Jumat, 24 Oktober 2014

ikan hias



BAB I
                                                             PENDAHULUAN           
1.1.LATAR BELAKANG
Ikan black moscow, ini tumbuh dan berkembang di perairan air tawar dan beberapa di antaranya juga ada yang hidup di perairan air payau. Black moscow merupakan ikan yang membuahi telur-telurnya di dalam tubuh induknya. Makanan utamanya adalah plankton dan bahan organik,ada juga sebagian dari jenis ikan ini yang memakan dedaunan (herbivora).
Berdasarkan bentuk ekornya ada beberapa jenis Jenisnya berdasarkan corak warna tubuhnya antara lain single color yang memiliki warna merata pada seluruh tubuhnya. Ikan black moscow sangat mudah untuk dibudidayakan atau diternakan, tidak ada salahnya apabila hobi kita dapat menghasilkan juga. Ikan kecil yang indah ini memang banyak sekali penggemarnya bahkan tidak hanya di Indonesia saja, ikan yang merupakan jenis famili Pocilidae ini walaupun kecil tapi penampilannya yang sangat memukau dan indah untuk dilihat itulah alasan utama kenapa Ikan black moscow banyak diminati penghobi ikan hias.
Bagi para pecinta ikan hias Ikan black moscow adalah ikan yang sudah tidak asing lagi karena cirinya yang cukup menonjol dibanding ikan hias lainnya, ciri tubuhnya yang memiliki ekor yang melebar dengan corak warna yang cukup kontras dan mencolok itulah ikan ini selalu menjadi pusat perhatian bagi yang melihatnya. Namun bagi anda yang sudah banyak mengoleksi Ikan black moscow ini dan senang memeliharanya, anda bisa juga melakukan ternak atau membudidayakan Ikan black moscow  ini karena cukup mudah untuk dikembangbiakan. Bahkan apabila anda mampu membudidayakannya dengan maksimal hal ini bisa menjadi keuntungan yang luar biasa, kenapa? karena selain anda dapat menyalurkan hobby anda juga tentunya akan mendapatkan penghasilan yang tidak sedikit.






BAB II
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN

2.1. Klasifikasi dan Morfolog
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinodontiformes
Famili : Poecillidae
Genus : Poeilia
Spesies : P. rectulata
2.3. Persiapan Aquarium
Pemeliharaan black moscow di dalam aquarium dapat digabung dengan black moscow atau ikan hias jenis lain. Ukuran aquarium yang digunakan disesuaikan dengan masing-masing. Yang penting ukurannya sesuai dengan jumlah ikan yang ada di dalamnya. Sebagai patokan black moscow yang dipelihara tanpa campuran ikan lain dapat digunakan aquarium berukuran 40 x 40 x 60 cm untuk sekitar 50 ekor. Jika dipelihara dengan ikan lainnya harus lebih besar misalnya 100 x 40 x 60 cm.
Sarana penunjang aquarium seperti filter dan lampu flourescence harus tersedia. Aquarium juga diberi dekorasi berupa dekorasi biotik (menggunakan tanaman hidup seperti tanaman air) atau dekorasi abiotik (benda-benda mati seperti pasir, batu kerikil kecil, karang, patung, kincir air dan tanaman imitasi).
2.3.1. Kualitas Air
Air yang akan digunakan sebaiknya diendapkan dan diaerasi terlebih dahulu selama 2 hari agar terbebas dari zat-zat berbahaya. Black moscow akan hidup dengan baik pada air bersuhu 25-28 derajat celcius dengan PH 7,5-8. Pada kisaran angka tersebut black moscow sangat bernafsu makan dan pertumbuhan ekornya akan maksimal. Selain itu black moscow akan mati jika PH air aquarium sangat asam (<5) atau sangat basa (>9).
Agar kebersihan tetap terjaga, sistem penyaringan di dalam aquarium black moscow harus benar-benar dirancang dengan baik. Media penyaringan dapat berupa under gravel atau sistem penyaringan di luar aquarium dengan menggunakan pompa. Pompa yang digunakan untuk mendistribusikan air ke dalam media penyaringan sebaiknya tidak terlalu besar, untuk mencegah black moscow tidak tersedot. Sementara itu, untuk menjaga kualitasnya, air aquarium black moscow harus diganti setiap satu minggu sekali.
2.3.2. Pemberian Pakan
Pakan alami yang diberikan untuk black moscow yaitu cuk (jentik nyamuk), kutu air, cacing sutra, dan cacing darah. Untuk pakan buatan yaitu pelet halus khusus black moscow yang bisa diperoleh di toko ikan hias.
2.4. PENGENDALIAN PENYAKIT
2.4.1. Jamur Mulut
Gejalanya adalah muncul area berwarna putih di sekitar mulut black moscow, lama kelamaan mulut black moscow akan memutih seperti spon. Jika dibiarkan black moscow akan mati. Pengobatan dengan memberikan aeronomicnya sebanyak 250 gram per 20 liter air aquarium.
2.3.2. Jamur Mahkota
Gejalanya adalah munculnya spons berwarna putih pada kepala black moscow. Serangan penyakit ini dapat membunuh black moscow dalam waktu 3 hari. Pengobatan dilakukan dengan memberikan aeronomicnya sebanyak 100 gram per 10 liter air aquarium.
2.3.3. Jamur Pada Sirip dan Ekor
Gejala ditandai dengan munculnya warna abu-abu dan luka gores pada ekor dan sirip. Agar penyakit ini tidak berkembang suhu air harus dinaikkan dengan menggunakan heater hingga mencapai 23 derajat celcius. Pengobatan dengan memberikan 2 cc methylene blue ke dalam aquarioum berukuran 40 x 40 x 60 cm.
2.3.4 Jamur Pada Insang
Serangan jamur ini menyebabkan warna insang black moscow menjadi lebih merah dari biasanya dan tutup insang terangkat sehingga insang terlihat dengan jelas, tubuh black moscow menjadi kurus. Pengobatan dilakukan dengan memberikan larutan kombinasi aeromicyn sebanyak 100 gram dan terramicyn sebanyak 100 gram ke dalam 20 liter air aquarium.

2.3.5. Penyakit Tubercolusis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri mycobacterium piscium. Penyakit ini menyerang saat black moscow dalam keadaan lemah akibat kualitas dan pakan buruk. Gejalanya yaitu tubuh black moscow terlihat kurus. Pengobatan dengan memberikan terramicyn dengan dosis sesuai petunjuk pada kemasan.
2.3.6. Kutu Ikan
Penyakit ini disebabkan oleh parasit copepoda. black moscow  yang terserang akan menjadi lemah dan tidak memiliki nafsu makan. Pengobatan dilakukan dengan memberikan 4 tetes kalium permanganate (PK) ke dalam 20 liter air aquarium per minggu. Dalam waktu 3-4 minggu biasanya penyakit kutu ikan ini sudah bisa disembuhkan.

















BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasn di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa ikan black moscow sangat mudah untuk di budidaya dan carah penanganan penyakitnya sangat sederhana  dan dapat menggunakan bahan –bahan alami.

Kamis, 23 Oktober 2014

Manajemen Usaha Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos, Forskal) di Tambak Tradisonal Masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang”. STENLI O. KOTE

