuangan merupakan
aspek penting dalam kegiatan suatu bisnis. Tanpa modal, usaha tidak dapat
berjalan walaupun syarat-syarat lain untuk mendirikan bisnis sudah dimiliki.
Sistem
keuangan mengatur sirkulasi modal seluruh kegiatan usaha, mulai dari investasi
dasar sebagai awal mula usaha hingga dana untuk modal operasi. Pengelolaan
keuangan sebaiknya dilakukan secara ketat, rinci dan disiplin memiliki pembukuan yang teratur, sehingga
dapat dilihat apakah untung, rugi atau hanya kembali modal. Perencanaan yang
teratur sangat bermanfaat bagi usaha perikanan untuk mendapatkan sasaran berupa
suatu usaha yang sehat dan menguntungkan bagi kelangsungan usaha itu sendiri.
Modal untuk
melakukan usaha perikanan dapat diperoleh melalui bank. Umumnya, bantuan
tersebut dalam bentuk kredit. Kredit yang diperoleh dari bank inilah yang dapat
dimanfaatkan untuk menaikkan volume usaha dan jumlah produksi. Selain meminjam
bank, pengusaha juga dapat mencari mitra usaha untuk ikut menanamkan modalnya
dibisnis perikanan yang sedang dijalankan. (Tim penulis Penebar Swadaya, 2007).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian
ini telah dilaksanakan selama 1 bulan terhitung sejak tanggal 03 mei – 03 juni 2012 yang bertempat di tambak tradisional Masyarakat Desa
Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis menulis, kamera dan kuisioner.
3.3. Metode
Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Penelitian survei dilakukan dengan cara mengambil
sampel dari sistem observasi budidaya dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data primer.
3.4. Prosedur
Penelitian
3.4.1. Tahap
Persiapan Penelitian
Data
yang diambil dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh pada saat melakukan observasi di lapangan, sedangkan data
sekunder diperoleh dari Kantor Desa setempat dan DKP Kabupaten Kupang.
3.4.2. Tahap
Penentuan Pengamatan
Penentuan sampling dalam pengambilan data dilakukan dengan
melakukan persentase jumlah pembudidaya ikan bandeng di tambak tradisional
masyarakat Desa Bipolo dari sistem pemasaran dengan dilihat seberapa banyak
pembeli yaitu sebesar (30%).
3.4.3. Tahap Pengumpulan
Data
Pengumpulan data dilakukan
untuk mengetahui proses budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa
Bipolo, data yang dikumpulkan meliputi :
1.
Aspek
produksi meliputi perencanaan produk, perencanaan lokasi usaha, perencanaan
standar produksi, serta perencanaan dan pengadaan tenaga kerja.
2.
Aspek
pemasaran meliputi kemampuan pasar untuk mendistribusikan hasil produksi ke tangan
konsumen.
3.
Aspek
keuangan meliputi kegiatan mengelola keuangan dalam suatu usaha. Pengumpulan
data menggunakan kuisioner sebagaimana terlampir dalam lampiran.
Data yang sudah
terkumpul kemudian ditabulasi dan dimasukkan dalam data shell. Data yang sudah
ditabulasi kemudian dianalisis dan diolah untuk membuat kesimpulan atau
keputusan.
3.5 Analisis Data
Data yang
diperoleh akan didefenisikan
secara deskriptif dalam bentuk tabel dan analisis proporsi persentase jawaban
menggunakan rumus sebagai berikut :
%
= 
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum
Lokasi Penelitian
Desa Bipolo merupakan salah satu desa
yang berada pada bagian pesisir Teluk Kupang. Lokasi ini dilalui oleh beberapa
anak sungai yang membawa sedimen dari Gunung Fatuleu dan sekitarnya hingga ke
pesisir pantai, sehingga tanah yang berada pada kawasan tersebut merupakan
campuran antara pasir dan lumpur sungai. Secara administratif Desa Bipolo
merupakan bagian dari Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang yang berjarak sekitar
49 km dari ibukota kabupaten, dan 33 km dari ibukota kecamatan. Luas wilayah Desa
Bipolo adalah 41,47 km2.
Luas lahan tersebut terdiri dari sawah
seluas 331 ha, lahan kering seluas 3.530,25 ha, dan sekitar 1.563 ha hutan
negara. Jumlah penduduk Desa Bipolo pada tahun 2004 mencapai 1.593 jiwa terdiri
337 KK. Berdasarkan profil rumah tangga miskin Kabupaten Kupang terdapat 226 KK
atau sekitar 67 % KK tergolong dalam keluarga miskin. Kepadatan penduduk 39
jiwa/km2. Pada daerah agraris kepemilikan lahan sangat menentukan
kondisi ekonomi suatu wilayah. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah
petani yaitu sebanyak 221 KK, lebih dari setengahnya merupakan petani ikan,
yaitu enam orang petani ikan kolam dan 123 orang petani ikan tambak.
Kepemilikan lahan sawah mencapai 1,4 ha/KK petani, meskipun kepemilikan lahan
ini melebihi batas mimimal luas lahan yang harus dimiliki petani untuk hidup
layak yaitu 0,8 ha/KK petani, luasan ini belum cukup mengingat produktivitas
lahan yang rendah.
Produksi perikanan di Desa Bipolo pada
tahun 2007 mencapai18 Ton, khususnya ikan
bandeng, serta dari jenis kepiting, udang halus, kerang, keong, ikan, dan
lain-lain yang mencapai 231 Ton. Tambak merupakan salah satu alternatif
pemanfaatan lahan mengingat sebagian besar lahan yang ada merupakan lahan
kering dengan produktivitas rendah. Desa Bipolo terletak di pinggir pantai
sehingga memiliki garis pantai yang mungkin untuk pengembangan tambak (DKP propinsi NTT, 2007).
4.2
Gambaran Umum Kegiatan Budidaya Bandeng
Kegiatan usaha
budidaya di tambak budidaya petani masyarakat Desa Bipolo, ada beberapa persiapan
yang perhatikan guna menunjang keberhasilan budidaya tersebut. Persiapan yang
dilakukan diantaranya yaitu dengan menyiapkan lokasi tambak dengan pembersihan
tambak serta pemberian pupuk dengan menggunakan pupuk TSP dan Urea dimana
perbandingan pupuk yaitu 1 karung pupuk TSP ditambah 1 karung pupuk urea/tambak,
selain itu juga diberikan pupuk kandang.
Setelah pemupukan,
tambak langsung diberi air. Setelah air telah memenuhi tambak, selanjutnya ikan
dilepas dan dilakukan pemeliharaan.ikan yang dilepas dalam stadia nener. Benih
ikan yang dibudidayakan didatangkan dari Jawa Timur, Surabaya. Tiap tambak
disebar benih >500 individu /hektar tambak. Selama melakukan pemeliharaan,
pakan yang diberikan adalah dedak padi dan ampas kelapa.
4.3
Perencanaan
lokasi
1. Aspek Teknis – Ekonomis
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
perencanaan lokasi usaha budidaya ikan bandeng, ditinjau dari aspek teknis - ekonomis di
Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu,
Kabupaten Kupang
di sajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Aspek teknis-ekonomis
dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat
desa bipolo.
No
|
Komponen
|
Kategori
|
Jumlah
|
Persentase
(%)
|
1
|
Tanah
|
Pribadi
|
10
|
100
%
|
2
|
Jenis usaha budidaya
|
Pribadi
Kelompok
|
4
6
|
40
%
60
%
|
3
|
Biaya
·
Sumber biaya usaha
·
Transportasi
|
Sendiri
Kelompok
> 3
juta
|
4
6
10
|
40
%
60
%
100
%
|
4
|
Sarana jalan
|
Kurang baik
|
10
|
100
%
|
5
|
Tenaga kerja
|
Sendiri
Kelompok
|
4
6
|
40
%
60
%
|
6
|
Umur
|
39 thn
38 thn
37 thn
36 thn
35 thn
32 thn
|
3
2
2
1
1
1
|
30
%
20
%
20
%
10
%
10
%
10
%
|
7
|
Pendidikan
|
SMA
|
10
|
100
%
|
8
|
Sarana listrik
|
Tidak tersedia
|
10
|
100
%
|
Tabel 1. Memperlihatkan bahwa tanah yang
digunakan oleh masyarakat Desa Bipolo untuk kegiatan budidaya kepemilikannya
dominan bersifat pribadi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 responden, 40% diantaranya
memiliki usaha yang bersifat pribadi, dan 60% bersifat kelompok yaitu gabungan
dari beberapa individu. Sumber biayanya berasal dari milik pribadi, sedangkan
60% lainnya berasal dari milik kelompok yang dikelola melalui kegiatan kelompok
dan digunakan untuk kegiatan budidaya. Biaya ini menyangkut transportasi, baik
itu dari lokasi usaha dengan tempat penyedia bahan produksi, ataupun lokasi
usaha dengan tempat pemasaran. Modal yang digunakan untuk penyediaan alat
transportasi dan bahan produksi rata-rata berkisar > 3 juta juta rupiah.
Sarana
dan prasarana pendukung berupa jalan dan listrik juga diperlukan dalam usaha
budidaya, bila aspek ini tidak diperhatikan karena dapat menaikkan biaya operasional karena biaya
pemasaran atau biaya pengangkutan meningkat. Suatu lokasi budidaya yang baik
harus memiliki sarana jalan terlebih dahulu sehingga mudah dijangkau. Kondisi
sarana jalan yang ada di lokasi tambak Desa Bipolo kurang baik. Hal ini karena
banyaknya jalan yang rusak dan merupakan salah satu faktor penghambat dalam
melakukan kegiatan budidaya (Nasution,
2005).
Listrik sangat diperlukan dalam
menjalankan usaha perikanan, selain
untuk sarana penerangan, listrik diperlukan untuk menjalankan sarana elektronik
lain, seperti pompa dan blower. Sementara sarana irigasi mutlak diperlukan,
mengingat ikan merupakan organisme yang memerlukan sirkulasi atau pergantian
air. Selain itu, dalam menjalankan usaha perikanan non-budidaya, air sangat
diperlukan untuk menjaga kebersihan dan untuk aktivitas pencucian sarana lain.
Lokasi tambak di Desa Bipolo tidak
didukung dengan sarana listrik sehingga berpengaruh terhadap faktor keamanan
pada malam hari. Sedangkan untuk mendukung kegiatan operasional seperti
penggunaan pompa air, selama ini petambak menggunakan genset, sehingga menambah
biaya yang harus dikeluarkan.
Masyarakat Desa Bipolo melakukan usaha
budidaya secara individu dan berkelompok. Usaha yang dilakukan secara individu
tenaga kerjanya berasal dari anggota keluarga sendiri, sedangkan usaha budidaya
yang dilakukan secara berkelompok memiliki tenaga kerja yang berasal dari
anggota kelompok itu sendiri, rata-rata berjumlah 5-6 orang. Rata-rata pendidikan
terakhir yang dimiliki tenaga kerja adalah SMA dengan umur berkisar antara
32-39 tahun.
2. Aspek Iklim
Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh perencanaan lokasi usaha ikan bandeng di tinjau dari
aspek iklim di Desa Bipolo, Kecamatan
Sulamu, Kabupaten
Kupang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Aspek iklim
dalam manajemen usaha budidaya ikan
bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten
Kupang.
No
|
Komponen
|
Tanggapan
Responden
|
Persentase
(%)
|
1
|
Masa budidaya
|
Sepanjang tahun
|
100
%
|
2
|
Musim budidaya
|
Antara bulan Desember – Januari
|
100
%
|
3
|
Kondisi curah hujan
|
Sangat baik
|
100
%
|
Tabel 2 memperlihatkan bahwa aspek iklim
mempengaruhi keberhasilan budidaya perikanan. Umumnya bisnis perikanan
tergantung pada faktor alam. Misalnya, curah hujan mempengaruhi sumber air bila
curah hujannya sedikit, tentunya daerah tersebut kurang ideal untuk suatu usaha
perikanan. Demikian juga sinar matahari berpengaruh terhadap kemampuan hidup
dan berkembang biak ikan karena matahari mempengaruhi suhu rata-rata harian.
Oleh karena itu, hendaknya jenis ikan yang akan dibudidayakan disesuaikan
dengan iklim pada suatu daerah.
Hasil wawancara dari 10 responden
mengatakan bahwa proses budidaya dilakukan sepanjang tahun, sedangkan bulan
Desember dan Januari merupakan musim yang baik dalam melaksanakan kegiatan
budidaya. Hal ini disebabkan karena curah hujan yang terjadi sepanjang bulan
tersebut sangat baik. Curah hujan yang baik dapat menurunkan kadar salinitas
air di lokasi budidaya dan dapat membantu pasokan air tawar yang sangat
dibutuhkan oleh ikan, dikarenakan sifat dari benih ikan bandeng yang dapat
hidup dan berkembangbiak dengan baik di air payau.
Menurut Narto (2011), aspek iklim
mempengaruhi keberhasilan budi daya perikanan. Umumnya bisnis perikanan
tergantung pada faktor alam. Misalnya, curah hujan mempengaruhi sumber air bila
curah hujannya sedikit, tentunya daerah tersebut kurang ideal untuk suatu usaha
perikanan. Demikian juga sinar matahari berpengaruh terhadap kemampuan hidup
dan berkembang biak ikan karena matahari mempengaruhi suhu rata-rata harian.