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini bandeng (Chanos chanos, Forskal) dibudidayakan secara tradisional dengan padat penebaran berkisar antara 3000-5000 individu/ha. Budidaya ini hanya mengandalkan pupuk untuk pertumbuhan kelekap sebagai pakan alami dan konstruksi tambak seadanya maka produksi rata-rata yang dicapai hanya sekitar 300-1.000 kg/ha/musim. Lambatnya teknik budidaya bandeng disebabkan oleh pasokan nener (benih bandeng) yang sangat tergantung dari hasil tangkapan di alam. Keberhasilan produksi benih di hatchery (panti benih) memungkinkan pasokan nener yang kontinyu sepanjang tahun sehingga pembesaran di tambak dilakukan lebih intensif. Produksi bandeng dapat ditingkatkan lebih dari 500% bila teknik budidaya diperbaiki dan dikembangkan secara intensif.
Bandeng (Chanos chanos, Forskal) merupakan salah satu jenis ikan budidaya yang menjadi komoditas perikanan andalan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan meningkatnya permintaan dari tahun ke tahun, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Ikan bandeng (Chanos chanos, Forskal) mempunyai pertumbuhan yang relatif cepat, dan dapat hidup pada kisaran salinitas yang tinggi serta tahan terhadap penyakit (Kordi, 2007).
Pada saat ini masih terdapat berbagai kendala terhadap pengelolaan ketersediaan sumberdaya tambak yang belum termanfaatkan secara optimal. Mempertimbangkan situasi tersebut perlu dilakukan peninjauan pada strategi pengembangan budidaya tambak sehingga tidak lagi bertumpu pada satu jenis komoditas tetapi juga dengan melakukan diversifikasi komoditas serta diversifikasi pemanfaatannya, hal ini diharapkan mampu mengatasi masalah penurunan produksi tambak.
Teknik budidaya bandeng diarahkan untuk meningkatkan produksi dan keuntungan dengan cara menghasilkan bandeng berkualitas. Budidaya bandeng meliputi penentuan metode budidaya, pemilihan lokasi, rancang bangun, tata letak, konstruksi, serta seleksi benih sampai dengan gelondongan, pembesaran, panen, pasca panen dan pemasaran. Selain itu juga harus tetap memperhatikan sistem pengelolaan mutu/kualitas air dan pakan, serta pencegahan/ penanggulangan hama dan penyakit.
Tambak yang dimiliki oleh masyarakat Desa Bipolo mempunyai fungsi dan peran sebagai pemenuhan kebutuhan konsumen ikan bandeng, sebagai area pemancingan bagi kebutuhan refresing perkotaan dan penyuplai umpan untuk kebutuhan pemancingan ikan tuna/cakalang. Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan produksi tambak budidaya yakni manajemen. Faktor manajemen merupakan salah satu faktor dalam mendukung keberhasilan suatu usaha. Pengembangan usaha budidaya bandeng di tambak perlu memperhatikan beberapa aspek antara lain : analisis kesesuaian lahan, perencanaan produksi, pelaksanaan kegiatan budidaya sampai dengan sistem pemasaran pemasaran serta keuangan.
Selama ini budidaya ikan bandeng yang dikembangkan oleh pembudidaya di Desa Bipolo belum mengikuti tahapan manajemen yang baik. Oleh karena itu untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi pembudidaya ikan bandeng di Desa Bipolo ditinjau dari segi manajemen usaha, perlu dilakukan penelitian dengan judul Manajemen Usaha Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos, Forskal) di Tambak Tradisonal Masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang”.
1.2.Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana tahap-tahap perencanaan produksi dalam budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
2.      Bagaimana tahapan pelaksanaan budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
3.      Bagaimana proses pemasaran ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
1.3.Tujuan Dan Kegunaan
1.3.1        Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui tahapan perencanaan produksi budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
2.      Untuk mengetahui pelaksanaan budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
3.       Untuk mengetahui proses pemasaran ikan bandeng ditambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
1.3.2        Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1.       Sebagai sumber informasi bagi pembudidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang tentang tahap-tahap manajemen dalam usaha budidaya ikan bandeng.
2.      Sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Manajemen
Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman.Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu: 1)Manajemen sebagai suatu proses, 2)Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen, 3)Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yangdiberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi. Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.
Selanjutnya, Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama. Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen. Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Menurut James A. F. Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi danmenggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
2.3  Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen yang terdapat dalam sebuah usaha perikanan antara lain sebagai berikut :
1.      Perencanaan
Fungsi ini merupakan tindakan untuk menentukan sasaran dan arah yang dipilih. Di dalam perencanaan dituntut adanya kemampuan untuk meramalkan, mewujudkan dan melihat ke depan dengan dilandasi oleh tujuan-tujuan tertentu.
2.      Pengorganisasian
Fungsi ini merupakan tindakan mengatur dan membagi-bagi bidang pekerjaan antara kelompok yang ada. Setelah terbentuk kelompok yang diperlukan, fungsi pengorganisasian akan menetapkan dan memperinci hubungan-hubungan yang diperlukan.
3.      Penggerakan
Penggerakan merupakan tindakan untuk merangsang anggota-anggota kelompok agar melaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan dengan baik dan antusias.
4.      Pengawasan
Fungsi ini merupakan tindakan untuk mengawasi aktivitas-aktivitas yang terkait agar dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Tim penulis Penebar Swadaya, 2007).
Selanjutnya Tim penulis Penebar Swadaya, (2007) menyatakan bahwa, dalam bisnis perikanan dan bisnis lainnya, ada beberapa aspek yang sangat memerlukan manajemen. Aspek utama yang penting diperhatikan dan memerlukan manajemen yang tepat antara lain sebagai berikut :
a.       Aspek produksi
Dalam aspek produksi, kegiatan manajemen diterapkan pada proses produksi. Manajemen mencakup perencanaan produksi dan pengendalian proses produksi. Selama proses produksi berlangsung, kegiatan manajemen diperlukan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan persiapan dan proses produksi, baik jangka pendek, menengah, atau panjang. Demikian diharapkan pengusaha dapat berproduksi lebih efisien.
b.      Aspek pemasaran
Manajemen pemasaran mencakup kegiatan untuk mendistribusikan hasil produksi ke tangan konsumen. Melakukan manjemen pemasaran yang baik, sebuah perusahaan akan menentukan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran pemasaran, melihat ada tidaknya persaingan, dan menentukan strategi pemasaran yang harus di jalankan.

c.       Aspek keuangan
Manajemen keuangan meliputi kegiatan mengelola keuangan dalam suatu usaha. Didalamnya sudah termasuk pula cara mendapatkan dan cara mengalokasikan dana untuk suatu rangkaian usaha atau bisnis.
2.4  Aspek Produksi
Aspek produksi sangat memerlukan kegiatan manajemen agar dapat mengarahkan usaha produksi sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Selain itu bisnis perikanan sifatnya cukup kompleks sehingga memerlukan pemikiran yang cermat. Kecermatan mengelola usaha perikanan perlu dilakukan mulai dari persiapan produksi dan saat proses produksi itu berlangsung.
2.4.1   Persiapan Produksi
Sebelum usaha perikanan dimulai, segala sesuatu yang perlu dipertimbangkan secara matang agar tidak ada kekhawatiran dan penyesalan saat usaha sudah berjalan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan perlu di pertimbangkan antara lain perencanaan produk, perencanaan lokasi usaha, perencanaan standar produksi, dan pengadaan tenaga kerja.
a.    Perencanaan produk
Jenis ikan yang akan diproduksi perlu dipertimbangkan dan ditentukan terlebih dahulu. Jenis ikan yang dipilih hendaknya dapat memenuhi selera pasar dengan baik dan disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Hasil produksi ikan yang memenuhi selera pasar akan mempermudah pemasaran sehingga tidak ada kekhawatiran ikan tidak terjual.
Dipasaran dilihat bahwa produk yang disenangi atau diperlukan konsumen tidak hanya satu jenis saja, tetapi bermacam-macam. Pemilihan produk dapat dilakukan pada satu atau beberapa jenis ikan saja, tidak perlu semuanya. Dalam memilih jenis ikan, diadakan seleksi dengan cara meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi jenis (yang dipilih) tersebut.
Faktor-faktor yang dilakukan dalam memilih jenis produk antara lain, kegunaan, jumlah permintaan pasar, kemungkinan pengembangan, potensi penjualan, persaingan, distribusi, faktor budidaya, dan umur panen. Gabungan faktor-faktor ini yang menunjukkan profil ikan yang sesungguhnya. Kelemahan atau kekuatan yang timbul bila memproduksi ikan akan terlihat.
b.    Perencanaan lokasi usaha
Lokasi yang tepat akan mempunyai pengaruh positif bagi kelangsungan usaha. Oleh karena itu, dalam penentuan lokasi perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh. Selain itu, juga perlu melihat prospek lokasi tersebut pada masa yang akan datang. Lokasi yang dipilih sebaiknya dapat mendukung untuk mendatangkan keuntungan terbesar. Selain itu, lokasi yang akan digunakan sangat berpotensi tinggi untuk kegiatan usaha.
Perencanaan lokasi hendaknya dilakukan sebaik-baiknya. Sebagai bahan pertimbangan, dalam penentuan lokasi perlu meninjau beberapa aspek sebagai berikut:

Ø  Aspek teknis-ekonomis
Berdasarkan aspek teknis-ekonomis, ada beberapa hal yang perlu dilihat dari lokasi usaha yang direncanakan, yaitu biaya transportasi, sarana jalan, tenaga kerja, sewa tanah, serta sarana listrik dan irigasi.
-          Biaya transportasi
Biaya ini menyangkut tranportasi, baik itu dari lokasi usaha dengan tempat penyediaan bahan produksi, ataupun lokasi usaha dengan tempat pemasaran.
-          Sarana jalan
Sarana jalan tidak kalah penting, bila aspek ini tidak diperhatikan, terkadang bisa menaikkan biaya pemasaran atau biaya pengangkutan sehingga terjadi penambahan biaya opersional. Tidak jarang suatu lokasi harus dibuatkan sarana jalannya terlebih dahulu karena sangat sulit dijangkau.
-          Harga tanah
Perlu dicari lokasi dengan harga atau sewa tanah yang ringan. Tujuannya untuk mengantisipasi adanya kemungkinan pengembangan usaha dimasa yang akan datang.
-          Sarana listrik dan irigasi
Listrik sangat diperlukan dalam menjalankan usaha perikanan. Selain itu sarana penerangan, listrik diperlukan untuk menjalankan sarana elektronik lain, seperti pompa dan blower. Sementara sarana irigasi mutlak diperlukan, mengingat ikan merupakan organisme yang memerlukan sirkulasi atau pergantian air.
Ø  Aspek iklim
Aspek iklim mempengaruhi keberhasilan budidaya perikanan. Umumnya bisnis perikanan tergantung pada faktor alam. Misalnya, curah hujan mempengaruhi sumber air bila curah hujannya sedikit, tentunya daerah tersebut kurang ideal untuk suatu usaha perikanan. Demikian juga sinar matahari berpengaruh terhadap kemampuan hidup dan berkembang biak ikan karena matahari mempengaruhi suhu rata-rata harian. Oleh karena itu, hendaknya jenis ikan yang dibudidayakan disesuaikan dengan iklim pada suatu daerah.
Ø  Aspek agronomis
Cakupan aspek agronomis antara lain topografi, lokasi, jenis tanah, serta jenis perairan yang ada dilokasi tersebut. Lokasi budidaya air payau dan air laut, kadar salinitas juga mempengaruhi jenis ikan, misalnya pada tambak. Tambak yang letaknya jauh dari pantai dan dekat sungai mempunyai salinitas rendah. Sementara tambak yang dekat dengan pantai dan sungai mempunyai salinitas sedang. Kedua tambak tersebut cocok untuk tempat memelihara ikan bandeng atau udang karena pengeringannya mudah dilakukan sehingga mudah dipupuk. Bila menggunakan tambak yang dekat sekali dengan pantai, kadar salinitasnya tinggi dan pengeringan airnya sulit sehingga tidak cocok untuk usaha bandeng dan udang.
Meskipun terlihat sepele, topografi harus tetap diperhatikan. Bila tidak sesuai, perkembangan ikan akan terganggu. Misalnya ikan akan kekurangan nafsu makan bila hidup didataran tinggi (suhu terlalu dingin).
Dalam memilih lokasi, penting sekali memperhatikan faktor pencemaran. Perlu diperhatikan ada tidaknya industri atau kegiatan-kegiatan yang dapat merusak sumber air di sekitar lokasi. Bila kondisi airnya tercemar akan mengganggu pertumbuhan ikan walaupun telah menggunakan benih unggul. Selain itu, kandungan limbah yang terdapat pada ikan juga akan membahayakan orang yang mengonsumsinya.
Selain mempertimbangkan ketiga aspek diatas, perlu juga melihat aspek lingkungan, sosial budaya masyarakat disekitar lokasi, dan kebijaksanaan pengembangan usaha pemerintah. Masyarakat disekitar lokasi usaha perikanan sebaiknya mendukung usaha yang dijalankan dan berorentasi terhadap bisnis. Adanya kompetisi dengan pengusaha setempat juga perlu dipertimbangkan. (Tim penulis Penebar Swadaya, 2007).
c.       Perencanaan standar produksi
Pengusaha yang berpikiran maju tidak hanya sekadar mementingkan jumlah produksi saja, tetapi juga mengutamakan kualitas produksinya. Hal ini sangat berperan dalam menentukan segmen pasar. Bila suatu produk dilempar kepasaran maka produk dengan kualitas terbaik yang akan lebih banyak diminati. Dengan demikian, secara otomatis harganya juga akan lebih baik.
Bila kita merencanakan usaha untuk jangka waktu lama dan tidak terbatas, usaha menjaga kualitas produk merupakan langkah yang harus selalu dipertahankan. Hal ini penting untuk menjaga penilaian mutu dari konsumen.
Usaha untuk menghasilkan produk perikanan sesuai standar yang diharapkan memang tidak mudah. Namun, dengan imbalan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan harga biasa, tentunya usaha kita tidak akan sia-sia.
d.      Perencanaan tenaga kerja
Aspek ini penting untuk diperhatikan karena akan sangat membantu jalannya sebuah usaha. Ketersediaan tenaga kerja yang mengerti dan memahami usaha perikanan akan mempermudah menjalankan usahanya. Aspek mental tenaga kerja juga perlu diperhatikan untuk menghindari kecurangan-kecurangan yang terjadi didalam perusahaan. Jumlah dan besarnya upah tenaga kerja juga perlu dipertimbangkan agar semua aspek usaha dapat ditangani dengan baik tanpa memperbesar biaya operasional.
Bisnis perikanan mencakup beberapa bidang pekerjaan. Secara mudahnya, bisnis ini dapat dibagi menjadi bidang budidaya dan administrasi. Kedua bidang ini terdiri dari bermacam-macam pekerjaan, mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga kerja untuk menjalakan semua pekerjaan itu.
Banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan perlu diperkirakan dengan besarnya usaha yang akan dijalankan. Usaha-usaha perikanan yang yang besar, seperti tambak, membutuhkan tenaga kerja kasar, pengawas, administrasi, keamanan, teknisi peralatan, ahli bandeng, dan lain-lain. Sementara usaha dalam luasan kecil tentunya tidak memerlukan semua itu, cukup dengan tenaga kerja kasar saja.
Besarnya upah yang diberikan disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Makin besar tanggung jawab pekerjaan, makin tinggi upah yang di berikan. Pekerjaan yang menuntut keahlian pengetahuan tinggi, tentu lebih mahal di bandingkan tenaga harian. Umumnya, jenjang pendidikan juga berpengaruh terhadap besarnya upah. Oleh karenanya, ada kecenderungan pengusaha dari kota besar atau dari luar negeri memilih lokasi di daerah pelosok agar biaya tenaga kerjanya lebih murah. Dengan demikian, biaya produksi bisa ditekan.
2.4.2   Teknis Budidaya Perikanan
Pengertian budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sementara dalam pengertian luas, budidaya perikanan adalah semua usaha membesarkan dan memperoleh ikan, baik ikan yang masih hidup liar di alam atau sudah dibuatkan tempat tersendiri dengan adanya campur tangan manusia.
Tujuan budidaya perikanan, yaitu untuk mendapakan produksi perikanan yang lebih baik atau lebih banyak dibandingkan dengan hasil dari ikan yang hidup di alam secara liar. Untuk memenuhi tujuan itu, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi usaha budidaya ini. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1.        Penyediaan benih
Benih yang baik sangat penting untuk memperoleh produksi yang tinggi. Benih tersebut harus sudah cukup umur untuk dilepas, ukurannya sudah memenuhi syarat, dan sehat, serta persentase kematiaannya rendah. Bila mendatangkan benih dari tempat yang jauh, usahakan benih jangan mati akibat cara pengangkutan yang buruk.
2.        Pembuatan tempat pemeliharaan
Bentuk  tempat pemeliharaan tidak menjadi persoalan, namun hal yang perlu diperhatikan adalah ukuran tempat tersebut. Luas tempat yang disediakan untuk membesarkan ikan harus sesuai dengan jumlah populasi yang ditebarkan. Jangan sampai tempat itu terlalu sesak oleh ikan atau tempatnya terlalu besar sehingga menghabiskan biaya. Tempat yang digunakan sebaiknya dipastikan bebas dari bibit hama atau penyakit. Keringkan kolam yang akan digunakan selama beberapa hari hingga tanah dasarnya retak-retak. Sifat-sifat ikan perlu dipelajari terlebih dahulu sebelum membangun tempat pemeliharaan karena keduanya sangat berkaitan. Misalnya, ada ikan yang suka merusak pematang, ada yang senang bertelur didasar kolam, dan ada yang membutuhkan tempat berlindung atau bersembunyi. Lingkungan di tempat pemeliharaan perlu diperhatikan. Bersihkan lingkungan sekitar lokasi dari semak belukar atau rumput-rumputan, jangan sampai ada pemangsa, seperti ular atau linsang yang bersarang.
Perencanaan yang matang mengenai pembangunan tempat pemeliharaan sangatlah penting. Untuk jangka waktu yang cukup lama, tempat pemeliharaan merupakan aset yang berharga untuk reproduksi.
3.        Pengairan
Air merupakan hal yang vital bagi kehidupan ikan. Oleh karena itu sumber air perlu dijaga walaupun berada diluar wilayah pemeliharaan. Bila musim hujan atau banjir, usahakan jangan sampai kolam menjadi tergenang sehingga ikan hilang atau hanyut terbawa air. Sementara pada musim kemarau, penambahan air perlu dlakukan agar kolam tidak kering.
Pintu saluran air sebaiknya rutin diperiksa. Hal ini penting untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran air. Selain itu juga jangan sampai air keruh dan lumpur yang pekat masuk kedalam kolam. Air yang keruh karena banyak mengandung lumpur bisa mengurangi nafsu makan ikan. Lain halnya bila air agak keruh karena dipenuhi ganggang atau plankton. Sebagai sumber makanan bagi ikan, keberadaan ganggang atau plankton perlu perhatikan.
4.        Pakan/pemupukan
Pakan dan pemupukan mempengaruhi pertumbuhan ikan dalam habitatnya. Pakan yang dikonsumsi ikan akan memberikan sebuah suplai energi dalam tubuh sehingga akan merangsang pertumbuhan. Sedangkan pemupukan bertujuan untuk menyuburkan kolam sehingga akan tumbuh pakan alami yang berguna juga untuk pertumbuhan ikan budidaya.
·            Pakan
Peranan pakan sangat penting untuk meningkatkan produksi. Jika pakan yang diberikan hanya seadanya maka produksi yang dihasilkan akan sedikit. Kandungan gizi pakan lebih berperan dibandingkan jumlah yang diberikan. Jika ikan sudah kenyang maka pakan yang diberikan akan dibiarkan saja tanpa disentuh lagi. Oleh karena itu, usahakan pada pakan sudah terkandung zat-zat makanan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan. Pakan buatan sendiri atau buatan pabrik tidaklah jadi masalah.
Protein, lemak, dan karbohidrat penting terdapat dalam pakan ikan. Protein mutlak diperlukan oleh ikan. Karbohidrat diperlukan dalam jumlah yang berbeda, tergantung jenis ikannya.
Bahan untuk pakan bisa berupa bahan nabati, seperti kacang-kacangan, dedak, biji kapuk, dan daun-daunan, seperti turi, ketela pohon dan lamtoro. Ada juga yang berupa bahan hewani yang sudah berbentuk tepung, seperti tepung ikan, kepala udang, tulang dan tepung darah. Bahan tambahan diperlukan juga, antara lain bahan anti-oksidan, ragi, vitamin, garam dapur, serta bahan perekat, seperti tepung kanji dan agar-agar.


·            Pemupukan
Dalam air tambak, kolam dan sungai, biasanya terdapat pakan alami bagi ikan. Pakan alami itu bisa berupa plankton, ganggang atau tumbuhan air lainnya. Untuk mendorong pertumbuhan pakan alami dapat dilakukan pemupukan. Caranya dengan menggemburkan tanah tambak atau kolam, kemudian digaruk dan diberi pupuk. Pupuk yang biasa digunakan untuk keperluan ini adalah gabungan dari pupuk buatan dan pupuk alam. Pupuk alam yang dipakai umumnya kotoran sapi, kambing, kerbau, ayam, serta pupuk hijau atau kompos. Pupuk buatan yang diberikan umumnya urea dan TSP.
5.        Pengendalian hama dan penyakit
Hama dan penyakit merupakan faktor pengganggu yang sangat mengancam keberhasilan usaha budidaya. Hama yang banyak mengganggu di bidang perikanan, antara lain bermacam-macam ikan liar, kepiting, burung, ular dan linsang. Untuk membasmi hama yang hidup di air dapat menggunakan bahan beracun organik, seperti tepung biji teh yang mengandung racun saponin, akar tuba yang mengandung racun rotenon, atau tembakau yang mengandung racun nikotin.
Bahan kimia beracun tidak dianjurkan untuk membasmi hama karena mempunyai daya tahan di kolam atau tambak. Selain hama, beberapa penyakit juga sering menyerang ikan. Penyakit tersebut antara lain disebabkan oleh protozoa, bakteri, cendawan, atau virus. Hal yang penting untuk pengendalian hama dan penyakit ini, yaitu perawatan dan pemeliharaan kualitas air.
2.5  Aspek Pemasaran
Pemasaran merupakan aspek yang sangat mendasar dalam mencapai keuntungan. Pasar sangat penting untuk kelangsungan produksi. Jika kemampuan pasar untuk menyerap produksi sangat tinggi maka tidak menjadi masalah. Dengan penentuan harga jual yang tepat, keuntungan akan mudah diperoleh.
Jika produksi telah berjalan maka keberhasilan pengusaha perikanan ditentukan oleh kemampuannya dalam menganalisis pasar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang pengusaha perikanan sebelum melangkah ke aspek pemasaran, yaitu sasaran pemasaran, persaingan dan strategi pemasaran. (Tim penulis Penebar Swadaya, 2007).
2.6  Aspek Keuangan
Setiap orang atau perusahaan yang bergerak dalam suatu bisnis tertentu pasti berharap untuk mendapatkan laba atau keuntungan yang memadai. Modal dan keuangan merupakan aspek penting dalam kegiatan suatu bisnis. Tanpa modal, usaha tidak dapat berjalan walaupun syarat-syarat lain untuk mendirikan bisnis sudah dimiliki.
Sistem keuangan mengatur sirkulasi modal seluruh kegiatan usaha, mulai dari investasi dasar sebagai awal mula usaha hingga dana untuk modal operasi. Pengelolaan keuangan sebaiknya dilakukan secara ketat, rinci dan disiplin  memiliki pembukuan yang teratur, sehingga dapat dilihat apakah untung, rugi atau hanya kembali modal. Perencanaan yang teratur sangat bermanfaat bagi usaha perikanan untuk mendapatkan sasaran berupa suatu usaha yang sehat dan menguntungkan bagi kelangsungan usaha itu sendiri.
Modal untuk melakukan usaha perikanan dapat diperoleh melalui bank. Umumnya, bantuan tersebut dalam bentuk kredit. Kredit yang diperoleh dari bank inilah yang dapat dimanfaatkan untuk menaikkan volume usaha dan jumlah produksi. Selain meminjam bank, pengusaha juga dapat mencari mitra usaha untuk ikut menanamkan modalnya dibisnis perikanan yang sedang dijalankan. (Tim penulis Penebar Swadaya, 2007).












BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan selama 1 bulan terhitung sejak tanggal 03 mei – 03 juni 2012 yang bertempat di tambak tradisional Masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis menulis, kamera dan kuisioner.
3.3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Penelitian survei dilakukan dengan cara mengambil sampel dari sistem observasi budidaya dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer.
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Tahap Persiapan Penelitian  
Data yang diambil dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh pada saat melakukan observasi di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Desa setempat dan DKP Kabupaten Kupang.
3.4.2. Tahap Penentuan Pengamatan
Penentuan sampling dalam pengambilan data dilakukan dengan melakukan persentase jumlah pembudidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo dari sistem pemasaran dengan dilihat seberapa banyak pembeli yaitu sebesar (30%).
3.4.3. Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui proses budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, data yang dikumpulkan meliputi :
1.      Aspek produksi meliputi perencanaan produk, perencanaan lokasi usaha, perencanaan standar produksi, serta perencanaan dan pengadaan tenaga kerja.
2.      Aspek pemasaran meliputi kemampuan pasar untuk mendistribusikan hasil produksi ke tangan konsumen.
3.      Aspek keuangan meliputi kegiatan mengelola keuangan dalam suatu usaha. Pengumpulan data menggunakan kuisioner sebagaimana terlampir dalam lampiran.
Data yang sudah terkumpul kemudian ditabulasi dan dimasukkan dalam data shell. Data yang sudah ditabulasi kemudian dianalisis dan diolah untuk membuat kesimpulan atau keputusan.
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh akan didefenisikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan analisis proporsi persentase jawaban menggunakan rumus sebagai berikut :

% =

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Desa Bipolo merupakan salah satu desa yang berada pada bagian pesisir Teluk Kupang. Lokasi ini dilalui oleh beberapa anak sungai yang membawa sedimen dari Gunung Fatuleu dan sekitarnya hingga ke pesisir pantai, sehingga tanah yang berada pada kawasan tersebut merupakan campuran antara pasir dan lumpur sungai. Secara administratif Desa Bipolo merupakan bagian dari Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang yang berjarak sekitar 49 km dari ibukota kabupaten, dan 33 km dari ibukota kecamatan. Luas wilayah Desa Bipolo adalah 41,47 km2.
Luas lahan tersebut terdiri dari sawah seluas 331 ha, lahan kering seluas 3.530,25 ha, dan sekitar 1.563 ha hutan negara. Jumlah penduduk Desa Bipolo pada tahun 2004 mencapai 1.593 jiwa terdiri 337 KK. Berdasarkan profil rumah tangga miskin Kabupaten Kupang terdapat 226 KK atau sekitar 67 % KK tergolong dalam keluarga miskin. Kepadatan penduduk 39 jiwa/km2. Pada daerah agraris kepemilikan lahan sangat menentukan kondisi ekonomi suatu wilayah. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah petani yaitu sebanyak 221 KK, lebih dari setengahnya merupakan petani ikan, yaitu enam orang petani ikan kolam dan 123 orang petani ikan tambak. Kepemilikan lahan sawah mencapai 1,4 ha/KK petani, meskipun kepemilikan lahan ini melebihi batas mimimal luas lahan yang harus dimiliki petani untuk hidup layak yaitu 0,8 ha/KK petani, luasan ini belum cukup mengingat produktivitas lahan yang rendah.
Produksi perikanan di Desa Bipolo pada tahun 2007 mencapai18 Ton, khususnya ikan bandeng, serta dari jenis kepiting, udang halus, kerang, keong, ikan, dan lain-lain yang mencapai 231 Ton. Tambak merupakan salah satu alternatif pemanfaatan lahan mengingat sebagian besar lahan yang ada merupakan lahan kering dengan produktivitas rendah. Desa Bipolo terletak di pinggir pantai sehingga memiliki garis pantai yang mungkin untuk pengembangan tambak (DKP propinsi NTT, 2007).
4.2    Gambaran Umum Kegiatan Budidaya Bandeng
Kegiatan usaha budidaya di tambak budidaya petani masyarakat Desa Bipolo, ada beberapa persiapan yang perhatikan guna menunjang keberhasilan budidaya tersebut. Persiapan yang dilakukan diantaranya yaitu dengan menyiapkan lokasi tambak dengan pembersihan tambak serta pemberian pupuk dengan menggunakan pupuk TSP dan Urea dimana perbandingan pupuk yaitu 1 karung pupuk TSP ditambah 1 karung pupuk urea/tambak, selain itu juga diberikan pupuk kandang.
Setelah pemupukan, tambak langsung diberi air. Setelah air telah memenuhi tambak, selanjutnya ikan dilepas dan dilakukan pemeliharaan.ikan yang dilepas dalam stadia nener. Benih ikan yang dibudidayakan didatangkan dari Jawa Timur, Surabaya. Tiap tambak disebar benih >500 individu /hektar tambak. Selama melakukan pemeliharaan, pakan yang diberikan adalah dedak padi dan ampas kelapa.
4.3 Perencanaan lokasi
1.      Aspek Teknis – Ekonomis
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh perencanaan lokasi usaha budidaya ikan bandeng, ditinjau dari aspek teknis - ekonomis di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Aspek teknis-ekonomis dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat desa bipolo.
No
Komponen
Kategori
Jumlah
Persentase (%)
1
Tanah
Pribadi
10
100 %
2
Jenis usaha budidaya
Pribadi
Kelompok
4
6
40 %
60 %
3
Biaya
·         Sumber biaya usaha

·        Transportasi

Sendiri
Kelompok
> 3 juta

4
6
10

40 %
60 %
100 %
4
Sarana jalan
Kurang baik
10
100 %
5
Tenaga kerja
Sendiri
Kelompok
4
6
40 %
60 %
6
Umur
39 thn
38 thn
37 thn
36 thn
35 thn
32 thn
3
2
2
1
1
1
30 %
20 %
20 %
10 %
10 %
10 %
7
Pendidikan
SMA
10
100 %
8
Sarana listrik
Tidak tersedia
10
100 %
Tabel 1. Memperlihatkan bahwa tanah yang digunakan oleh masyarakat Desa Bipolo untuk kegiatan budidaya kepemilikannya dominan bersifat pribadi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 responden, 40% diantaranya memiliki usaha yang bersifat pribadi, dan 60% bersifat kelompok yaitu gabungan dari beberapa individu. Sumber biayanya berasal dari milik pribadi, sedangkan 60% lainnya berasal dari milik kelompok yang dikelola melalui kegiatan kelompok dan digunakan untuk kegiatan budidaya. Biaya ini menyangkut transportasi, baik itu dari lokasi usaha dengan tempat penyedia bahan produksi, ataupun lokasi usaha dengan tempat pemasaran. Modal yang digunakan untuk penyediaan alat transportasi dan bahan produksi rata-rata berkisar > 3 juta juta rupiah.
Sarana dan prasarana pendukung berupa jalan dan listrik juga diperlukan dalam usaha budidaya, bila aspek ini tidak diperhatikan karena  dapat menaikkan biaya operasional karena biaya pemasaran atau biaya pengangkutan meningkat. Suatu lokasi budidaya yang baik harus memiliki sarana jalan terlebih dahulu sehingga mudah dijangkau. Kondisi sarana jalan yang ada di lokasi tambak Desa Bipolo kurang baik. Hal ini karena banyaknya jalan yang rusak dan merupakan salah satu faktor penghambat dalam melakukan kegiatan budidaya (Nasution, 2005).
Listrik sangat diperlukan dalam menjalankan usaha perikanan, selain untuk sarana penerangan, listrik diperlukan untuk menjalankan sarana elektronik lain, seperti pompa dan blower. Sementara sarana irigasi mutlak diperlukan, mengingat ikan merupakan organisme yang memerlukan sirkulasi atau pergantian air. Selain itu, dalam menjalankan usaha perikanan non-budidaya, air sangat diperlukan untuk menjaga kebersihan dan untuk aktivitas pencucian sarana lain.
Lokasi tambak di Desa Bipolo tidak didukung dengan sarana listrik sehingga berpengaruh terhadap faktor keamanan pada malam hari. Sedangkan untuk mendukung kegiatan operasional seperti penggunaan pompa air, selama ini petambak menggunakan genset, sehingga menambah biaya yang harus dikeluarkan.
Masyarakat Desa Bipolo melakukan usaha budidaya secara individu dan berkelompok. Usaha yang dilakukan secara individu tenaga kerjanya berasal dari anggota keluarga sendiri, sedangkan usaha budidaya yang dilakukan secara berkelompok memiliki tenaga kerja yang berasal dari anggota kelompok itu sendiri, rata-rata berjumlah 5-6 orang. Rata-rata pendidikan terakhir yang dimiliki tenaga kerja adalah SMA dengan umur berkisar antara 32-39 tahun.
2.      Aspek Iklim
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh perencanaan lokasi usaha ikan bandeng di tinjau dari aspek iklim di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Aspek iklim dalam manajemen usaha  budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
No
Komponen
Tanggapan Responden
Persentase (%)
1
Masa budidaya
Sepanjang tahun
100 %
2
Musim budidaya
Antara bulan Desember – Januari
100 %
3
Kondisi curah hujan
Sangat baik
100 %
Tabel 2 memperlihatkan bahwa aspek iklim mempengaruhi keberhasilan budidaya perikanan. Umumnya bisnis perikanan tergantung pada faktor alam. Misalnya, curah hujan mempengaruhi sumber air bila curah hujannya sedikit, tentunya daerah tersebut kurang ideal untuk suatu usaha perikanan. Demikian juga sinar matahari berpengaruh terhadap kemampuan hidup dan berkembang biak ikan karena matahari mempengaruhi suhu rata-rata harian. Oleh karena itu, hendaknya jenis ikan yang akan dibudidayakan disesuaikan dengan iklim pada suatu daerah.
Hasil wawancara dari 10 responden mengatakan bahwa proses budidaya dilakukan sepanjang tahun, sedangkan bulan Desember dan Januari merupakan musim yang baik dalam melaksanakan kegiatan budidaya. Hal ini disebabkan karena curah hujan yang terjadi sepanjang bulan tersebut sangat baik. Curah hujan yang baik dapat menurunkan kadar salinitas air di lokasi budidaya dan dapat membantu pasokan air tawar yang sangat dibutuhkan oleh ikan, dikarenakan sifat dari benih ikan bandeng yang dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik di air payau.
Menurut Narto (2011), aspek iklim mempengaruhi keberhasilan budi daya perikanan. Umumnya bisnis perikanan tergantung pada faktor alam. Misalnya, curah hujan mempengaruhi sumber air bila curah hujannya sedikit, tentunya daerah tersebut kurang ideal untuk suatu usaha perikanan. Demikian juga sinar matahari berpengaruh terhadap kemampuan hidup dan berkembang biak ikan karena matahari mempengaruhi suhu rata-rata harian. Oleh karena itu, hendaknya jenis ikan yang akan dibudidayakan disesuaikan dengan iklim pada suatu daerah.
3.      Aspek Agronomis
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh perencanaan lokasi usaha budidaya ikan bandeng di tinjau dari aspek agronomis di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Aspek agronomis dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
No
Komponen
Tanggapan responden
Persentase (%)
1
Topografi lahan budidaya
Berada dekat sungai dan laut
100 %
2
Lokasi tambak
Berada dekat daerah persawahan
100 %
3
Jenis tanah
Berlumpur
100 %
4
Sumber air
Ø  Tawar
Ø  Laut

Dari mata air oenelu
Dari muara

100 %
100 %
Tabel 3 memperlihatkan bahwa dari 10 responden yang diwawancara mengatakan bahwa keadaan topografi harus diperhatikan, hal ini disebabkan apabila tidak sesuai maka akan berdampak pada perkembangan biota yang dibudidayakan. Keadaan topografi dari lahan budidaya berada didekat sungai dan laut, tanahnya tidak bergelombang dan berada dekat didaerah persawahan. Kondisi tanah berlumpur merupakan substrat yang baik untuk ikan bandeng dan memiliki sumber air tawar yang berasal dari mata air oenelu. Hal ini berjalan dengan baik karena lokasi tersebut cocok untuk tempat memelihara ikan bandeng.
Daerah pertambakan sebaiknya dihindarkan dari tempat yang tanahnya bergelombang, sebab akan banyak memerlukan biaya dalam penggalian dan perataan tanah. Selain itu penggalian tanah yang banyak dan dalam akan menyebabkan lapisan tanah atas yang subur terbuang, sehingga untuk menyuburkan kembali tanah tersebut memerlukan pemupukan dosis tinggi dan dalam waktu yang lama. Daerah dekat sungai dan pantai pada umumnya merupakan daerah yang baik untuk pertambakan.
Menurut Kordi (2009), cakupan aspek agronomis antara lain topografi, lokasi, jenis tanah, dan kondisi tanah, serta jenis perairan yang ada di lokasi tersebut. Untuk lokasi budi daya air payau dan laut, kadar salinitas juga ikut mempengaruhi jenis ikan. Misalnya pada tambak. Tambak yang letaknya jauh dari pantai dan dekat sungai mempunyai salinitas rendah. Sementara tambak yang dekat dengan pantai dan sungai mempunyai salinitas sedang. Kedua jenis tambak tersebut cocok untuk tempat memelihara ikan bandeng atau udang karena pengeringannya mudah dilakukan sehingga mudah dipupuk. Bila menggunakan tambak yang dekat sekali dengan pantai, kadar salinitasnya tinggi dan pengeringan airnya sulit sehingga tidak cocok untuk usaha bandeng dan udang.
Murtijo 2007,  juga mengatakan bahwa topografi harus diperhatikan karena bila tidak sesuai, perkembangan ikan akan terganggu. Misalnya, ikan akan kekurangan nafsu makan bila hidup di dataran tinggi (suhu terlalu dingin). Pemilihan lokasi, penting sekali memperhatikan faktor pencemaran. Perlu diperhatikan ada tidaknya industri atau kegiatan-kegiatan yang dapat merusak sumber air di sekitar lokasi. Bila kondisi airnya tercemar akan mengganggu pertumbuhan ikan walaupun telah menggunakan benih unggul. Selain itu, kandungan limbah yang terdapat pada ikan juga akan membahayakan orang yang mengonsumsinya.
Selain mempertimbangkan ketiga aspek di atas, perlu juga melihat aspek lingkungan sosial budaya masyarakat di sekitar lokasi, dan kebijaksanaan pengembangan usaha dari pemerintah. Masyarakat di sekitar lokasi usaha perikanan sebaiknya mendukung usaha yang dijalankan dan borientasi terhadap bisnis. Adanya kemungkinan kompetisi dengan pengusaha setempat juga perlu dipertimbangkan.
4.3 Teknis Budidaya
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh, teknis budidaya dari manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Teknis budidaya dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.

No
Komponen
Tanggapan Responden
Persentase (%)
1
Sistem budidaya
Monokultur
100 %
2
Kegiatan sebelum penebaran benih
Pengapuran dan pemupukan
100 %
3
Jenis ikan
Bandeng
100 %
4
Benih berasal dari
Hacthery
100 %
5
Ukuran ikan
Nener
100 %
6
Banyak benih yang di tebar
2500-3000 individu
100 %
7
Jenis pengangkutan
·         Terbuka
·         Tertutup


Tertutup, karena diambil dari luar Kupang (Jawa)


100 %
8
Pemupukan
·         Berapa kali
·         Jenis pupuk
·         Dosis pupuk