Oleh karena itu, hendaknya jenis ikan yang akan dibudidayakan disesuaikan
dengan iklim pada suatu daerah.
3. Aspek Agronomis
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
perencanaan lokasi usaha budidaya ikan bandeng di tinjau dari aspek agronomis di
Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Aspek agronomis
dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat
Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
No
|
Komponen
|
Tanggapan
responden
|
Persentase
(%)
|
1
|
Topografi lahan budidaya
|
Berada
dekat sungai dan laut
|
100
%
|
2
|
Lokasi
tambak
|
Berada
dekat daerah persawahan
|
100
%
|
3
|
Jenis
tanah
|
Berlumpur
|
100
%
|
4
|
Sumber
air
Ø Tawar
Ø Laut
|
Dari
mata air oenelu
Dari
muara
|
100
%
100
%
|
Tabel 3
memperlihatkan bahwa dari 10 responden yang diwawancara mengatakan bahwa
keadaan topografi harus diperhatikan, hal ini disebabkan apabila tidak sesuai
maka akan berdampak pada perkembangan biota yang dibudidayakan. Keadaan
topografi dari lahan budidaya berada didekat sungai dan laut, tanahnya tidak
bergelombang dan berada dekat didaerah
persawahan. Kondisi tanah berlumpur merupakan substrat yang baik untuk ikan
bandeng dan memiliki sumber air tawar yang berasal dari mata air oenelu. Hal
ini berjalan dengan baik karena lokasi tersebut cocok untuk tempat memelihara
ikan bandeng.
Daerah
pertambakan sebaiknya dihindarkan dari tempat yang tanahnya bergelombang, sebab
akan banyak memerlukan biaya dalam penggalian dan perataan tanah. Selain itu
penggalian tanah yang banyak dan dalam akan menyebabkan lapisan tanah atas yang
subur terbuang, sehingga untuk menyuburkan kembali tanah tersebut memerlukan
pemupukan dosis tinggi dan dalam waktu yang lama. Daerah dekat sungai dan
pantai pada umumnya merupakan daerah yang baik untuk pertambakan.
Menurut Kordi
(2009), cakupan aspek agronomis
antara lain topografi, lokasi, jenis tanah, dan kondisi tanah, serta jenis
perairan yang ada di lokasi tersebut. Untuk lokasi budi daya air payau dan
laut, kadar salinitas juga ikut mempengaruhi jenis ikan. Misalnya pada tambak.
Tambak yang letaknya jauh dari pantai dan dekat sungai mempunyai salinitas
rendah. Sementara tambak yang dekat dengan pantai dan sungai mempunyai
salinitas sedang. Kedua jenis tambak tersebut cocok untuk tempat memelihara
ikan bandeng atau udang karena pengeringannya mudah dilakukan sehingga mudah
dipupuk. Bila menggunakan tambak yang dekat sekali dengan pantai, kadar
salinitasnya tinggi dan pengeringan airnya sulit sehingga tidak cocok untuk
usaha bandeng dan udang.
Murtijo
2007, juga mengatakan bahwa topografi harus
diperhatikan karena bila tidak sesuai, perkembangan ikan akan terganggu.
Misalnya, ikan akan kekurangan nafsu makan bila hidup di dataran tinggi (suhu
terlalu dingin). Pemilihan lokasi, penting sekali memperhatikan faktor
pencemaran. Perlu diperhatikan ada tidaknya industri atau kegiatan-kegiatan
yang dapat merusak sumber air di sekitar lokasi. Bila kondisi airnya tercemar
akan mengganggu pertumbuhan ikan walaupun telah menggunakan benih unggul. Selain
itu, kandungan limbah yang terdapat pada ikan juga akan membahayakan orang yang
mengonsumsinya.
Selain
mempertimbangkan ketiga aspek di atas, perlu juga melihat aspek lingkungan sosial budaya
masyarakat di sekitar lokasi, dan kebijaksanaan pengembangan usaha dari
pemerintah. Masyarakat di sekitar lokasi usaha perikanan sebaiknya mendukung
usaha yang dijalankan dan borientasi terhadap bisnis. Adanya kemungkinan
kompetisi dengan pengusaha setempat juga perlu dipertimbangkan.
4.3 Teknis Budidaya
Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh, teknis budidaya dari manajemen usaha budidaya ikan
bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4. Teknis budidaya
dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu,
Kabupaten Kupang.
No
|
Komponen
|
Tanggapan
Responden
|
Persentase
(%)
|
1
|
Sistem
budidaya
|
Monokultur
|
100
%
|
2
|
Kegiatan
sebelum penebaran benih
|
Pengapuran dan
pemupukan
|
100
%
|
3
|
Jenis ikan
|
Bandeng
|
100
%
|
4
|
Benih berasal
dari
|
Hacthery
|
100
%
|
5
|
Ukuran ikan
|
Nener
|
100
%
|
6
|
Banyak benih
yang di tebar
|
2500-3000 individu
|
100
%
|
7
|
Jenis
pengangkutan
·
Terbuka
·
Tertutup
|
Tertutup,
karena diambil dari luar Kupang (Jawa)
|
100
%
|
8
|
Pemupukan
·
Berapa kali
·
Jenis pupuk
·
Dosis pupuk
|
1 x pemupukan
TSP dan Urea
1:1
|
100
%
100
%
100
%
|
9
|
Pengapuran
Ø Dosis
kapur
|
4 karung
|
100
%
|
10
|
Jenis pakan
Ø Alami
Ø Buatan
|
Campuran dedak padi dan ampas kelapa
|
100
%
|
Tabel 4 memperlihatkan bahwa dari 10
responden yang diwawancara, sistem budidaya yang diterapkan adalah bersifat
monokultur dengan ikan bandeng sebagai ikan yang dibudidaya. Budidaya monokultur adalah sistem budidaya yang hanya
memelihara 1 jenis ikan saja, seperti halnya di Desa Bipolo dimana tambak
tersebut hanya di pelihara ikan bandeng. Benih
yang digunakan untuk kegiatan budidaya semuanya didatangkan dari hasil
pembenihan hatchery di Jawa Timur, Surabaya. Ukuran ikan
yang digunakan yaitu ikan dalam stadia nener yang berukuran rambut dengan padat
tebar 2500-3000 individu pada masa
awal budidaya dengan panjang tambak 100 m
dan lebar 80 m. Benih diangkut dengan menggunakan
sistem pengangkutan tertutup, karena benih yang didatangkan berasal dari luar
Kupang dengan jarak yang cukup jauh.
Murtidjo (1991) mengatakan bahwa
pengapuran dan pemupukan dilakukan sebelum penebaran benih dilakukan. Pengapuran dilakukan dengan tujuan membunuh
hama penyakit yang masih berada di area tambak dan jumlah kapur yang digunakan
4 karung/tambak. Pemupukan
dilakukan untuk menyuburkan tanah sehingga dapat menumbuhkan pakan alami pada
lokasi tambak tersebut. Pemupukan biasanya
dilakukan sebelum air dimasukkan kedalam tambak. Setiap
siklus budidaya dilakukan 2 kali pemupukan dengan perbandingan 1:1 dimana 1
karung pupuk TSP dan 1 karung pupuk urea. Pakan yang diberikan berupa pakan alami
dan buatan. Dari keseluruhan pembudidaya yang ada, 80% memberikan pakan alami
dan buatan. Pakan buatan yang diberikan berupa dedak padi yang di campur dengan
ampas kelapa.
Setelah dapat memilih lokasi tambak yang baik untuk
budidaya maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan tambak tersebut agar dapat
digunakan untuk membudidayakan ikan bandeng. Kegiatan yang harus dilakukan
dalam persiapan tambak budidaya ikan bandeng meliputi perbaikan komponen
tambak, yaitu pematang, pintu air, caren dan saluran, serta pengelolaan tanah
dasar tambak.
Pematang tambak harus dibuat kokoh, karena fungsi
pematang tambak adalah menahan air didalam tambak. Oleh karena itu pematang
harus diperbaiki setiap akan digunakan untuk budidaya. Perbaikan ini meliputi
penambalan kebocoran dan meninggikan pematang.
Saluran air pada tambak budidaya bandeng ada dua macam
yaitu saluran air masuk dan saluran air keluar. Tinggi dasar saluran air masuk
lebih rendah daripada dasar tambak untuk mengurangi pelumpuran dalam tambak. Dasar saluran air
keluar minimal 15 cm lebih rendah dari dasar tambak terendah agar tambak dapat
dikeringkan dengan sempurna.
Dasar tambak budidaya ikan bandeng biasanya adalah tanah.
Oleh sebab itu, dalam persiapan tambak bandeng harus dilakukan pengelolaan
tanah dasar agar pakan alami (kelekap) yang sangat dibutuhkan oleh ikan bandeng
dapat tumbuh subur. Pengeringan
tanah dasar kolam dilakukan dengan tujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang
ada didasar tambak. Pengeringan dilakukan dengan mengeluarkan semua air dalam
tambak kemudian dilakukan penjemuran. Selama proses tersebut dilakukan kegiatan
pengolahan tanah dasar, misalnya pencangkulan, lalu dikeringkan selama 3-5 hari
sampai tanah dasar tambak tersebut mengering.
Tujuan
pengapuran adalah mempertahankan kestabilan derajat keasaman (pH) tanah dasar
kolam dan air, serta memberantas hama penyakit. Pemupukan bertujuan untuk
meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam.
Dalam satu petak tambak sebaiknya terdapat pintu
pemasukan air dan pintu pengeluaran air, untuk mengatur pemasukan dan
pengeluaran air didalam tambak. Pembuatan pintu air dapat dibuat dari papan
atau pipa paralon yang dilengkapi dengan pipa tegak untuk pergantian air.
Selain itu pada pintu pemasukan sebaiknya dilengkapi dengan waring untuk
mencegah ikan liar masuk ke dalam petak tambak.
Kordi (2007), Benih/nener dapat berasal
dari alam dan hatchery, yang akan digunakan untuk usaha pembesaran ikan bandeng ditambak,
harus nener yang sehat. Nener yang sehat dapat dilihat dari ciri-ciri umumnya
yaitu :
1. Tubuhnya mulus,
tidak terdapat luka, kemerahan
2. Sirip-siripnya
utuh; tidak cacat, patah-patah
3. Warnanya tidak
kusam
4. Gerakannya
aktif
Ukuran ikan yang ditebar
ke tambak pembesaran bisa dimulai dari ukuran nener sampai gelondongan, yang
membedakannya adalah waktu pemeliharaan ditambak pembesarannya.
Padat penebaran nener ditambak
pembesaran berkisar antara 4-5individu/m2 untuk ukuran nener bandeng 1-2 cm.
Sedangkan untuk nener yang berukuran 1–3 cm, padat penebarannya berkisar antara
2–3 individu/m2. Untuk benih bandeng yang berukuran 12–15 cm yang disebut
gelondongan ditebar ke tambak pembesaran dengan padat penebaran 10000 individu/ha.Nener
yang akan di tebar terlebih dahulu di catat jumlahnya, untuk memudahkan
perhitungan pakan yang di berikan dan target produksi yang akan di hasilkan.
Nener perlu di aklimitasi sebelum dilakukan penebaran .
Aklimatisasi ini bertujuan untuk
menyesuaikan kondisi lingkungan dimana nener itu berada dengan kondisi
lingkungan tambak pembesaran. Caranya kantong plastik yang terisi nener, dikurangi
airnya secara bertahap dan digantikan dengan air yang ada dalam tambak
pembesaran. Selanjutnya, secara perlahan-lahan nener bandeng yang ada didalam
kantong platik akan keluar kedalam tambak pembesaran jika sudah terjadi
penyesuaian.
Pada sistim budidaya tradisional pakan bandeng hanya
memanfaatkan kelekap yang tumbuh di tambah apabila kelekap sebagai sumber pakan
di tambah mulai habis maka dapat di lakukan pemupukan kembali. Pemberian pelet
atau pakan ikan merupakan pakan tambahan, pellet di berikan dua kali dalam satu
hari pada pagi dan sore hari. Pada umumnya selama 7 - 10 hari sesudah
pelepasan nener, tidak dilakukan penggantian air. Selama itu nener tambah
menjadi lebih besar dan perlu adanya saringan di pintu yang dapat menahan nener
keluar, akan tetapi dapat memasukkan air ke dalam petakan. Penyegaran dapat
dilakukan dengan mengalirkan air ke luar kemudian diganti dengan air pasang
yang baru. Saringan perlu di cek setiap saat membuka pintu. Penutupan harus
dilakukan dengan hati-hati, terutama dalam pemasangan papan-papan pintu.
Nener tumbuh lebih cepat pada air yang
berkadar garam agak rendah. Oleh karena itu perlu pada musim
kemarau dilakukan penyegaran dengan penggantian air. Penyegaran yang dilakukan
pada musim hujan terutama untuk menjaga (memelihara) klekap atau untuk
memperbaiki kondisi air. Jikalau plankton merupakan makanan
utama diperlukan kadar garam yang rendah dan sering ada hujan akan lebih
bermanfaat (Kordi, 1997).
4.4
Pemasaran
Berdasarkan hasil penelitian di tinjau
dari sistem pemasaran, manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo,
Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Sistem
pemasaran dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan
Sulamu, Kabupaten Kupang.
No
|
Komponen
|
Tanggapan
Responden
|
Persentase
(%)
|
1
|
Sifat budidaya
|
Menunggu
konsumen datang
|
100
%
|
2
|
Ukuran ikan
jual
|
Menjual ikan
dengan L 7cm, P 30cm. 3 individu/1kg
|
100
%
|
3
|
Konsumen yang
dituju
|
Tidak ada
|
100
%
|
4
|
Persaingan
|
Tidak ada
persaingan
|
100
%
|
5
|
Sistem
pembayaran
|
4
langsung,
6 tidak langsung
|
40
%
60
%
|
6
|
Sarana dan
prasarana
|
Cukup memadai
|
100
%
|
7
|
Pasca panen
|
Langsung
dijual
|
100
%
|
8
|
Sistem
penanganan
|
Menggunakan es
|
100
%
|
Tabel 5 memperlihatkan bahwa dari 10
responden yang diwawancara mengatakan bahwa sistem pemasaran yang digunakan
oleh pembudidaya yaitu menunggu konsumen datang. Ukuran ikan yang dijual
panjang 30 cm dan lebar 7 cm atau 3 individu/kg. Menurut Kordi(2009), untuk mencapai
berat ikan bandeng sebesar 3 ons atau 3 ind per kg, perlu ditunjang dengan
pemberian pakan yang baik (bermutu atau berkualitas). Pembeli biasanya berasal dari NTT dan produk tersebut
ada yang dikirim ke Jawa untuk dijual dan dilakukan penangan lanjut. Sebelum
ikan dikirim, penanganan yang dilakukan yaitu dengan pemberian es agar ikan
tidak cepat rusak.
Nasution (2005), mengatakan bahwa
kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen, atau dengan
kata lain bahwa perusahaan harus benar-benar memahami apa yang dibutuhkan
konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan.
Dalam pemasaran tidak dijumpai
persaingan dan penjualan. Sistem pembayaran dilakukan secara langsung dan tidak
langsung yang terjadi pada saat transaksi penjualan. Semua jenis usaha baik usahanya berskala
besar maupun berskala kecil sudah tentunya membutuhkan biaya untuk memulai
usaha tersebut. maka faktor pemasaran mempunyai arti sangat penting dalam suatu
kegiatan usaha. Oleh karena itu pemasaran perlu dikelola dengan baik dan benar.
Pemasaran
merupakan aspek yang sangat mendasar dalam mencapai keuntungan suatu usaha.
jika produk yang dihasilkan tidak memiliki sarana pasar maka produk tersebut
tidak akan terjual, oleh karena itu sebelum melakukan usaha seorang pengusaha
sebaiknya berpikir dan berorientassi ke aspek pemasaran. Menurut
Djanaid (2009), bahwa pasar adalah orang-orang yang mempunyai kebutuhan untuk
dipuaskan, mempunyai uang untuk melakukan pembelian dan kemauan untuk
membelanjakannya.
Menurut
Dardiani (1999),
bahwa pasar sangat penting untuk kelangsungan kegiatan produksi, jika kemampuan
pasar untuk menyerap produksi sangat tinggi maka pengusaha dapat menentukan
harga jual produk yang diproduksi sesuai dengan yang diinginkan dengan
penentuan harga jual yang tepat maka keuntungan akan mudah diperoleh. Ada
beberapa hal yang harus perlu diketahui oleh pengusaha di bidang perikanan,
khususnya pengusaha ikan sebelum melangkah ke sapek pemasaran yaitu : sasaran
pemasan, persaingan dan strategi pemasaran.
Sarana dan prasarana yang ada pada saat
pengangkutan sudah cukup memadai sehingga memudahkan dalam proses pemasaran.
Ikan yang telah dipanen di beri pananganan pasca panen yaitu dengan cara
pemberian es agar ikan tidak mudah rusak sehingga dapat langsung dijual ke
konsumen.
4.5 Keuangan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
ditinjau dari sistem keuangan dari manajemen usaha budidaya ikan bandeng di
Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada Tabel 6.
Tabel
6. Sistem keuangan dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo,
Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
No
|
Komponen
|
Tanggapan
Responden
|
Persentase
(%)
|
1
|
Jumlah modal
|
>Rp.
2-3 juta
|
100
%
|
2
|
Asal modal
|
Milik pribadi
Milik kelompok
|
40
%
60
%
|
3
|
Sistem pembukuan
|
Ya
|
100
%
|
4
|
Penyusunan anggaran
|
Ya
|
100
%
|
5
|
Keuntungan
|
5 juta,
dan masih digunakan dalam kegiatan budidaya selanjutnya
|
100
%
|
Tabel 6 memperlihatkan bahwa dari 10
responden yang di wawancarai mengatakan modal yang digunakan dalam satu siklus
produksi berkisar >2-3 juta
rupiah dengan kepemilikan modal bersifat pribadi dan kelompok. Sistem pembukuan juga telah
dilakukan dan di kelola dengan baik dan benar sehingga penyusunan anggaran
untuk alokasi dana dapat digunakan secara tepat. Satu kali siklus produksi mendapat keuntungan
> 5 juta rupiah yang
sebagiannya digunakan sebagai modal untuk kegiatan produksi berikutnya.
Kordi (2009), Biaya
operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan ketika tambak dioperasikan
untuk memelihara bandeng. Budidaya bandeng memerlukan bibit dan pakan. Untuk
menambah sediaan makanan alami maka diperlukan pemupukan pada tambak. Untuk
mengelola tambak diperlukan tenaga kerja.
Biaya operasional terbesar (lebih dari 50%) adalah
biaya pakan. Salah satu ciri penting pengelolaan tambak semi intensif adalah
pemberian pakan. Biaya pakan menjadi cukup besar sebab pakan yang diberikan
adalah pakan buatan pabrik yang saat ini harganya masih sangat tergantung pada
harga bahan baku pakan yang sebagian besar masih didatangkan dari pasar luar
negeri.
Biaya kedua terbesar (sekitar 10%) adalah biaya tenaga
kerja. Tenaga yang diperlukan adalah 2 tenaga upahan tetap dan 1 tenaga
pemilik, dengan upah sesuai jumlah produksi dan tenaga tidak tetap yang
diperlukan saat panen. Dua tenaga upahan bertugas untuk mengelola tambak
sekaligus menjaga tambak selama 24 jam. Pemilik tambak diasumsikan menerima
upah yang sama dengan pekerjanya. Informasi dari petambak menyatakan bahwa
sebagai pemilik pekerjaan yang harus dilakukan hanyalah mengawasi pengelolaan
tambak yang dilakukan oleh pekerjanya dan mengatur administrasi tambak yang
tidak dilakukan secara formal (tidak ada pembukuan yang dilakukan). Dengan
demikian upah itupun telah memadai bahkan upah ini sudah termasuk biaya untuk
membayar listrik penerangan tambak dan biaya administrsi lain. Itulah sebabnya
biaya administrasi tidak lagi diperhitungkan tersendiri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarakan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Tambak tradisional budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo
sudah menerapkan sistem perencanaan.
2. Tambak tradisional budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo
sudah dilakukan dengan sistem monokultur.
3. Pemasaran ikan bandeng dilakukan secara langsung dilokasi
budidaya dan di kirim ke jawa untuk di jual lagi.
5.2
Saran
Berdasarkan
kesimpulan diatas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
a. Perlu
adanya penelitian lanjutan mengenai aspek pemasaran dan aspek keuangan di tambak tradisional
masyarakat Desa Bipolo.
b. Sosialisasi
pemasaran ikan bandeng perlu ditingkatkan, sehingga pada akhirnya masyarakat dapat menghasilkan ikan bandeng sesuai
dengan kriteria mutu pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Amri K, 2007. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif.
Edisi VI. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Hal. 4 – 5, 7 – 8 dan 12.
Anonymous.
2009. Standar Nasional Indonesia (SNI)
produksi bandeng ukuran konsumsi
(SNI
7309:2009)
Djanaid D. 1999. Buku Ajar Kewirausahaan. Lembaga Pengkajian dan
Pengembangan Pendidikan (LP3) Universitas Brawijaya, Malang. Hal. 184 dan
194. (Tidak Dipublikasikan).
Khotima, K, S.T Sutanto, Maleha, E.S
Hani. 2002. Evaluasi Proyek dan
Perencanaan Usaha, Gahalia Indonesia, Malang
Kordi MGH. 2007. Pembenihan
Bandeng. PT. Perca, Jakarta.
Murtidjo, BA. 2007. Seri Budidaya Bandeng Tuntunan bagi Petambak
dan Peminat Budidaya Bandeng Intensif. Kanisius Yokyakarta.
Soesono S. 1988. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. PT.
Gramedia, Jakarta.
Tim penulis PS Edisi Revisi.
2007. Agribisnis Perikanan, Penebar
Swadaya, Jakarta
Lampiran 1. Kuisioner
Nama Responden
|
:
|
Tanggal Pengambilan Data
|
:
|
Jenis Kelamin
|
:
|
Judul
|
: Manajemen Usaha Budidaya Ikan Bandeng Di Tambak Tradisional
Masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang
|
KUISIONER
A. Perencanaan
lokasi usaha
1. Aspek
teknis-ekonomis
a. Apakah
tanah yang digunakan bersifat milik pribadi atau sistem sewa?
b. Apakah
dalam melakukan usaha budidaya dibentuk secara kelompok atau individu?
c. Sumber
biaya usaha berasal dari mana?
d. Berapa
besar biaya transportasi yang dibutuhakan dalam
penyediaan bahan produksi?
e. Bagaimana
kondisi dari sarana jalan yang ada?
f. Berapa
jumlah tenaga kerja yang di pekerjakan?
g. Tenaga
kerja yang bekerja ditambak berkisar antara umur berapa sampai berapa?
h. Apa
pendidikan terakhir dari para tenaga kerja yang bekerja di tambak?
i.
Apakah sarana listrik
tersedia di lokasi tambak?
2. Aspek
iklim
a. Apakah
budidaya dilakukan sepanjang tahun?
b. Musim
yang baik untuk budidaya, kapan?
c. Apakah
curah hujan sangat baik dalam proses budidaya?
3. Aspek
agrionomis
a. Bagaimana
topografi dari lahan budidaya tersebut?
b. Lokasi
tambak berada dimana?
c. Bagaimana
jenis dan kondisi tanah dari tambak tersebut?
d. Sumber
air laut dan air tawar berasal dari mana?
B. Teknis
budidaya
a. Bagaimana
sistem budidaya yang diterapkan?
a. Monokultur
b. Polikultur
b. Kegiatan
apa saja yang dilakukan sebelum penebaran benih?
c. Jenis
ikan apa yang dibudidayakan?
d. Apakah
benih yang didapat berasal dari :
a. Alam,
ketersediaannya bagaimana?
b. Hatchery,
dimana dan harga belinya berapa per ekor dan ukurannya berapa?
e. Berapa
ukuran ikan yang digunakan pada saat pendederan?
f. Berapa
banyak benih yang di tebar pada awal masa budidaya?
a. <
200 ekor
b. 200-500
ekor
c. >
500 ekor
g. Apakah
jenis pengangkutan benih dilakukan secara tertutup atau terbuka, jelaskan?
h. Apakah
perlu dilakukan pemupukan?
a. Ya
(jelaskan)
b. Tidak
(jelaskan)
i.
Berapa kali pemupukan
dalam satu siklus produksi, jenis pupuk yang digunakan serta cara penebarannya
bagaimana?
j.
Berapa dosis pupuk yang
digunakan dalam pemupukan di tambak?
k. Apakah
pengapuran perlu dilakukan?
l.
Berpa dosis kapur yang
digunakan pada saat pengapuran tanah tambak?
m. Jenis
pakan apa yang digunakan?
a. Pakan
alami (sebutkan dan jelaskan)
b. Pakan
buatan (sebutkan dan jelaskan)
C. Pemasaran
a. Apakah
sistem budidaya yang digunakan oleh pembudidaya sifatnya menunggu konsumen
datang atau mencari konsumen?
b. Berapa
ukuran ikan bandeng yang biasa dijual untuk dikonsumsi dan berapa harga
jualnya?
c. Siapa
konsumen yang dituju?
d. Apakah
ada persaingan dalam pemasaran?
e. Apakah
sistem pembayaran dilakukan secara langsung atau tidak pada waktu transaksi
terjadi?
f. Apakah
sarana dan prasarana yang ada pada saat pengangkutan sudah memadai atau tidak?
g. Apakah
ikan yang di panen langsung di jual ke konsumen atau dilakukan penyimpanan
terlebih dahulu?
h. Apakah
penanganan yang dilakukan pada saat pasca panen dan bagaimana caranya?