1 x pemupukan
TSP dan Urea
1:1

100 %
100 %
100 %
9
Pengapuran
Ø  Dosis kapur

4 karung

100 %
10
Jenis pakan
Ø  Alami
Ø  Buatan


Campuran dedak padi dan ampas kelapa


100 %
Tabel 4 memperlihatkan bahwa dari 10 responden yang diwawancara, sistem budidaya yang diterapkan adalah bersifat monokultur dengan ikan bandeng sebagai ikan yang dibudidaya. Budidaya monokultur adalah sistem budidaya yang hanya memelihara 1 jenis ikan saja, seperti halnya di Desa Bipolo dimana tambak tersebut hanya di pelihara ikan bandeng. Benih yang digunakan untuk kegiatan budidaya semuanya didatangkan dari hasil pembenihan hatchery di Jawa Timur, Surabaya. Ukuran ikan yang digunakan yaitu ikan dalam stadia nener yang berukuran rambut dengan padat tebar 2500-3000 individu pada masa awal budidaya dengan panjang tambak 100 m dan lebar 80 m. Benih diangkut dengan menggunakan sistem pengangkutan tertutup, karena benih yang didatangkan berasal dari luar Kupang dengan jarak yang cukup jauh.
Murtidjo (1991) mengatakan bahwa pengapuran dan pemupukan dilakukan sebelum penebaran benih dilakukan.  Pengapuran dilakukan dengan tujuan membunuh hama penyakit yang masih berada di area tambak dan jumlah kapur yang digunakan 4 karung/tambak. Pemupukan dilakukan untuk menyuburkan tanah sehingga dapat menumbuhkan pakan alami pada lokasi tambak tersebut. Pemupukan biasanya dilakukan sebelum air dimasukkan kedalam tambak. Setiap siklus budidaya dilakukan 2 kali pemupukan dengan perbandingan 1:1 dimana 1 karung pupuk TSP dan 1 karung pupuk urea. Pakan yang diberikan berupa pakan alami dan buatan. Dari keseluruhan pembudidaya yang ada, 80% memberikan pakan alami dan buatan. Pakan buatan yang diberikan berupa dedak padi yang di campur dengan ampas kelapa.
Setelah dapat memilih lokasi tambak yang baik untuk budidaya maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan tambak tersebut agar dapat digunakan untuk membudidayakan ikan bandeng. Kegiatan yang harus dilakukan dalam persiapan tambak budidaya ikan bandeng meliputi perbaikan komponen tambak, yaitu pematang, pintu air, caren dan saluran, serta pengelolaan tanah dasar tambak.
Pematang tambak harus dibuat kokoh, karena fungsi pematang tambak adalah menahan air didalam tambak. Oleh karena itu pematang harus diperbaiki setiap akan digunakan untuk budidaya. Perbaikan ini meliputi penambalan kebocoran dan meninggikan pematang.
Saluran air pada tambak budidaya bandeng ada dua macam yaitu saluran air masuk dan saluran air keluar. Tinggi dasar saluran air masuk lebih rendah daripada dasar tambak untuk mengurangi pelumpuran dalam tambak. Dasar saluran air keluar minimal 15 cm lebih rendah dari dasar tambak terendah agar tambak dapat dikeringkan dengan sempurna.
Dasar tambak budidaya ikan bandeng biasanya adalah tanah. Oleh sebab itu, dalam persiapan tambak bandeng harus dilakukan pengelolaan tanah dasar agar pakan alami (kelekap) yang sangat dibutuhkan oleh ikan bandeng dapat tumbuh subur. Pengeringan tanah dasar kolam dilakukan dengan tujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang ada didasar tambak. Pengeringan dilakukan dengan mengeluarkan semua air dalam tambak kemudian dilakukan penjemuran. Selama proses tersebut dilakukan kegiatan pengolahan tanah dasar, misalnya pencangkulan, lalu dikeringkan selama 3-5 hari sampai tanah dasar tambak tersebut mengering. Tujuan pengapuran adalah mempertahankan kestabilan derajat keasaman (pH) tanah dasar kolam dan air, serta memberantas hama penyakit. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam.
Dalam satu petak tambak sebaiknya terdapat pintu pemasukan air dan pintu pengeluaran air, untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran air didalam tambak. Pembuatan pintu air dapat dibuat dari papan atau pipa paralon yang dilengkapi dengan pipa tegak untuk pergantian air. Selain itu pada pintu pemasukan sebaiknya dilengkapi dengan waring untuk mencegah ikan liar masuk ke dalam petak tambak.
Kordi (2007), Benih/nener dapat berasal dari alam dan hatchery, yang akan digunakan untuk usaha pembesaran ikan bandeng ditambak, harus nener yang sehat. Nener yang sehat dapat dilihat dari ciri-ciri umumnya yaitu :
1.      Tubuhnya mulus, tidak terdapat luka, kemerahan
2.      Sirip-siripnya utuh; tidak cacat, patah-patah
3.      Warnanya tidak kusam
4.      Gerakannya aktif
Ukuran ikan yang ditebar ke tambak pembesaran bisa dimulai dari ukuran nener sampai gelondongan, yang membedakannya adalah waktu pemeliharaan ditambak pembesarannya.
Padat penebaran nener ditambak pembesaran berkisar antara 4-5individu/m2 untuk ukuran nener bandeng 1-2 cm. Sedangkan untuk nener yang berukuran 1–3 cm, padat penebarannya berkisar antara 2–3 individu/m2. Untuk benih bandeng yang berukuran 12–15 cm yang disebut gelondongan ditebar ke tambak pembesaran dengan padat penebaran 10000 individu/ha.Nener yang akan di tebar terlebih dahulu di catat jumlahnya, untuk memudahkan perhitungan pakan yang di berikan dan target produksi yang akan di hasilkan. Nener perlu di aklimitasi sebelum dilakukan penebaran .
Aklimatisasi ini bertujuan untuk menyesuaikan kondisi lingkungan dimana nener itu berada dengan kondisi lingkungan tambak pembesaran. Caranya kantong plastik yang terisi nener, dikurangi airnya secara bertahap dan digantikan dengan air yang ada dalam tambak pembesaran. Selanjutnya, secara perlahan-lahan nener bandeng yang ada didalam kantong platik akan keluar kedalam tambak pembesaran jika sudah terjadi penyesuaian.
Pada sistim budidaya tradisional pakan bandeng hanya memanfaatkan kelekap yang tumbuh di tambah apabila kelekap sebagai sumber pakan di tambah mulai habis maka dapat di lakukan pemupukan kembali. Pemberian pelet atau pakan ikan merupakan pakan tambahan, pellet di berikan dua kali dalam satu hari pada pagi dan sore hari. Pada umumnya selama 7 - 10 hari sesudah pelepasan nener, tidak dilakukan penggantian air. Selama itu nener tambah menjadi lebih besar dan perlu adanya saringan di pintu yang dapat menahan nener keluar, akan tetapi dapat memasukkan air ke dalam petakan. Penyegaran dapat dilakukan dengan mengalirkan air ke luar kemudian diganti dengan air pasang yang baru. Saringan perlu di cek setiap saat membuka pintu. Penutupan harus dilakukan dengan hati-hati, terutama dalam pemasangan papan-papan pintu.
Nener tumbuh lebih cepat pada air yang berkadar garam agak rendah. Oleh karena itu perlu pada musim kemarau dilakukan penyegaran dengan penggantian air. Penyegaran yang dilakukan pada musim hujan terutama untuk menjaga (memelihara) klekap atau untuk memperbaiki kondisi air. Jikalau plankton merupakan makanan utama diperlukan kadar garam yang rendah dan sering ada hujan akan lebih bermanfaat (Kordi, 1997).
4.4 Pemasaran
Berdasarkan hasil penelitian di tinjau dari sistem pemasaran, manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Sistem pemasaran dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.

No
Komponen
Tanggapan Responden
Persentase (%)
1
Sifat budidaya
Menunggu konsumen datang
100 %
2
Ukuran ikan jual
Menjual ikan dengan L 7cm, P 30cm. 3 individu/1kg
100 %
3
Konsumen yang dituju
Tidak ada
100 %
4
Persaingan
Tidak ada persaingan
100 %
5
Sistem pembayaran
4      langsung,
6   tidak langsung
40 %
60 %
6
Sarana dan prasarana
Cukup memadai
100 %
7
Pasca panen
Langsung dijual
100 %
8
Sistem penanganan
Menggunakan es
100 %
Tabel 5 memperlihatkan bahwa dari 10 responden yang diwawancara mengatakan bahwa sistem pemasaran yang digunakan oleh pembudidaya yaitu menunggu konsumen datang. Ukuran ikan yang dijual panjang 30 cm dan lebar 7 cm atau 3 individu/kg. Menurut Kordi(2009), untuk mencapai berat ikan bandeng sebesar 3 ons atau 3 ind per kg, perlu ditunjang dengan pemberian pakan yang baik (bermutu atau berkualitas). Pembeli biasanya berasal dari NTT dan produk tersebut ada yang dikirim ke Jawa untuk dijual dan dilakukan penangan lanjut. Sebelum ikan dikirim, penanganan yang dilakukan yaitu dengan pemberian es agar ikan tidak cepat rusak.
Nasution (2005), mengatakan bahwa kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen, atau dengan kata lain bahwa perusahaan harus benar-benar memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan.
Dalam pemasaran tidak dijumpai persaingan dan penjualan. Sistem pembayaran dilakukan secara langsung dan tidak langsung yang terjadi pada saat transaksi penjualan.  Semua jenis usaha baik usahanya berskala besar maupun berskala kecil sudah tentunya membutuhkan biaya untuk memulai usaha tersebut. maka faktor pemasaran mempunyai arti sangat penting dalam suatu kegiatan usaha. Oleh karena itu pemasaran perlu dikelola dengan baik dan benar.
Pemasaran merupakan aspek yang sangat mendasar dalam mencapai keuntungan suatu usaha. jika produk yang dihasilkan tidak memiliki sarana pasar maka produk tersebut tidak akan terjual, oleh karena itu sebelum melakukan usaha seorang pengusaha sebaiknya berpikir dan berorientassi ke aspek pemasaran. Menurut Djanaid (2009), bahwa pasar adalah orang-orang yang mempunyai kebutuhan untuk dipuaskan, mempunyai uang untuk melakukan pembelian dan kemauan untuk membelanjakannya.
Menurut Dardiani (1999), bahwa pasar sangat penting untuk kelangsungan kegiatan produksi, jika kemampuan pasar untuk menyerap produksi sangat tinggi maka pengusaha dapat menentukan harga jual produk yang diproduksi sesuai dengan yang diinginkan dengan penentuan harga jual yang tepat maka keuntungan akan mudah diperoleh. Ada beberapa hal yang harus perlu diketahui oleh pengusaha di bidang perikanan, khususnya pengusaha ikan sebelum melangkah ke sapek pemasaran yaitu : sasaran pemasan, persaingan dan strategi pemasaran.
Sarana dan prasarana yang ada pada saat pengangkutan sudah cukup memadai sehingga memudahkan dalam proses pemasaran. Ikan yang telah dipanen di beri pananganan pasca panen yaitu dengan cara pemberian es agar ikan tidak mudah rusak sehingga dapat langsung dijual ke konsumen.
4.5 Keuangan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ditinjau dari sistem keuangan dari manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Sistem keuangan dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
No
Komponen
Tanggapan Responden
Persentase (%)
1
Jumlah modal
>Rp. 2-3 juta
100 %
2
Asal modal
Milik pribadi
Milik kelompok
40 %
60 %
3
Sistem pembukuan
Ya
100 %
4
Penyusunan anggaran
Ya
100 %
5
Keuntungan
5 juta, dan masih digunakan dalam kegiatan budidaya selanjutnya
100 %
Tabel 6 memperlihatkan bahwa dari 10 responden yang di wawancarai mengatakan modal yang digunakan dalam satu siklus produksi berkisar >2-3 juta rupiah dengan kepemilikan modal bersifat pribadi dan kelompok. Sistem pembukuan juga telah dilakukan dan di kelola dengan baik dan benar sehingga penyusunan anggaran untuk alokasi dana dapat digunakan secara tepat. Satu kali siklus produksi mendapat keuntungan > 5 juta rupiah yang sebagiannya digunakan sebagai modal untuk kegiatan produksi berikutnya.
Kordi (2009), Biaya operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan ketika tambak dioperasikan untuk memelihara bandeng. Budidaya bandeng memerlukan bibit dan pakan. Untuk menambah sediaan makanan alami maka diperlukan pemupukan pada tambak. Untuk mengelola tambak diperlukan tenaga kerja.
Biaya operasional terbesar (lebih dari 50%) adalah biaya pakan. Salah satu ciri penting pengelolaan tambak semi intensif adalah pemberian pakan. Biaya pakan menjadi cukup besar sebab pakan yang diberikan adalah pakan buatan pabrik yang saat ini harganya masih sangat tergantung pada harga bahan baku pakan yang sebagian besar masih didatangkan dari pasar luar negeri.
Biaya kedua terbesar (sekitar 10%) adalah biaya tenaga kerja. Tenaga yang diperlukan adalah 2 tenaga upahan tetap dan 1 tenaga pemilik, dengan upah sesuai jumlah produksi dan tenaga tidak tetap yang diperlukan saat panen. Dua tenaga upahan bertugas untuk mengelola tambak sekaligus menjaga tambak selama 24 jam. Pemilik tambak diasumsikan menerima upah yang sama dengan pekerjanya. Informasi dari petambak menyatakan bahwa sebagai pemilik pekerjaan yang harus dilakukan hanyalah mengawasi pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pekerjanya dan mengatur administrasi tambak yang tidak dilakukan secara formal (tidak ada pembukuan yang dilakukan). Dengan demikian upah itupun telah memadai bahkan upah ini sudah termasuk biaya untuk membayar listrik penerangan tambak dan biaya administrsi lain. Itulah sebabnya biaya administrasi tidak lagi diperhitungkan tersendiri.















BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarakan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1.      Tambak tradisional budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo sudah menerapkan sistem perencanaan.
2.      Tambak tradisional budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo sudah dilakukan dengan sistem monokultur.
3.      Pemasaran ikan bandeng dilakukan secara langsung dilokasi budidaya dan di kirim ke jawa untuk di jual lagi.
5.2  Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
a.      Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai aspek pemasaran dan aspek keuangan di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo.
b.      Sosialisasi pemasaran ikan bandeng perlu ditingkatkan, sehingga pada akhirnya masyarakat dapat menghasilkan ikan bandeng sesuai dengan kriteria mutu pemasaran.





DAFTAR PUSTAKA
Amri K,  2007. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Edisi VI. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Hal. 4 – 5, 7 – 8 dan 12.
Anonymous. 2009. Standar Nasional Indonesia (SNI) produksi bandeng ukuran konsumsi
(SNI 7309:2009)
Djanaid D. 1999. Buku Ajar Kewirausahaan. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (LP3) Universitas Brawijaya, Malang. Hal. 184 dan 194. (Tidak Dipublikasikan).
Khotima, K, S.T Sutanto, Maleha, E.S Hani. 2002. Evaluasi Proyek dan Perencanaan Usaha, Gahalia Indonesia, Malang
Kordi MGH. 2007. Pembenihan Bandeng. PT. Perca, Jakarta.
Murtidjo, BA. 2007. Seri Budidaya Bandeng Tuntunan bagi Petambak dan Peminat Budidaya Bandeng Intensif. Kanisius Yokyakarta.
Soesono S. 1988. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. PT. Gramedia, Jakarta.
Tim penulis PS Edisi Revisi. 2007. Agribisnis Perikanan, Penebar Swadaya, Jakarta




















Lampiran 1. Kuisioner
Nama Responden
:
Tanggal Pengambilan Data
:
Jenis Kelamin
:
Judul
: Manajemen Usaha Budidaya Ikan Bandeng Di Tambak Tradisional Masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang
KUISIONER
A.    Perencanaan lokasi usaha
1.      Aspek teknis-ekonomis
a.       Apakah tanah yang digunakan bersifat milik pribadi atau sistem sewa?
b.      Apakah dalam melakukan usaha budidaya dibentuk secara kelompok atau individu?
c.       Sumber biaya usaha berasal dari mana?
d.      Berapa besar biaya transportasi yang dibutuhakan dalam  penyediaan bahan produksi?
e.       Bagaimana kondisi dari sarana jalan yang ada?
f.       Berapa jumlah tenaga kerja yang di pekerjakan?
g.      Tenaga kerja yang bekerja ditambak berkisar antara umur berapa sampai berapa?
h.      Apa pendidikan terakhir dari para tenaga kerja yang bekerja di tambak?
i.        Apakah sarana listrik tersedia di lokasi tambak?

2.      Aspek iklim
a.       Apakah budidaya dilakukan sepanjang tahun?
b.      Musim yang baik untuk budidaya, kapan?
c.       Apakah curah hujan sangat baik dalam proses budidaya?
3.      Aspek agrionomis
a.       Bagaimana topografi dari lahan budidaya tersebut?
b.      Lokasi tambak berada dimana?
c.       Bagaimana jenis dan kondisi tanah dari tambak tersebut?
d.      Sumber air laut dan air tawar berasal dari mana?
B.     Teknis budidaya
a.       Bagaimana sistem budidaya yang diterapkan?
a.       Monokultur
b.      Polikultur
b.      Kegiatan apa saja yang dilakukan sebelum penebaran benih?
c.       Jenis ikan apa yang dibudidayakan?
d.      Apakah benih yang didapat berasal dari :
a.       Alam, ketersediaannya bagaimana?
b.      Hatchery, dimana dan harga belinya berapa per ekor dan ukurannya berapa?
e.       Berapa ukuran ikan yang digunakan pada saat pendederan?
f.       Berapa banyak benih yang di tebar pada awal masa budidaya?
a.       < 200 ekor
b.      200-500 ekor
c.       > 500 ekor
g.      Apakah jenis pengangkutan benih dilakukan secara tertutup atau terbuka, jelaskan?
h.      Apakah perlu dilakukan pemupukan?
a.       Ya (jelaskan)
b.      Tidak (jelaskan)
i.        Berapa kali pemupukan dalam satu siklus produksi, jenis pupuk yang digunakan serta cara penebarannya bagaimana?
j.        Berapa dosis pupuk yang digunakan dalam pemupukan di tambak?
k.      Apakah pengapuran perlu dilakukan?
l.        Berpa dosis kapur yang digunakan pada saat pengapuran tanah tambak?
m.    Jenis pakan apa yang digunakan?
a.       Pakan alami (sebutkan dan jelaskan)
b.      Pakan buatan (sebutkan dan jelaskan)
C.     Pemasaran
a.       Apakah sistem budidaya yang digunakan oleh pembudidaya sifatnya menunggu konsumen datang atau mencari konsumen?
b.      Berapa ukuran ikan bandeng yang biasa dijual untuk dikonsumsi dan berapa harga jualnya?
c.       Siapa konsumen yang dituju?
d.      Apakah ada persaingan dalam pemasaran?
e.       Apakah sistem pembayaran dilakukan secara langsung atau tidak pada waktu transaksi terjadi?
f.       Apakah sarana dan prasarana yang ada pada saat pengangkutan sudah memadai atau tidak?
g.      Apakah ikan yang di panen langsung di jual ke konsumen atau dilakukan penyimpanan terlebih dahulu?
h.      Apakah penanganan yang dilakukan pada saat pasca panen dan bagaimana caranya?
D.    Keuangan
a.       Berapa modal yang digunakan dalam satu kali siklus produksi?
b.      Apakah modal yang digunakan berasal dari kepemilikan sendiri atau dipinjam? (kalau dipinjam berasal dari mana)
c.       Apakah dilakukan sistem pembukuan yang baik dan benar dalam mengelola dana yang ada?
d.      Apakah cara penyusunan anggaran untuk alokasi dana digunakan secara tepat?
e.       Apakah keuntungan dari hasil budidaya digunakan untuk modal dalam kegiatan budidaya selanjutnya?
 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini bandeng (Chanos chanos, Forskal) dibudidayakan secara tradisional dengan padat penebaran berkisar antara 3000-5000 individu/ha. Budidaya ini hanya mengandalkan pupuk untuk pertumbuhan kelekap sebagai pakan alami dan konstruksi tambak seadanya maka produksi rata-rata yang dicapai hanya sekitar 300-1.000 kg/ha/musim. Lambatnya teknik budidaya bandeng disebabkan oleh pasokan nener (benih bandeng) yang sangat tergantung dari hasil tangkapan di alam. Keberhasilan produksi benih di hatchery (panti benih) memungkinkan pasokan nener yang kontinyu sepanjang tahun sehingga pembesaran di tambak dilakukan lebih intensif. Produksi bandeng dapat ditingkatkan lebih dari 500% bila teknik budidaya diperbaiki dan dikembangkan secara intensif.
Bandeng (Chanos chanos, Forskal) merupakan salah satu jenis ikan budidaya yang menjadi komoditas perikanan andalan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan meningkatnya permintaan dari tahun ke tahun, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Ikan bandeng (Chanos chanos, Forskal) mempunyai pertumbuhan yang relatif cepat, dan dapat hidup pada kisaran salinitas yang tinggi serta tahan terhadap penyakit (Kordi, 2007).
Pada saat ini masih terdapat berbagai kendala terhadap pengelolaan ketersediaan sumberdaya tambak yang belum termanfaatkan secara optimal. Mempertimbangkan situasi tersebut perlu dilakukan peninjauan pada strategi pengembangan budidaya tambak sehingga tidak lagi bertumpu pada satu jenis komoditas tetapi juga dengan melakukan diversifikasi komoditas serta diversifikasi pemanfaatannya, hal ini diharapkan mampu mengatasi masalah penurunan produksi tambak.
Teknik budidaya bandeng diarahkan untuk meningkatkan produksi dan keuntungan dengan cara menghasilkan bandeng berkualitas. Budidaya bandeng meliputi penentuan metode budidaya, pemilihan lokasi, rancang bangun, tata letak, konstruksi, serta seleksi benih sampai dengan gelondongan, pembesaran, panen, pasca panen dan pemasaran. Selain itu juga harus tetap memperhatikan sistem pengelolaan mutu/kualitas air dan pakan, serta pencegahan/ penanggulangan hama dan penyakit.
Tambak yang dimiliki oleh masyarakat Desa Bipolo mempunyai fungsi dan peran sebagai pemenuhan kebutuhan konsumen ikan bandeng, sebagai area pemancingan bagi kebutuhan refresing perkotaan dan penyuplai umpan untuk kebutuhan pemancingan ikan tuna/cakalang. Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan produksi tambak budidaya yakni manajemen. Faktor manajemen merupakan salah satu faktor dalam mendukung keberhasilan suatu usaha. Pengembangan usaha budidaya bandeng di tambak perlu memperhatikan beberapa aspek antara lain : analisis kesesuaian lahan, perencanaan produksi, pelaksanaan kegiatan budidaya sampai dengan sistem pemasaran pemasaran serta keuangan.
Selama ini budidaya ikan bandeng yang dikembangkan oleh pembudidaya di Desa Bipolo belum mengikuti tahapan manajemen yang baik. Oleh karena itu untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi pembudidaya ikan bandeng di Desa Bipolo ditinjau dari segi manajemen usaha, perlu dilakukan penelitian dengan judul Manajemen Usaha Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos, Forskal) di Tambak Tradisonal Masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang”.
1.2.Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana tahap-tahap perencanaan produksi dalam budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
2.      Bagaimana tahapan pelaksanaan budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
3.      Bagaimana proses pemasaran ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
1.3.Tujuan Dan Kegunaan
1.3.1        Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui tahapan perencanaan produksi budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
2.      Untuk mengetahui pelaksanaan budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
3.       Untuk mengetahui proses pemasaran ikan bandeng ditambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
1.3.2        Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1.       Sebagai sumber informasi bagi pembudidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang tentang tahap-tahap manajemen dalam usaha budidaya ikan bandeng.
2.      Sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Manajemen
Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman.Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu: 1)Manajemen sebagai suatu proses, 2)Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen, 3)Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yangdiberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi. Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.
Selanjutnya, Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama. Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen. Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Menurut James A. F. Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi danmenggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
2.3  Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen yang terdapat dalam sebuah usaha perikanan antara lain sebagai berikut :
1.      Perencanaan
Fungsi ini merupakan tindakan untuk menentukan sasaran dan arah yang dipilih. Di dalam perencanaan dituntut adanya kemampuan untuk meramalkan, mewujudkan dan melihat ke depan dengan dilandasi oleh tujuan-tujuan tertentu.
2.      Pengorganisasian
Fungsi ini merupakan tindakan mengatur dan membagi-bagi bidang pekerjaan antara kelompok yang ada. Setelah terbentuk kelompok yang diperlukan, fungsi pengorganisasian akan menetapkan dan memperinci hubungan-hubungan yang diperlukan.
3.      Penggerakan
Penggerakan merupakan tindakan untuk merangsang anggota-anggota kelompok agar melaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan dengan baik dan antusias.
4.      Pengawasan
Fungsi ini merupakan tindakan untuk mengawasi aktivitas-aktivitas yang terkait agar dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Tim penulis Penebar Swadaya, 2007).
Selanjutnya Tim penulis Penebar Swadaya, (2007) menyatakan bahwa, dalam bisnis perikanan dan bisnis lainnya, ada beberapa aspek yang sangat memerlukan manajemen. Aspek utama yang penting diperhatikan dan memerlukan manajemen yang tepat antara lain sebagai berikut :
a.       Aspek produksi
Dalam aspek produksi, kegiatan manajemen diterapkan pada proses produksi. Manajemen mencakup perencanaan produksi dan pengendalian proses produksi. Selama proses produksi berlangsung, kegiatan manajemen diperlukan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan persiapan dan proses produksi, baik jangka pendek, menengah, atau panjang. Demikian diharapkan pengusaha dapat berproduksi lebih efisien.
b.      Aspek pemasaran
Manajemen pemasaran mencakup kegiatan untuk mendistribusikan hasil produksi ke tangan konsumen. Melakukan manjemen pemasaran yang baik, sebuah perusahaan akan menentukan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran pemasaran, melihat ada tidaknya persaingan, dan menentukan strategi pemasaran yang harus di jalankan.