D. Keuangan
a. Berapa
modal yang digunakan dalam satu kali siklus produksi?
b. Apakah
modal yang digunakan berasal dari kepemilikan sendiri atau dipinjam? (kalau
dipinjam berasal dari mana)
c. Apakah
dilakukan sistem pembukuan yang baik dan benar dalam mengelola dana yang ada?
d. Apakah
cara penyusunan anggaran untuk alokasi dana digunakan secara tepat?
e. Apakah
keuntungan dari hasil budidaya digunakan untuk modal dalam kegiatan budidaya
selanjutnya?
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini bandeng (Chanos chanos, Forskal) dibudidayakan secara tradisional dengan
padat penebaran berkisar antara 3000-5000 individu/ha. Budidaya ini hanya
mengandalkan pupuk untuk pertumbuhan kelekap sebagai pakan alami dan konstruksi
tambak seadanya maka produksi rata-rata yang dicapai hanya sekitar 300-1.000
kg/ha/musim. Lambatnya teknik budidaya bandeng disebabkan oleh pasokan nener
(benih bandeng) yang sangat tergantung dari hasil tangkapan di alam. Keberhasilan
produksi benih di hatchery (panti
benih) memungkinkan pasokan nener yang kontinyu sepanjang tahun sehingga
pembesaran di tambak dilakukan lebih intensif. Produksi bandeng dapat
ditingkatkan lebih dari 500% bila teknik budidaya diperbaiki dan dikembangkan secara
intensif.
Bandeng (Chanos chanos, Forskal)
merupakan salah satu jenis ikan budidaya yang menjadi komoditas perikanan
andalan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan meningkatnya permintaan dari
tahun ke tahun, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Ikan bandeng (Chanos chanos, Forskal)
mempunyai pertumbuhan yang relatif cepat, dan dapat hidup pada kisaran
salinitas yang tinggi serta tahan terhadap penyakit (Kordi, 2007).
Pada
saat ini masih terdapat berbagai kendala terhadap pengelolaan ketersediaan sumberdaya
tambak yang belum termanfaatkan secara optimal. Mempertimbangkan situasi
tersebut perlu dilakukan peninjauan pada strategi pengembangan budidaya tambak
sehingga tidak lagi bertumpu pada satu jenis komoditas tetapi juga dengan
melakukan diversifikasi komoditas serta diversifikasi pemanfaatannya, hal ini
diharapkan mampu mengatasi masalah penurunan produksi tambak.
Teknik
budidaya bandeng diarahkan untuk meningkatkan produksi dan keuntungan dengan
cara menghasilkan bandeng berkualitas. Budidaya bandeng meliputi penentuan
metode budidaya, pemilihan lokasi, rancang bangun, tata letak, konstruksi,
serta seleksi benih sampai dengan gelondongan, pembesaran, panen, pasca panen
dan pemasaran. Selain itu juga harus tetap memperhatikan sistem pengelolaan
mutu/kualitas air dan pakan, serta pencegahan/ penanggulangan hama dan
penyakit.
Tambak
yang dimiliki oleh masyarakat Desa Bipolo mempunyai fungsi dan peran sebagai
pemenuhan kebutuhan konsumen ikan bandeng, sebagai area pemancingan bagi
kebutuhan refresing perkotaan dan penyuplai umpan untuk kebutuhan pemancingan
ikan tuna/cakalang. Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan produksi
tambak budidaya yakni manajemen. Faktor manajemen merupakan salah satu faktor
dalam mendukung keberhasilan suatu usaha. Pengembangan usaha budidaya bandeng
di tambak perlu memperhatikan beberapa aspek antara lain : analisis kesesuaian
lahan, perencanaan produksi, pelaksanaan kegiatan budidaya sampai dengan sistem
pemasaran pemasaran serta keuangan.
Selama
ini budidaya ikan bandeng yang dikembangkan oleh pembudidaya di Desa Bipolo
belum mengikuti tahapan manajemen yang baik. Oleh karena itu untuk mengetahui
permasalahan yang dihadapi pembudidaya ikan bandeng di Desa Bipolo ditinjau
dari segi manajemen usaha, perlu dilakukan penelitian dengan judul ”Manajemen Usaha Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos, Forskal) di Tambak
Tradisonal
Masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan
Sulamu, Kabupaten Kupang”.
1.2.Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana tahap-tahap
perencanaan produksi dalam budidaya ikan bandeng di tambak tradisional
masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
2. Bagaimana
tahapan pelaksanaan budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa
Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
3. Bagaimana
proses pemasaran ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo,
Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
1.3.Tujuan Dan Kegunaan
1.3.1
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui tahapan perencanaan produksi budidaya ikan bandeng di tambak
tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
2.
Untuk
mengetahui pelaksanaan budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat
Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
3.
Untuk
mengetahui proses pemasaran ikan bandeng ditambak tradisional masyarakat Desa
Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
1.3.2
Adapun
kegunaan dari penelitian ini adalah :
1.
Sebagai sumber informasi bagi pembudidaya ikan bandeng di tambak
tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang tentang
tahap-tahap manajemen dalam usaha budidaya ikan bandeng.
2.
Sebagai
bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Manajemen
Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia
hingga saat ini belum ada keseragaman.Selanjutnya, bila kita mempelajari
literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung
tiga pengertian yaitu: 1)Manajemen
sebagai suatu proses, 2)Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen, 3)Manajemen
sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen
sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yangdiberikan oleh para ahli. Untuk
memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi. Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa
manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu
diselenggarakan dan diawasi.
Selanjutnya, Hilman
mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu
untuk mencapai tujuan yang sama. Menurut pengertian
yang kedua, manajemen adalah kolektivitas
orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen.
Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen
dalam suatu badan
tertentu disebut manajemen. Menurut
pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu
pnegetahuan. Menurut
James A. F. Stoner, manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota
organisasi danmenggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan
2.3
Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi
manajemen yang terdapat dalam sebuah usaha perikanan antara lain sebagai
berikut :
1.
Perencanaan
Fungsi ini merupakan tindakan untuk
menentukan sasaran dan arah yang dipilih. Di dalam perencanaan dituntut adanya
kemampuan untuk meramalkan, mewujudkan dan melihat ke depan dengan dilandasi
oleh tujuan-tujuan tertentu.
2.
Pengorganisasian
Fungsi ini merupakan tindakan mengatur
dan membagi-bagi bidang pekerjaan antara kelompok yang ada. Setelah terbentuk
kelompok yang diperlukan, fungsi pengorganisasian akan menetapkan dan
memperinci hubungan-hubungan yang diperlukan.
3.
Penggerakan
Penggerakan merupakan tindakan untuk
merangsang anggota-anggota kelompok agar melaksanakan tugas-tugas yang telah
dibebankan dengan baik dan antusias.
4.
Pengawasan
Fungsi ini merupakan tindakan untuk
mengawasi aktivitas-aktivitas yang terkait agar dapat berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan (Tim penulis Penebar Swadaya, 2007).
Selanjutnya Tim penulis Penebar Swadaya, (2007) menyatakan bahwa, dalam bisnis
perikanan dan bisnis lainnya, ada beberapa aspek yang sangat memerlukan
manajemen. Aspek utama yang penting diperhatikan dan memerlukan manajemen yang
tepat antara lain sebagai berikut :
a.
Aspek
produksi
Dalam aspek produksi, kegiatan manajemen
diterapkan pada proses produksi. Manajemen mencakup perencanaan produksi dan
pengendalian proses produksi. Selama proses produksi berlangsung, kegiatan
manajemen diperlukan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan persiapan dan
proses produksi, baik jangka pendek, menengah, atau panjang. Demikian diharapkan
pengusaha dapat berproduksi lebih efisien.
b.
Aspek
pemasaran
Manajemen pemasaran mencakup kegiatan
untuk mendistribusikan hasil produksi ke tangan konsumen. Melakukan manjemen
pemasaran yang baik, sebuah perusahaan akan menentukan kelompok masyarakat yang
menjadi sasaran pemasaran, melihat ada tidaknya persaingan, dan menentukan
strategi pemasaran yang harus di jalankan.
c.
Aspek
keuangan
Manajemen keuangan meliputi kegiatan
mengelola keuangan dalam suatu usaha. Didalamnya sudah termasuk pula cara
mendapatkan dan cara mengalokasikan dana untuk suatu rangkaian usaha atau
bisnis.
2.4
Aspek Produksi
Aspek produksi sangat memerlukan
kegiatan manajemen agar dapat mengarahkan usaha produksi sehingga memperoleh
hasil yang terbaik. Selain itu bisnis perikanan sifatnya cukup kompleks
sehingga memerlukan pemikiran yang cermat. Kecermatan mengelola usaha perikanan
perlu dilakukan mulai dari persiapan produksi dan saat proses produksi itu
berlangsung.
2.4.1 Persiapan
Produksi
Sebelum usaha
perikanan dimulai, segala sesuatu yang perlu dipertimbangkan secara matang agar
tidak ada kekhawatiran dan penyesalan saat usaha sudah berjalan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dan perlu di pertimbangkan antara lain perencanaan produk,
perencanaan lokasi usaha, perencanaan standar produksi, dan pengadaan tenaga
kerja.
a.
Perencanaan
produk
Jenis ikan
yang akan diproduksi perlu dipertimbangkan dan ditentukan terlebih dahulu.
Jenis ikan yang dipilih hendaknya dapat memenuhi selera pasar dengan baik dan
disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Hasil produksi ikan yang memenuhi
selera pasar akan mempermudah pemasaran sehingga tidak ada kekhawatiran ikan
tidak terjual.
Dipasaran
dilihat bahwa produk yang disenangi atau diperlukan konsumen tidak hanya satu
jenis saja, tetapi bermacam-macam. Pemilihan produk dapat dilakukan pada satu
atau beberapa jenis ikan saja, tidak perlu semuanya. Dalam memilih jenis ikan,
diadakan seleksi dengan cara meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi jenis
(yang dipilih) tersebut.
Faktor-faktor
yang dilakukan dalam memilih jenis produk antara lain, kegunaan, jumlah
permintaan pasar, kemungkinan pengembangan, potensi penjualan, persaingan,
distribusi, faktor budidaya, dan umur panen. Gabungan faktor-faktor ini yang
menunjukkan profil ikan yang sesungguhnya. Kelemahan atau kekuatan yang timbul
bila memproduksi ikan akan terlihat.
b.
Perencanaan
lokasi usaha
Lokasi yang
tepat akan mempunyai pengaruh positif bagi kelangsungan usaha. Oleh karena itu,
dalam penentuan lokasi perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh.
Selain itu, juga perlu melihat prospek lokasi tersebut pada masa yang akan
datang. Lokasi yang dipilih sebaiknya dapat mendukung untuk mendatangkan
keuntungan terbesar. Selain itu, lokasi yang akan digunakan sangat berpotensi
tinggi untuk kegiatan usaha.
Perencanaan
lokasi hendaknya dilakukan sebaik-baiknya. Sebagai bahan pertimbangan, dalam
penentuan lokasi perlu meninjau beberapa aspek sebagai berikut:
Ø
Aspek
teknis-ekonomis
Berdasarkan aspek teknis-ekonomis, ada
beberapa hal yang perlu dilihat dari lokasi usaha yang direncanakan, yaitu
biaya transportasi, sarana jalan, tenaga kerja, sewa tanah, serta sarana
listrik dan irigasi.
-
Biaya
transportasi
Biaya ini menyangkut tranportasi, baik
itu dari lokasi usaha dengan tempat penyediaan bahan produksi, ataupun lokasi
usaha dengan tempat pemasaran.
-
Sarana
jalan
Sarana jalan tidak kalah penting, bila
aspek ini tidak diperhatikan, terkadang bisa menaikkan biaya pemasaran atau
biaya pengangkutan sehingga terjadi penambahan biaya opersional. Tidak jarang
suatu lokasi harus dibuatkan sarana jalannya terlebih dahulu karena sangat
sulit dijangkau.
-
Harga
tanah
Perlu dicari lokasi dengan harga atau
sewa tanah yang ringan. Tujuannya untuk mengantisipasi adanya kemungkinan pengembangan
usaha dimasa yang akan datang.
-
Sarana
listrik dan irigasi
Listrik sangat diperlukan dalam
menjalankan usaha perikanan. Selain itu sarana penerangan, listrik diperlukan
untuk menjalankan sarana elektronik lain, seperti pompa dan blower. Sementara
sarana irigasi mutlak diperlukan, mengingat ikan merupakan organisme yang
memerlukan sirkulasi atau pergantian air.
Ø
Aspek
iklim
Aspek iklim
mempengaruhi keberhasilan budidaya perikanan. Umumnya bisnis perikanan
tergantung pada faktor alam. Misalnya, curah hujan mempengaruhi sumber air bila
curah hujannya sedikit, tentunya daerah tersebut kurang ideal untuk suatu usaha
perikanan. Demikian juga sinar matahari berpengaruh terhadap kemampuan hidup
dan berkembang biak ikan karena matahari mempengaruhi suhu rata-rata harian.
Oleh karena itu, hendaknya jenis ikan yang dibudidayakan disesuaikan dengan
iklim pada suatu daerah.
Ø
Aspek
agronomis
Cakupan aspek
agronomis antara lain topografi, lokasi, jenis tanah, serta jenis perairan yang
ada dilokasi tersebut. Lokasi budidaya air payau dan air laut, kadar salinitas
juga mempengaruhi jenis ikan, misalnya pada tambak. Tambak yang letaknya jauh
dari pantai dan dekat sungai mempunyai salinitas rendah. Sementara tambak yang
dekat dengan pantai dan sungai mempunyai salinitas sedang. Kedua tambak
tersebut cocok untuk tempat memelihara ikan bandeng atau udang karena
pengeringannya mudah dilakukan sehingga mudah dipupuk. Bila menggunakan tambak
yang dekat sekali dengan pantai, kadar salinitasnya tinggi dan pengeringan airnya
sulit sehingga tidak cocok untuk usaha bandeng dan udang.
Meskipun
terlihat sepele, topografi harus tetap diperhatikan. Bila tidak sesuai,
perkembangan ikan akan terganggu. Misalnya ikan akan kekurangan nafsu makan
bila hidup didataran tinggi (suhu terlalu dingin).
Dalam memilih
lokasi, penting sekali memperhatikan faktor pencemaran. Perlu diperhatikan ada
tidaknya industri atau kegiatan-kegiatan yang dapat merusak sumber air di
sekitar lokasi. Bila kondisi airnya tercemar akan mengganggu pertumbuhan ikan
walaupun telah menggunakan benih unggul. Selain itu, kandungan limbah yang
terdapat pada ikan juga akan membahayakan orang yang mengonsumsinya.
Selain
mempertimbangkan ketiga aspek diatas, perlu juga melihat aspek lingkungan,
sosial budaya masyarakat disekitar lokasi, dan kebijaksanaan pengembangan usaha
pemerintah. Masyarakat disekitar lokasi usaha perikanan sebaiknya mendukung
usaha yang dijalankan dan berorentasi terhadap bisnis. Adanya kompetisi dengan
pengusaha setempat juga perlu dipertimbangkan. (Tim penulis Penebar Swadaya,
2007).
c.
Perencanaan
standar produksi
Pengusaha yang
berpikiran maju tidak hanya sekadar mementingkan jumlah produksi saja, tetapi
juga mengutamakan kualitas produksinya. Hal ini sangat berperan dalam
menentukan segmen pasar. Bila suatu produk dilempar kepasaran maka produk
dengan kualitas terbaik yang akan lebih banyak diminati. Dengan demikian,
secara otomatis harganya juga akan lebih baik.
Bila kita
merencanakan usaha untuk jangka waktu lama dan tidak terbatas, usaha menjaga
kualitas produk merupakan langkah yang harus selalu dipertahankan. Hal ini
penting untuk menjaga penilaian mutu dari konsumen.
Usaha untuk
menghasilkan produk perikanan sesuai standar yang diharapkan memang tidak
mudah. Namun, dengan imbalan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan harga
biasa, tentunya usaha kita tidak akan sia-sia.
d.
Perencanaan
tenaga kerja
Aspek ini
penting untuk diperhatikan karena akan sangat membantu jalannya sebuah usaha.
Ketersediaan tenaga kerja yang mengerti dan memahami usaha perikanan akan
mempermudah menjalankan usahanya. Aspek mental tenaga kerja juga perlu
diperhatikan untuk menghindari kecurangan-kecurangan yang terjadi didalam
perusahaan. Jumlah dan besarnya upah tenaga kerja juga perlu dipertimbangkan
agar semua aspek usaha dapat ditangani dengan baik tanpa memperbesar biaya
operasional.
Bisnis
perikanan mencakup beberapa bidang pekerjaan. Secara mudahnya, bisnis ini dapat
dibagi menjadi bidang budidaya dan administrasi. Kedua bidang ini terdiri dari
bermacam-macam pekerjaan, mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Oleh
karena itu, dibutuhkan tenaga kerja untuk menjalakan semua pekerjaan itu.
Banyaknya
tenaga kerja yang dibutuhkan perlu diperkirakan dengan besarnya usaha yang akan
dijalankan. Usaha-usaha perikanan yang yang besar, seperti tambak, membutuhkan
tenaga kerja kasar, pengawas, administrasi, keamanan, teknisi peralatan, ahli
bandeng, dan lain-lain. Sementara usaha dalam luasan kecil tentunya tidak
memerlukan semua itu, cukup dengan tenaga kerja kasar saja.
Besarnya upah
yang diberikan disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Makin besar tanggung jawab
pekerjaan, makin tinggi upah yang di berikan. Pekerjaan yang menuntut keahlian
pengetahuan tinggi, tentu lebih mahal di bandingkan tenaga harian. Umumnya,
jenjang pendidikan juga berpengaruh terhadap besarnya upah. Oleh karenanya, ada
kecenderungan pengusaha dari kota besar atau dari luar negeri memilih lokasi di
daerah pelosok agar biaya tenaga kerjanya lebih murah. Dengan demikian, biaya
produksi bisa ditekan.
2.4.2 Teknis Budidaya Perikanan
Pengertian
budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang
sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sementara dalam
pengertian luas, budidaya perikanan adalah semua usaha membesarkan dan
memperoleh ikan, baik ikan yang masih hidup liar di alam atau sudah dibuatkan
tempat tersendiri dengan adanya campur tangan manusia.
Tujuan
budidaya perikanan, yaitu untuk mendapakan produksi perikanan yang lebih baik
atau lebih banyak dibandingkan dengan hasil dari ikan yang hidup di alam secara
liar. Untuk memenuhi tujuan itu, perlu diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi usaha budidaya ini. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1.
Penyediaan
benih
Benih yang
baik sangat penting untuk memperoleh produksi yang tinggi. Benih tersebut harus
sudah cukup umur untuk dilepas, ukurannya sudah memenuhi syarat, dan sehat,
serta persentase kematiaannya rendah. Bila mendatangkan benih dari tempat yang
jauh, usahakan benih jangan mati akibat cara pengangkutan yang buruk.
2.
Pembuatan
tempat pemeliharaan
Bentuk tempat pemeliharaan tidak menjadi persoalan,
namun hal yang perlu diperhatikan adalah ukuran tempat tersebut. Luas tempat
yang disediakan untuk membesarkan ikan harus sesuai dengan jumlah populasi yang
ditebarkan. Jangan sampai tempat itu terlalu sesak oleh ikan atau tempatnya
terlalu besar sehingga menghabiskan biaya. Tempat yang digunakan sebaiknya
dipastikan bebas dari bibit hama atau penyakit. Keringkan kolam yang akan
digunakan selama beberapa hari hingga tanah dasarnya retak-retak. Sifat-sifat
ikan perlu dipelajari terlebih dahulu sebelum membangun tempat pemeliharaan
karena keduanya sangat berkaitan. Misalnya, ada ikan yang suka merusak
pematang, ada yang senang bertelur didasar kolam, dan ada yang membutuhkan
tempat berlindung atau bersembunyi. Lingkungan di tempat pemeliharaan perlu
diperhatikan. Bersihkan lingkungan sekitar lokasi dari semak belukar atau
rumput-rumputan, jangan sampai ada pemangsa, seperti ular atau linsang yang
bersarang.
Perencanaan
yang matang mengenai pembangunan tempat pemeliharaan sangatlah penting. Untuk
jangka waktu yang cukup lama, tempat pemeliharaan merupakan aset yang berharga
untuk reproduksi.
3.
Pengairan
Air merupakan
hal yang vital bagi kehidupan ikan. Oleh karena itu sumber air perlu dijaga
walaupun berada diluar wilayah pemeliharaan. Bila musim hujan atau banjir,
usahakan jangan sampai kolam menjadi tergenang sehingga ikan hilang atau hanyut
terbawa air. Sementara pada musim kemarau, penambahan air perlu dlakukan agar
kolam tidak kering.
Pintu saluran
air sebaiknya rutin diperiksa. Hal ini penting untuk mengatur pemasukan dan
pengeluaran air. Selain itu juga jangan sampai air keruh dan lumpur yang pekat
masuk kedalam kolam. Air yang keruh karena banyak mengandung lumpur bisa
mengurangi nafsu makan ikan. Lain halnya bila air agak keruh karena dipenuhi
ganggang atau plankton. Sebagai sumber makanan bagi ikan, keberadaan ganggang
atau plankton perlu perhatikan.
4.
Pakan/pemupukan
Pakan dan
pemupukan mempengaruhi pertumbuhan ikan dalam habitatnya. Pakan yang dikonsumsi
ikan akan memberikan sebuah suplai energi dalam tubuh sehingga akan merangsang
pertumbuhan. Sedangkan pemupukan bertujuan untuk menyuburkan kolam sehingga
akan tumbuh pakan alami yang berguna juga untuk pertumbuhan ikan budidaya.
·
Pakan
Peranan pakan
sangat penting untuk meningkatkan produksi. Jika pakan yang diberikan hanya
seadanya maka produksi yang dihasilkan akan sedikit. Kandungan gizi pakan lebih
berperan dibandingkan jumlah yang diberikan. Jika ikan sudah kenyang maka pakan
yang diberikan akan dibiarkan saja tanpa disentuh lagi. Oleh karena itu,
usahakan pada pakan sudah terkandung zat-zat makanan yang penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan ikan. Pakan buatan sendiri atau buatan pabrik
tidaklah jadi masalah.
Protein,
lemak, dan karbohidrat penting terdapat dalam pakan ikan. Protein mutlak
diperlukan oleh ikan. Karbohidrat diperlukan dalam jumlah yang berbeda,
tergantung jenis ikannya.
Bahan untuk
pakan bisa berupa bahan nabati, seperti kacang-kacangan, dedak, biji kapuk, dan
daun-daunan, seperti turi, ketela pohon dan lamtoro. Ada juga yang berupa bahan
hewani yang sudah berbentuk tepung, seperti tepung ikan, kepala udang, tulang
dan tepung darah. Bahan tambahan diperlukan juga, antara lain bahan
anti-oksidan, ragi, vitamin, garam dapur, serta bahan perekat, seperti tepung
kanji dan agar-agar.
·
Pemupukan
Dalam air
tambak, kolam dan sungai, biasanya terdapat pakan alami bagi ikan. Pakan alami
itu bisa berupa plankton, ganggang atau tumbuhan air lainnya. Untuk mendorong pertumbuhan
pakan alami dapat dilakukan pemupukan. Caranya dengan menggemburkan tanah
tambak atau kolam, kemudian digaruk dan diberi pupuk. Pupuk yang biasa
digunakan untuk keperluan ini adalah gabungan dari pupuk buatan dan pupuk alam.
Pupuk alam yang dipakai umumnya kotoran sapi, kambing, kerbau, ayam, serta
pupuk hijau atau kompos. Pupuk buatan yang diberikan umumnya urea dan TSP.
5.
Pengendalian
hama dan penyakit
Hama dan
penyakit merupakan faktor pengganggu yang sangat mengancam keberhasilan usaha
budidaya. Hama yang banyak mengganggu di bidang perikanan, antara lain bermacam-macam
ikan liar, kepiting, burung, ular dan linsang. Untuk membasmi hama yang hidup
di air dapat menggunakan bahan beracun organik, seperti tepung biji teh yang
mengandung racun saponin, akar tuba yang mengandung racun rotenon, atau
tembakau yang mengandung racun nikotin.
Bahan kimia
beracun tidak dianjurkan untuk membasmi hama karena mempunyai daya tahan di
kolam atau tambak. Selain hama, beberapa penyakit juga sering menyerang ikan.
Penyakit tersebut antara lain disebabkan oleh protozoa, bakteri, cendawan, atau
virus. Hal yang penting untuk pengendalian hama dan penyakit ini, yaitu
perawatan dan pemeliharaan kualitas air.
2.5
Aspek Pemasaran
Pemasaran
merupakan aspek yang sangat mendasar dalam mencapai keuntungan. Pasar sangat
penting untuk kelangsungan produksi. Jika kemampuan pasar untuk menyerap
produksi sangat tinggi maka tidak menjadi masalah. Dengan penentuan harga jual
yang tepat, keuntungan akan mudah diperoleh.
Jika produksi
telah berjalan maka keberhasilan pengusaha perikanan ditentukan oleh
kemampuannya dalam menganalisis pasar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh seorang pengusaha perikanan sebelum melangkah ke aspek pemasaran, yaitu
sasaran pemasaran, persaingan dan strategi pemasaran. (Tim penulis Penebar
Swadaya, 2007).
2.6
Aspek Keuangan
Setiap orang
atau perusahaan yang bergerak dalam suatu bisnis tertentu pasti berharap untuk
mendapatkan laba atau keuntungan yang memadai. Modal dan keuangan merupakan
aspek penting dalam kegiatan suatu bisnis. Tanpa modal, usaha tidak dapat
berjalan walaupun syarat-syarat lain untuk mendirikan bisnis sudah dimiliki.
Sistem
keuangan mengatur sirkulasi modal seluruh kegiatan usaha, mulai dari investasi
dasar sebagai awal mula usaha hingga dana untuk modal operasi. Pengelolaan
keuangan sebaiknya dilakukan secara ketat, rinci dan disiplin memiliki pembukuan yang teratur, sehingga
dapat dilihat apakah untung, rugi atau hanya kembali modal. Perencanaan yang
teratur sangat bermanfaat bagi usaha perikanan untuk mendapatkan sasaran berupa
suatu usaha yang sehat dan menguntungkan bagi kelangsungan usaha itu sendiri.
Modal untuk
melakukan usaha perikanan dapat diperoleh melalui bank. Umumnya, bantuan
tersebut dalam bentuk kredit. Kredit yang diperoleh dari bank inilah yang dapat
dimanfaatkan untuk menaikkan volume usaha dan jumlah produksi. Selain meminjam
bank, pengusaha juga dapat mencari mitra usaha untuk ikut menanamkan modalnya
dibisnis perikanan yang sedang dijalankan. (Tim penulis Penebar Swadaya, 2007).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian
ini telah dilaksanakan selama 1 bulan terhitung sejak tanggal 03 mei – 03 juni 2012 yang bertempat di tambak tradisional Masyarakat Desa
Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis menulis, kamera dan kuisioner.
3.3. Metode
Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Penelitian survei dilakukan dengan cara mengambil
sampel dari sistem observasi budidaya dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data primer.
3.4. Prosedur
Penelitian
3.4.1. Tahap
Persiapan Penelitian
Data
yang diambil dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh pada saat melakukan observasi di lapangan, sedangkan data
sekunder diperoleh dari Kantor Desa setempat dan DKP Kabupaten Kupang.
3.4.2. Tahap
Penentuan Pengamatan
Penentuan sampling dalam pengambilan data dilakukan dengan
melakukan persentase jumlah pembudidaya ikan bandeng di tambak tradisional
masyarakat Desa Bipolo dari sistem pemasaran dengan dilihat seberapa banyak
pembeli yaitu sebesar (30%).
3.4.3. Tahap Pengumpulan
Data
Pengumpulan data dilakukan
untuk mengetahui proses budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa
Bipolo, data yang dikumpulkan meliputi :
1.
Aspek
produksi meliputi perencanaan produk, perencanaan lokasi usaha, perencanaan
standar produksi, serta perencanaan dan pengadaan tenaga kerja.
2.
Aspek
pemasaran meliputi kemampuan pasar untuk mendistribusikan hasil produksi ke tangan
konsumen.
3.
Aspek
keuangan meliputi kegiatan mengelola keuangan dalam suatu usaha. Pengumpulan
data menggunakan kuisioner sebagaimana terlampir dalam lampiran.
Data yang sudah
terkumpul kemudian ditabulasi dan dimasukkan dalam data shell. Data yang sudah
ditabulasi kemudian dianalisis dan diolah untuk membuat kesimpulan atau
keputusan.
3.5 Analisis Data
Data yang
diperoleh akan didefenisikan
secara deskriptif dalam bentuk tabel dan analisis proporsi persentase jawaban
menggunakan rumus sebagai berikut :
%
= 
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum
Lokasi Penelitian
Desa Bipolo merupakan salah satu desa
yang berada pada bagian pesisir Teluk Kupang. Lokasi ini dilalui oleh beberapa
anak sungai yang membawa sedimen dari Gunung Fatuleu dan sekitarnya hingga ke
pesisir pantai, sehingga tanah yang berada pada kawasan tersebut merupakan
campuran antara pasir dan lumpur sungai. Secara administratif Desa Bipolo
merupakan bagian dari Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang yang berjarak sekitar
49 km dari ibukota kabupaten, dan 33 km dari ibukota kecamatan. Luas wilayah Desa
Bipolo adalah 41,47 km2.
Luas lahan tersebut terdiri dari sawah
seluas 331 ha, lahan kering seluas 3.530,25 ha, dan sekitar 1.563 ha hutan
negara. Jumlah penduduk Desa Bipolo pada tahun 2004 mencapai 1.593 jiwa terdiri
337 KK. Berdasarkan profil rumah tangga miskin Kabupaten Kupang terdapat 226 KK
atau sekitar 67 % KK tergolong dalam keluarga miskin. Kepadatan penduduk 39
jiwa/km2. Pada daerah agraris kepemilikan lahan sangat menentukan
kondisi ekonomi suatu wilayah. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah
petani yaitu sebanyak 221 KK, lebih dari setengahnya merupakan petani ikan,
yaitu enam orang petani ikan kolam dan 123 orang petani ikan tambak.
Kepemilikan lahan sawah mencapai 1,4 ha/KK petani, meskipun kepemilikan lahan
ini melebihi batas mimimal luas lahan yang harus dimiliki petani untuk hidup
layak yaitu 0,8 ha/KK petani, luasan ini belum cukup mengingat produktivitas
lahan yang rendah.
Produksi perikanan di Desa Bipolo pada
tahun 2007 mencapai18 Ton, khususnya ikan
bandeng, serta dari jenis kepiting, udang halus, kerang, keong, ikan, dan
lain-lain yang mencapai 231 Ton. Tambak merupakan salah satu alternatif
pemanfaatan lahan mengingat sebagian besar lahan yang ada merupakan lahan
kering dengan produktivitas rendah. Desa Bipolo terletak di pinggir pantai
sehingga memiliki garis pantai yang mungkin untuk pengembangan tambak (DKP propinsi NTT, 2007).
4.2
Gambaran Umum Kegiatan Budidaya Bandeng
Kegiatan usaha
budidaya di tambak budidaya petani masyarakat Desa Bipolo, ada beberapa persiapan
yang perhatikan guna menunjang keberhasilan budidaya tersebut. Persiapan yang
dilakukan diantaranya yaitu dengan menyiapkan lokasi tambak dengan pembersihan
tambak serta pemberian pupuk dengan menggunakan pupuk TSP dan Urea dimana
perbandingan pupuk yaitu 1 karung pupuk TSP ditambah 1 karung pupuk urea/tambak,
selain itu juga diberikan pupuk kandang.
Setelah pemupukan,
tambak langsung diberi air. Setelah air telah memenuhi tambak, selanjutnya ikan
dilepas dan dilakukan pemeliharaan.ikan yang dilepas dalam stadia nener. Benih
ikan yang dibudidayakan didatangkan dari Jawa Timur, Surabaya. Tiap tambak
disebar benih >500 individu /hektar tambak. Selama melakukan pemeliharaan,
pakan yang diberikan adalah dedak padi dan ampas kelapa.
4.3
Perencanaan
lokasi
1. Aspek Teknis – Ekonomis
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
perencanaan lokasi usaha budidaya ikan bandeng, ditinjau dari aspek teknis - ekonomis di
Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu,
Kabupaten Kupang
di sajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Aspek teknis-ekonomis
dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat
desa bipolo.
No
|
Komponen
|
Kategori
|
Jumlah
|
Persentase
(%)
|
1
|
Tanah
|
Pribadi
|
10
|
100
%
|
2
|
Jenis usaha budidaya
|
Pribadi
Kelompok
|
4
6
|
40
%
60
%
|
3
|
Biaya
·
Sumber biaya usaha
·
Transportasi
|
Sendiri
Kelompok
> 3
juta
|
4
6
10
|
40
%
60
%
100
%
|
4
|
Sarana jalan
|
Kurang baik
|
10
|
100
%
|
5
|
Tenaga kerja
|
Sendiri
Kelompok
|
4
6
|
40
%
60
%
|
6
|
Umur
|
39 thn
38 thn
37 thn
36 thn
35 thn
32 thn
|
3
2
2
1
1
1
|
30
%
20
%
20
%
10
%
10
%
10
%
|
7
|
Pendidikan
|
SMA
|
10
|
100
%
|
8
|
Sarana listrik
|
Tidak tersedia
|
10
|
100
%
|
Tabel 1. Memperlihatkan bahwa tanah yang
digunakan oleh masyarakat Desa Bipolo untuk kegiatan budidaya kepemilikannya
dominan bersifat pribadi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 responden, 40% diantaranya
memiliki usaha yang bersifat pribadi, dan 60% bersifat kelompok yaitu gabungan
dari beberapa individu. Sumber biayanya berasal dari milik pribadi, sedangkan
60% lainnya berasal dari milik kelompok yang dikelola melalui kegiatan kelompok
dan digunakan untuk kegiatan budidaya. Biaya ini menyangkut transportasi, baik
itu dari lokasi usaha dengan tempat penyedia bahan produksi, ataupun lokasi
usaha dengan tempat pemasaran. Modal yang digunakan untuk penyediaan alat
transportasi dan bahan produksi rata-rata berkisar > 3 juta juta rupiah.
Sarana
dan prasarana pendukung berupa jalan dan listrik juga diperlukan dalam usaha
budidaya, bila aspek ini tidak diperhatikan karena dapat menaikkan biaya operasional karena biaya
pemasaran atau biaya pengangkutan meningkat. Suatu lokasi budidaya yang baik
harus memiliki sarana jalan terlebih dahulu sehingga mudah dijangkau. Kondisi
sarana jalan yang ada di lokasi tambak Desa Bipolo kurang baik. Hal ini karena
banyaknya jalan yang rusak dan merupakan salah satu faktor penghambat dalam
melakukan kegiatan budidaya (Nasution,
2005).
Listrik sangat diperlukan dalam
menjalankan usaha perikanan, selain
untuk sarana penerangan, listrik diperlukan untuk menjalankan sarana elektronik
lain, seperti pompa dan blower. Sementara sarana irigasi mutlak diperlukan,
mengingat ikan merupakan organisme yang memerlukan sirkulasi atau pergantian
air. Selain itu, dalam menjalankan usaha perikanan non-budidaya, air sangat
diperlukan untuk menjaga kebersihan dan untuk aktivitas pencucian sarana lain.
Lokasi tambak di Desa Bipolo tidak
didukung dengan sarana listrik sehingga berpengaruh terhadap faktor keamanan
pada malam hari. Sedangkan untuk mendukung kegiatan operasional seperti
penggunaan pompa air, selama ini petambak menggunakan genset, sehingga menambah
biaya yang harus dikeluarkan.
Masyarakat Desa Bipolo melakukan usaha
budidaya secara individu dan berkelompok. Usaha yang dilakukan secara individu
tenaga kerjanya berasal dari anggota keluarga sendiri, sedangkan usaha budidaya
yang dilakukan secara berkelompok memiliki tenaga kerja yang berasal dari
anggota kelompok itu sendiri, rata-rata berjumlah 5-6 orang. Rata-rata pendidikan
terakhir yang dimiliki tenaga kerja adalah SMA dengan umur berkisar antara
32-39 tahun.
2. Aspek Iklim
Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh perencanaan lokasi usaha ikan bandeng di tinjau dari
aspek iklim di Desa Bipolo, Kecamatan
Sulamu, Kabupaten
Kupang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Aspek iklim
dalam manajemen usaha budidaya ikan
bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten
Kupang.
No
|
Komponen
|
Tanggapan
Responden
|
Persentase
(%)
|
1
|
Masa budidaya
|
Sepanjang tahun
|
100
%
|
2
|
Musim budidaya
|
Antara bulan Desember – Januari
|
100
%
|
3
|
Kondisi curah hujan
|
Sangat baik
|
100
%
|
Tabel 2 memperlihatkan bahwa aspek iklim
mempengaruhi keberhasilan budidaya perikanan. Umumnya bisnis perikanan
tergantung pada faktor alam. Misalnya, curah hujan mempengaruhi sumber air bila
curah hujannya sedikit, tentunya daerah tersebut kurang ideal untuk suatu usaha
perikanan. Demikian juga sinar matahari berpengaruh terhadap kemampuan hidup
dan berkembang biak ikan karena matahari mempengaruhi suhu rata-rata harian.
Oleh karena itu, hendaknya jenis ikan yang akan dibudidayakan disesuaikan
dengan iklim pada suatu daerah.
Hasil wawancara dari 10 responden
mengatakan bahwa proses budidaya dilakukan sepanjang tahun, sedangkan bulan
Desember dan Januari merupakan musim yang baik dalam melaksanakan kegiatan
budidaya. Hal ini disebabkan karena curah hujan yang terjadi sepanjang bulan
tersebut sangat baik. Curah hujan yang baik dapat menurunkan kadar salinitas
air di lokasi budidaya dan dapat membantu pasokan air tawar yang sangat
dibutuhkan oleh ikan, dikarenakan sifat dari benih ikan bandeng yang dapat
hidup dan berkembangbiak dengan baik di air payau.
Menurut Narto (2011), aspek iklim
mempengaruhi keberhasilan budi daya perikanan. Umumnya bisnis perikanan
tergantung pada faktor alam. Misalnya, curah hujan mempengaruhi sumber air bila
curah hujannya sedikit, tentunya daerah tersebut kurang ideal untuk suatu usaha
perikanan. Demikian juga sinar matahari berpengaruh terhadap kemampuan hidup
dan berkembang biak ikan karena matahari mempengaruhi suhu rata-rata harian.
Oleh karena itu, hendaknya jenis ikan yang akan dibudidayakan disesuaikan
dengan iklim pada suatu daerah.
3. Aspek Agronomis
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
perencanaan lokasi usaha budidaya ikan bandeng di tinjau dari aspek agronomis di
Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Aspek agronomis
dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat
Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
No
|
Komponen
|
Tanggapan
responden
|
Persentase
(%)
|
1
|
Topografi lahan budidaya
|
Berada
dekat sungai dan laut
|
100
%
|
2
|
Lokasi
tambak
|
Berada
dekat daerah persawahan
|
100
%
|
3
|
Jenis
tanah
|
Berlumpur
|
100
%
|
4
|
Sumber
air
Ø Tawar
Ø Laut
|
Dari
mata air oenelu
Dari
muara
|
100
%
100
%
|
Tabel 3
memperlihatkan bahwa dari 10 responden yang diwawancara mengatakan bahwa
keadaan topografi harus diperhatikan, hal ini disebabkan apabila tidak sesuai
maka akan berdampak pada perkembangan biota yang dibudidayakan. Keadaan
topografi dari lahan budidaya berada didekat sungai dan laut, tanahnya tidak
bergelombang dan berada dekat didaerah
persawahan. Kondisi tanah berlumpur merupakan substrat yang baik untuk ikan
bandeng dan memiliki sumber air tawar yang berasal dari mata air oenelu. Hal
ini berjalan dengan baik karena lokasi tersebut cocok untuk tempat memelihara
ikan bandeng.
Daerah
pertambakan sebaiknya dihindarkan dari tempat yang tanahnya bergelombang, sebab
akan banyak memerlukan biaya dalam penggalian dan perataan tanah. Selain itu
penggalian tanah yang banyak dan dalam akan menyebabkan lapisan tanah atas yang
subur terbuang, sehingga untuk menyuburkan kembali tanah tersebut memerlukan
pemupukan dosis tinggi dan dalam waktu yang lama. Daerah dekat sungai dan
pantai pada umumnya merupakan daerah yang baik untuk pertambakan.
Menurut Kordi
(2009), cakupan aspek agronomis
antara lain topografi, lokasi, jenis tanah, dan kondisi tanah, serta jenis
perairan yang ada di lokasi tersebut. Untuk lokasi budi daya air payau dan
laut, kadar salinitas juga ikut mempengaruhi jenis ikan. Misalnya pada tambak.
Tambak yang letaknya jauh dari pantai dan dekat sungai mempunyai salinitas
rendah. Sementara tambak yang dekat dengan pantai dan sungai mempunyai
salinitas sedang. Kedua jenis tambak tersebut cocok untuk tempat memelihara
ikan bandeng atau udang karena pengeringannya mudah dilakukan sehingga mudah
dipupuk. Bila menggunakan tambak yang dekat sekali dengan pantai, kadar
salinitasnya tinggi dan pengeringan airnya sulit sehingga tidak cocok untuk
usaha bandeng dan udang.
Murtijo
2007, juga mengatakan bahwa topografi harus
diperhatikan karena bila tidak sesuai, perkembangan ikan akan terganggu.
Misalnya, ikan akan kekurangan nafsu makan bila hidup di dataran tinggi (suhu
terlalu dingin). Pemilihan lokasi, penting sekali memperhatikan faktor
pencemaran. Perlu diperhatikan ada tidaknya industri atau kegiatan-kegiatan
yang dapat merusak sumber air di sekitar lokasi. Bila kondisi airnya tercemar
akan mengganggu pertumbuhan ikan walaupun telah menggunakan benih unggul. Selain
itu, kandungan limbah yang terdapat pada ikan juga akan membahayakan orang yang
mengonsumsinya.
Selain
mempertimbangkan ketiga aspek di atas, perlu juga melihat aspek lingkungan sosial budaya
masyarakat di sekitar lokasi, dan kebijaksanaan pengembangan usaha dari
pemerintah. Masyarakat di sekitar lokasi usaha perikanan sebaiknya mendukung
usaha yang dijalankan dan borientasi terhadap bisnis. Adanya kemungkinan
kompetisi dengan pengusaha setempat juga perlu dipertimbangkan.
4.3 Teknis Budidaya
Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh, teknis budidaya dari manajemen usaha budidaya ikan
bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4. Teknis budidaya
dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu,
Kabupaten Kupang.
No
|
Komponen
|
Tanggapan
Responden
|
Persentase
(%)
|
1
|
Sistem
budidaya
|
Monokultur
|
100
%
|
2
|
Kegiatan
sebelum penebaran benih
|
Pengapuran dan
pemupukan
|
100
%
|
3
|
Jenis ikan
|
Bandeng
|
100
%
|
4
|
Benih berasal
dari
|
Hacthery
|
100
%
|
5
|
Ukuran ikan
|
Nener
|
100
%
|
6
|
Banyak benih
yang di tebar
|
2500-3000 individu
|
100
%
|
7
|
Jenis
pengangkutan
·
Terbuka
·
Tertutup
|
Tertutup,
karena diambil dari luar Kupang (Jawa)
|
100
%
|
8
|
Pemupukan
·
Berapa kali
·
Jenis pupuk
·
Dosis pupuk
|
1 x pemupukan
TSP dan Urea
1:1
|
100
%
100
%
100
%
|
9
|
Pengapuran
Ø Dosis
kapur
|
4 karung
|
100
%
|
10
|
Jenis pakan
Ø Alami
Ø Buatan
|
Campuran dedak padi dan ampas kelapa
|
100
%
|
Tabel 4 memperlihatkan bahwa dari 10
responden yang diwawancara, sistem budidaya yang diterapkan adalah bersifat
monokultur dengan ikan bandeng sebagai ikan yang dibudidaya. Budidaya monokultur adalah sistem budidaya yang hanya
memelihara 1 jenis ikan saja, seperti halnya di Desa Bipolo dimana tambak
tersebut hanya di pelihara ikan bandeng. Benih
yang digunakan untuk kegiatan budidaya semuanya didatangkan dari hasil
pembenihan hatchery di Jawa Timur, Surabaya. Ukuran ikan
yang digunakan yaitu ikan dalam stadia nener yang berukuran rambut dengan padat
tebar 2500-3000 individu pada masa
awal budidaya dengan panjang tambak 100 m
dan lebar 80 m. Benih diangkut dengan menggunakan
sistem pengangkutan tertutup, karena benih yang didatangkan berasal dari luar
Kupang dengan jarak yang cukup jauh.
Murtidjo (1991) mengatakan bahwa
pengapuran dan pemupukan dilakukan sebelum penebaran benih dilakukan. Pengapuran dilakukan dengan tujuan membunuh
hama penyakit yang masih berada di area tambak dan jumlah kapur yang digunakan
4 karung/tambak. Pemupukan
dilakukan untuk menyuburkan tanah sehingga dapat menumbuhkan pakan alami pada
lokasi tambak tersebut. Pemupukan biasanya
dilakukan sebelum air dimasukkan kedalam tambak. Setiap
siklus budidaya dilakukan 2 kali pemupukan dengan perbandingan 1:1 dimana 1
karung pupuk TSP dan 1 karung pupuk urea. Pakan yang diberikan berupa pakan alami
dan buatan. Dari keseluruhan pembudidaya yang ada, 80% memberikan pakan alami
dan buatan. Pakan buatan yang diberikan berupa dedak padi yang di campur dengan
ampas kelapa.
Setelah dapat memilih lokasi tambak yang baik untuk
budidaya maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan tambak tersebut agar dapat
digunakan untuk membudidayakan ikan bandeng. Kegiatan yang harus dilakukan
dalam persiapan tambak budidaya ikan bandeng meliputi perbaikan komponen
tambak, yaitu pematang, pintu air, caren dan saluran, serta pengelolaan tanah
dasar tambak.
Pematang tambak harus dibuat kokoh, karena fungsi
pematang tambak adalah menahan air didalam tambak. Oleh karena itu pematang
harus diperbaiki setiap akan digunakan untuk budidaya. Perbaikan ini meliputi
penambalan kebocoran dan meninggikan pematang.
Saluran air pada tambak budidaya bandeng ada dua macam
yaitu saluran air masuk dan saluran air keluar. Tinggi dasar saluran air masuk
lebih rendah daripada dasar tambak untuk mengurangi pelumpuran dalam tambak. Dasar saluran air
keluar minimal 15 cm lebih rendah dari dasar tambak terendah agar tambak dapat
dikeringkan dengan sempurna.
Dasar tambak budidaya ikan bandeng biasanya adalah tanah.
Oleh sebab itu, dalam persiapan tambak bandeng harus dilakukan pengelolaan
tanah dasar agar pakan alami (kelekap) yang sangat dibutuhkan oleh ikan bandeng
dapat tumbuh subur. Pengeringan
tanah dasar kolam dilakukan dengan tujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang
ada didasar tambak. Pengeringan dilakukan dengan mengeluarkan semua air dalam
tambak kemudian dilakukan penjemuran. Selama proses tersebut dilakukan kegiatan
pengolahan tanah dasar, misalnya pencangkulan, lalu dikeringkan selama 3-5 hari
sampai tanah dasar tambak tersebut mengering.
Tujuan
pengapuran adalah mempertahankan kestabilan derajat keasaman (pH) tanah dasar
kolam dan air, serta memberantas hama penyakit. Pemupukan bertujuan untuk
meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam.
Dalam satu petak tambak sebaiknya terdapat pintu
pemasukan air dan pintu pengeluaran air, untuk mengatur pemasukan dan
pengeluaran air didalam tambak. Pembuatan pintu air dapat dibuat dari papan
atau pipa paralon yang dilengkapi dengan pipa tegak untuk pergantian air.
Selain itu pada pintu pemasukan sebaiknya dilengkapi dengan waring untuk
mencegah ikan liar masuk ke dalam petak tambak.
Kordi (2007), Benih/nener dapat berasal
dari alam dan hatchery, yang akan digunakan untuk usaha pembesaran ikan bandeng ditambak,
harus nener yang sehat. Nener yang sehat dapat dilihat dari ciri-ciri umumnya
yaitu :
1. Tubuhnya mulus,
tidak terdapat luka, kemerahan
2. Sirip-siripnya
utuh; tidak cacat, patah-patah
3. Warnanya tidak
kusam
4. Gerakannya
aktif
Ukuran ikan yang ditebar
ke tambak pembesaran bisa dimulai dari ukuran nener sampai gelondongan, yang
membedakannya adalah waktu pemeliharaan ditambak pembesarannya.
Padat penebaran nener ditambak
pembesaran berkisar antara 4-5individu/m2 untuk ukuran nener bandeng 1-2 cm.
Sedangkan untuk nener yang berukuran 1–3 cm, padat penebarannya berkisar antara
2–3 individu/m2. Untuk benih bandeng yang berukuran 12–15 cm yang disebut
gelondongan ditebar ke tambak pembesaran dengan padat penebaran 10000 individu/ha.Nener
yang akan di tebar terlebih dahulu di catat jumlahnya, untuk memudahkan
perhitungan pakan yang di berikan dan target produksi yang akan di hasilkan.
Nener perlu di aklimitasi sebelum dilakukan penebaran .
Aklimatisasi ini bertujuan untuk
menyesuaikan kondisi lingkungan dimana nener itu berada dengan kondisi
lingkungan tambak pembesaran. Caranya kantong plastik yang terisi nener, dikurangi
airnya secara bertahap dan digantikan dengan air yang ada dalam tambak
pembesaran. Selanjutnya, secara perlahan-lahan nener bandeng yang ada didalam
kantong platik akan keluar kedalam tambak pembesaran jika sudah terjadi
penyesuaian.
Pada sistim budidaya tradisional pakan bandeng hanya
memanfaatkan kelekap yang tumbuh di tambah apabila kelekap sebagai sumber pakan
di tambah mulai habis maka dapat di lakukan pemupukan kembali. Pemberian pelet
atau pakan ikan merupakan pakan tambahan, pellet di berikan dua kali dalam satu
hari pada pagi dan sore hari. Pada umumnya selama 7 - 10 hari sesudah
pelepasan nener, tidak dilakukan penggantian air. Selama itu nener tambah
menjadi lebih besar dan perlu adanya saringan di pintu yang dapat menahan nener
keluar, akan tetapi dapat memasukkan air ke dalam petakan. Penyegaran dapat
dilakukan dengan mengalirkan air ke luar kemudian diganti dengan air pasang
yang baru. Saringan perlu di cek setiap saat membuka pintu. Penutupan harus
dilakukan dengan hati-hati, terutama dalam pemasangan papan-papan pintu.
Nener tumbuh lebih cepat pada air yang
berkadar garam agak rendah. Oleh karena itu perlu pada musim
kemarau dilakukan penyegaran dengan penggantian air. Penyegaran yang dilakukan
pada musim hujan terutama untuk menjaga (memelihara) klekap atau untuk
memperbaiki kondisi air. Jikalau plankton merupakan makanan
utama diperlukan kadar garam yang rendah dan sering ada hujan akan lebih
bermanfaat (Kordi, 1997).
4.4
Pemasaran
Berdasarkan hasil penelitian di tinjau
dari sistem pemasaran, manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo,
Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Sistem
pemasaran dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan
Sulamu, Kabupaten Kupang.
No
|
Komponen
|
Tanggapan
Responden
|
Persentase
(%)
|
1
|
Sifat budidaya
|
Menunggu
konsumen datang
|
100
%
|
2
|
Ukuran ikan
jual
|
Menjual ikan
dengan L 7cm, P 30cm. 3 individu/1kg
|
100
%
|
3
|
Konsumen yang
dituju
|
Tidak ada
|
100
%
|
4
|
Persaingan
|
Tidak ada
persaingan
|
100
%
|
5
|
Sistem
pembayaran
|
4
langsung,
6 tidak langsung
|
40
%
60
%
|
6
|
Sarana dan
prasarana
|
Cukup memadai
|
100
%
|
7
|
Pasca panen
|
Langsung
dijual
|
100
%
|
8
|
Sistem
penanganan
|
Menggunakan es
|
100
%
|
Tabel 5 memperlihatkan bahwa dari 10
responden yang diwawancara mengatakan bahwa sistem pemasaran yang digunakan
oleh pembudidaya yaitu menunggu konsumen datang. Ukuran ikan yang dijual
panjang 30 cm dan lebar 7 cm atau 3 individu/kg. Menurut Kordi(2009), untuk mencapai
berat ikan bandeng sebesar 3 ons atau 3 ind per kg, perlu ditunjang dengan
pemberian pakan yang baik (bermutu atau berkualitas). Pembeli biasanya berasal dari NTT dan produk tersebut
ada yang dikirim ke Jawa untuk dijual dan dilakukan penangan lanjut. Sebelum
ikan dikirim, penanganan yang dilakukan yaitu dengan pemberian es agar ikan
tidak cepat rusak.
Nasution (2005), mengatakan bahwa
kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen, atau dengan
kata lain bahwa perusahaan harus benar-benar memahami apa yang dibutuhkan
konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan.
Dalam pemasaran tidak dijumpai
persaingan dan penjualan. Sistem pembayaran dilakukan secara langsung dan tidak
langsung yang terjadi pada saat transaksi penjualan. Semua jenis usaha baik usahanya berskala
besar maupun berskala kecil sudah tentunya membutuhkan biaya untuk memulai
usaha tersebut. maka faktor pemasaran mempunyai arti sangat penting dalam suatu
kegiatan usaha. Oleh karena itu pemasaran perlu dikelola dengan baik dan benar.
Pemasaran
merupakan aspek yang sangat mendasar dalam mencapai keuntungan suatu usaha.
jika produk yang dihasilkan tidak memiliki sarana pasar maka produk tersebut
tidak akan terjual, oleh karena itu sebelum melakukan usaha seorang pengusaha
sebaiknya berpikir dan berorientassi ke aspek pemasaran. Menurut
Djanaid (2009), bahwa pasar adalah orang-orang yang mempunyai kebutuhan untuk
dipuaskan, mempunyai uang untuk melakukan pembelian dan kemauan untuk
membelanjakannya.
Menurut
Dardiani (1999),
bahwa pasar sangat penting untuk kelangsungan kegiatan produksi, jika kemampuan
pasar untuk menyerap produksi sangat tinggi maka pengusaha dapat menentukan
harga jual produk yang diproduksi sesuai dengan yang diinginkan dengan
penentuan harga jual yang tepat maka keuntungan akan mudah diperoleh. Ada
beberapa hal yang harus perlu diketahui oleh pengusaha di bidang perikanan,
khususnya pengusaha ikan sebelum melangkah ke sapek pemasaran yaitu : sasaran
pemasan, persaingan dan strategi pemasaran.
Sarana dan prasarana yang ada pada saat
pengangkutan sudah cukup memadai sehingga memudahkan dalam proses pemasaran.
Ikan yang telah dipanen di beri pananganan pasca panen yaitu dengan cara
pemberian es agar ikan tidak mudah rusak sehingga dapat langsung dijual ke
konsumen.
4.5 Keuangan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
ditinjau dari sistem keuangan dari manajemen usaha budidaya ikan bandeng di
Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada Tabel 6.
Tabel
6. Sistem keuangan dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo,
Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
No
|
Komponen
|
Tanggapan
Responden
|
Persentase
(%)
|
1
|
Jumlah modal
|
>Rp.
2-3 juta
|
100
%
|
2
|
Asal modal
|
Milik pribadi
Milik kelompok
|
40
%
60
%
|
3
|
Sistem pembukuan
|
Ya
|
100
%
|
4
|
Penyusunan anggaran
|
Ya
|
100
%
|
5
|
Keuntungan
|
5 juta,
dan masih digunakan dalam kegiatan budidaya selanjutnya
|
100
%
|
Tabel 6 memperlihatkan bahwa dari 10
responden yang di wawancarai mengatakan modal yang digunakan dalam satu siklus
produksi berkisar >2-3 juta
rupiah dengan kepemilikan modal bersifat pribadi dan kelompok. Sistem pembukuan juga telah
dilakukan dan di kelola dengan baik dan benar sehingga penyusunan anggaran
untuk alokasi dana dapat digunakan secara tepat. Satu kali siklus produksi mendapat keuntungan
> 5 juta rupiah yang
sebagiannya digunakan sebagai modal untuk kegiatan produksi berikutnya.
Kordi (2009), Biaya
operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan ketika tambak dioperasikan
untuk memelihara bandeng. Budidaya bandeng memerlukan bibit dan pakan. Untuk
menambah sediaan makanan alami maka diperlukan pemupukan pada tambak. Untuk
mengelola tambak diperlukan tenaga kerja.
Biaya operasional terbesar (lebih dari 50%) adalah
biaya pakan. Salah satu ciri penting pengelolaan tambak semi intensif adalah
pemberian pakan. Biaya pakan menjadi cukup besar sebab pakan yang diberikan
adalah pakan buatan pabrik yang saat ini harganya masih sangat tergantung pada
harga bahan baku pakan yang sebagian besar masih didatangkan dari pasar luar
negeri.
Biaya kedua terbesar (sekitar 10%) adalah biaya tenaga
kerja. Tenaga yang diperlukan adalah 2 tenaga upahan tetap dan 1 tenaga
pemilik, dengan upah sesuai jumlah produksi dan tenaga tidak tetap yang
diperlukan saat panen. Dua tenaga upahan bertugas untuk mengelola tambak
sekaligus menjaga tambak selama 24 jam. Pemilik tambak diasumsikan menerima
upah yang sama dengan pekerjanya. Informasi dari petambak menyatakan bahwa
sebagai pemilik pekerjaan yang harus dilakukan hanyalah mengawasi pengelolaan
tambak yang dilakukan oleh pekerjanya dan mengatur administrasi tambak yang
tidak dilakukan secara formal (tidak ada pembukuan yang dilakukan). Dengan
demikian upah itupun telah memadai bahkan upah ini sudah termasuk biaya untuk
membayar listrik penerangan tambak dan biaya administrsi lain. Itulah sebabnya
biaya administrasi tidak lagi diperhitungkan tersendiri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarakan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Tambak tradisional budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo
sudah menerapkan sistem perencanaan.
2. Tambak tradisional budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo
sudah dilakukan dengan sistem monokultur.
3. Pemasaran ikan bandeng dilakukan secara langsung dilokasi
budidaya dan di kirim ke jawa untuk di jual lagi.
5.2
Saran
Berdasarkan
kesimpulan diatas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
a. Perlu
adanya penelitian lanjutan mengenai aspek pemasaran dan aspek keuangan di tambak tradisional
masyarakat Desa Bipolo.
b. Sosialisasi
pemasaran ikan bandeng perlu ditingkatkan, sehingga pada akhirnya masyarakat dapat menghasilkan ikan bandeng sesuai
dengan kriteria mutu pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Amri K, 2007. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif.
Edisi VI. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Hal. 4 – 5, 7 – 8 dan 12.
Anonymous.
2009. Standar Nasional Indonesia (SNI)
produksi bandeng ukuran konsumsi
(SNI
7309:2009)
Djanaid D. 1999. Buku Ajar Kewirausahaan. Lembaga Pengkajian dan
Pengembangan Pendidikan (LP3) Universitas Brawijaya, Malang. Hal. 184 dan
194. (Tidak Dipublikasikan).
Khotima, K, S.T Sutanto, Maleha, E.S
Hani. 2002. Evaluasi Proyek dan
Perencanaan Usaha, Gahalia Indonesia, Malang
Kordi MGH. 2007. Pembenihan
Bandeng. PT. Perca, Jakarta.
Murtidjo, BA. 2007. Seri Budidaya Bandeng Tuntunan bagi Petambak
dan Peminat Budidaya Bandeng Intensif. Kanisius Yokyakarta.
Soesono S. 1988. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. PT.
Gramedia, Jakarta.
Tim penulis PS Edisi Revisi.
2007. Agribisnis Perikanan, Penebar
Swadaya, Jakarta
Lampiran 1. Kuisioner
Nama Responden
|
:
|
Tanggal Pengambilan Data
|
:
|
Jenis Kelamin
|
:
|
Judul
|
: Manajemen Usaha Budidaya Ikan Bandeng Di Tambak Tradisional
Masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang
|
KUISIONER
A. Perencanaan
lokasi usaha
1. Aspek
teknis-ekonomis
a. Apakah
tanah yang digunakan bersifat milik pribadi atau sistem sewa?
b. Apakah
dalam melakukan usaha budidaya dibentuk secara kelompok atau individu?
c. Sumber
biaya usaha berasal dari mana?
d. Berapa
besar biaya transportasi yang dibutuhakan dalam
penyediaan bahan produksi?
e. Bagaimana
kondisi dari sarana jalan yang ada?
f. Berapa
jumlah tenaga kerja yang di pekerjakan?
g. Tenaga
kerja yang bekerja ditambak berkisar antara umur berapa sampai berapa?
h. Apa
pendidikan terakhir dari para tenaga kerja yang bekerja di tambak?
i.
Apakah sarana listrik
tersedia di lokasi tambak?
2. Aspek
iklim
a. Apakah
budidaya dilakukan sepanjang tahun?
b. Musim
yang baik untuk budidaya, kapan?
c. Apakah
curah hujan sangat baik dalam proses budidaya?
3. Aspek
agrionomis
a. Bagaimana
topografi dari lahan budidaya tersebut?
b. Lokasi
tambak berada dimana?
c. Bagaimana
jenis dan kondisi tanah dari tambak tersebut?
d. Sumber
air laut dan air tawar berasal dari mana?
B. Teknis
budidaya
a. Bagaimana
sistem budidaya yang diterapkan?
a. Monokultur
b. Polikultur
b. Kegiatan
apa saja yang dilakukan sebelum penebaran benih?
c. Jenis
ikan apa yang dibudidayakan?
d. Apakah
benih yang didapat berasal dari :
a. Alam,
ketersediaannya bagaimana?
b. Hatchery,
dimana dan harga belinya berapa per ekor dan ukurannya berapa?
e. Berapa
ukuran ikan yang digunakan pada saat pendederan?
f. Berapa
banyak benih yang di tebar pada awal masa budidaya?
a. <
200 ekor
b. 200-500
ekor
c. >
500 ekor
g. Apakah
jenis pengangkutan benih dilakukan secara tertutup atau terbuka, jelaskan?
h. Apakah
perlu dilakukan pemupukan?
a. Ya
(jelaskan)
b. Tidak
(jelaskan)
i.
Berapa kali pemupukan
dalam satu siklus produksi, jenis pupuk yang digunakan serta cara penebarannya
bagaimana?
j.
Berapa dosis pupuk yang
digunakan dalam pemupukan di tambak?
k. Apakah
pengapuran perlu dilakukan?
l.
Berpa dosis kapur yang
digunakan pada saat pengapuran tanah tambak?
m. Jenis
pakan apa yang digunakan?
a. Pakan
alami (sebutkan dan jelaskan)
b. Pakan
buatan (sebutkan dan jelaskan)
C. Pemasaran
a. Apakah
sistem budidaya yang digunakan oleh pembudidaya sifatnya menunggu konsumen
datang atau mencari konsumen?
b. Berapa
ukuran ikan bandeng yang biasa dijual untuk dikonsumsi dan berapa harga
jualnya?
c. Siapa
konsumen yang dituju?
d. Apakah
ada persaingan dalam pemasaran?
e. Apakah
sistem pembayaran dilakukan secara langsung atau tidak pada waktu transaksi
terjadi?
f. Apakah
sarana dan prasarana yang ada pada saat pengangkutan sudah memadai atau tidak?
g. Apakah
ikan yang di panen langsung di jual ke konsumen atau dilakukan penyimpanan
terlebih dahulu?
h. Apakah
penanganan yang dilakukan pada saat pasca panen dan bagaimana caranya?
D. Keuangan
a. Berapa
modal yang digunakan dalam satu kali siklus produksi?
b. Apakah
modal yang digunakan berasal dari kepemilikan sendiri atau dipinjam? (kalau
dipinjam berasal dari mana)
c. Apakah
dilakukan sistem pembukuan yang baik dan benar dalam mengelola dana yang ada?
d. Apakah
cara penyusunan anggaran untuk alokasi dana digunakan secara tepat?
e. Apakah
keuntungan dari hasil budidaya digunakan untuk modal dalam kegiatan budidaya
selanjutnya?