c.       Aspek keuangan
Manajemen keuangan meliputi kegiatan mengelola keuangan dalam suatu usaha. Didalamnya sudah termasuk pula cara mendapatkan dan cara mengalokasikan dana untuk suatu rangkaian usaha atau bisnis.
2.4  Aspek Produksi
Aspek produksi sangat memerlukan kegiatan manajemen agar dapat mengarahkan usaha produksi sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Selain itu bisnis perikanan sifatnya cukup kompleks sehingga memerlukan pemikiran yang cermat. Kecermatan mengelola usaha perikanan perlu dilakukan mulai dari persiapan produksi dan saat proses produksi itu berlangsung.
2.4.1   Persiapan Produksi
Sebelum usaha perikanan dimulai, segala sesuatu yang perlu dipertimbangkan secara matang agar tidak ada kekhawatiran dan penyesalan saat usaha sudah berjalan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan perlu di pertimbangkan antara lain perencanaan produk, perencanaan lokasi usaha, perencanaan standar produksi, dan pengadaan tenaga kerja.
a.    Perencanaan produk
Jenis ikan yang akan diproduksi perlu dipertimbangkan dan ditentukan terlebih dahulu. Jenis ikan yang dipilih hendaknya dapat memenuhi selera pasar dengan baik dan disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Hasil produksi ikan yang memenuhi selera pasar akan mempermudah pemasaran sehingga tidak ada kekhawatiran ikan tidak terjual.
Dipasaran dilihat bahwa produk yang disenangi atau diperlukan konsumen tidak hanya satu jenis saja, tetapi bermacam-macam. Pemilihan produk dapat dilakukan pada satu atau beberapa jenis ikan saja, tidak perlu semuanya. Dalam memilih jenis ikan, diadakan seleksi dengan cara meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi jenis (yang dipilih) tersebut.
Faktor-faktor yang dilakukan dalam memilih jenis produk antara lain, kegunaan, jumlah permintaan pasar, kemungkinan pengembangan, potensi penjualan, persaingan, distribusi, faktor budidaya, dan umur panen. Gabungan faktor-faktor ini yang menunjukkan profil ikan yang sesungguhnya. Kelemahan atau kekuatan yang timbul bila memproduksi ikan akan terlihat.
b.    Perencanaan lokasi usaha
Lokasi yang tepat akan mempunyai pengaruh positif bagi kelangsungan usaha. Oleh karena itu, dalam penentuan lokasi perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh. Selain itu, juga perlu melihat prospek lokasi tersebut pada masa yang akan datang. Lokasi yang dipilih sebaiknya dapat mendukung untuk mendatangkan keuntungan terbesar. Selain itu, lokasi yang akan digunakan sangat berpotensi tinggi untuk kegiatan usaha.
Perencanaan lokasi hendaknya dilakukan sebaik-baiknya. Sebagai bahan pertimbangan, dalam penentuan lokasi perlu meninjau beberapa aspek sebagai berikut:

Ø  Aspek teknis-ekonomis
Berdasarkan aspek teknis-ekonomis, ada beberapa hal yang perlu dilihat dari lokasi usaha yang direncanakan, yaitu biaya transportasi, sarana jalan, tenaga kerja, sewa tanah, serta sarana listrik dan irigasi.
-          Biaya transportasi
Biaya ini menyangkut tranportasi, baik itu dari lokasi usaha dengan tempat penyediaan bahan produksi, ataupun lokasi usaha dengan tempat pemasaran.
-          Sarana jalan
Sarana jalan tidak kalah penting, bila aspek ini tidak diperhatikan, terkadang bisa menaikkan biaya pemasaran atau biaya pengangkutan sehingga terjadi penambahan biaya opersional. Tidak jarang suatu lokasi harus dibuatkan sarana jalannya terlebih dahulu karena sangat sulit dijangkau.
-          Harga tanah
Perlu dicari lokasi dengan harga atau sewa tanah yang ringan. Tujuannya untuk mengantisipasi adanya kemungkinan pengembangan usaha dimasa yang akan datang.
-          Sarana listrik dan irigasi
Listrik sangat diperlukan dalam menjalankan usaha perikanan. Selain itu sarana penerangan, listrik diperlukan untuk menjalankan sarana elektronik lain, seperti pompa dan blower. Sementara sarana irigasi mutlak diperlukan, mengingat ikan merupakan organisme yang memerlukan sirkulasi atau pergantian air.
Ø  Aspek iklim
Aspek iklim mempengaruhi keberhasilan budidaya perikanan. Umumnya bisnis perikanan tergantung pada faktor alam. Misalnya, curah hujan mempengaruhi sumber air bila curah hujannya sedikit, tentunya daerah tersebut kurang ideal untuk suatu usaha perikanan. Demikian juga sinar matahari berpengaruh terhadap kemampuan hidup dan berkembang biak ikan karena matahari mempengaruhi suhu rata-rata harian. Oleh karena itu, hendaknya jenis ikan yang dibudidayakan disesuaikan dengan iklim pada suatu daerah.
Ø  Aspek agronomis
Cakupan aspek agronomis antara lain topografi, lokasi, jenis tanah, serta jenis perairan yang ada dilokasi tersebut. Lokasi budidaya air payau dan air laut, kadar salinitas juga mempengaruhi jenis ikan, misalnya pada tambak. Tambak yang letaknya jauh dari pantai dan dekat sungai mempunyai salinitas rendah. Sementara tambak yang dekat dengan pantai dan sungai mempunyai salinitas sedang. Kedua tambak tersebut cocok untuk tempat memelihara ikan bandeng atau udang karena pengeringannya mudah dilakukan sehingga mudah dipupuk. Bila menggunakan tambak yang dekat sekali dengan pantai, kadar salinitasnya tinggi dan pengeringan airnya sulit sehingga tidak cocok untuk usaha bandeng dan udang.
Meskipun terlihat sepele, topografi harus tetap diperhatikan. Bila tidak sesuai, perkembangan ikan akan terganggu. Misalnya ikan akan kekurangan nafsu makan bila hidup didataran tinggi (suhu terlalu dingin).
Dalam memilih lokasi, penting sekali memperhatikan faktor pencemaran. Perlu diperhatikan ada tidaknya industri atau kegiatan-kegiatan yang dapat merusak sumber air di sekitar lokasi. Bila kondisi airnya tercemar akan mengganggu pertumbuhan ikan walaupun telah menggunakan benih unggul. Selain itu, kandungan limbah yang terdapat pada ikan juga akan membahayakan orang yang mengonsumsinya.
Selain mempertimbangkan ketiga aspek diatas, perlu juga melihat aspek lingkungan, sosial budaya masyarakat disekitar lokasi, dan kebijaksanaan pengembangan usaha pemerintah. Masyarakat disekitar lokasi usaha perikanan sebaiknya mendukung usaha yang dijalankan dan berorentasi terhadap bisnis. Adanya kompetisi dengan pengusaha setempat juga perlu dipertimbangkan. (Tim penulis Penebar Swadaya, 2007).
c.       Perencanaan standar produksi
Pengusaha yang berpikiran maju tidak hanya sekadar mementingkan jumlah produksi saja, tetapi juga mengutamakan kualitas produksinya. Hal ini sangat berperan dalam menentukan segmen pasar. Bila suatu produk dilempar kepasaran maka produk dengan kualitas terbaik yang akan lebih banyak diminati. Dengan demikian, secara otomatis harganya juga akan lebih baik.
Bila kita merencanakan usaha untuk jangka waktu lama dan tidak terbatas, usaha menjaga kualitas produk merupakan langkah yang harus selalu dipertahankan. Hal ini penting untuk menjaga penilaian mutu dari konsumen.
Usaha untuk menghasilkan produk perikanan sesuai standar yang diharapkan memang tidak mudah. Namun, dengan imbalan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan harga biasa, tentunya usaha kita tidak akan sia-sia.
d.      Perencanaan tenaga kerja
Aspek ini penting untuk diperhatikan karena akan sangat membantu jalannya sebuah usaha. Ketersediaan tenaga kerja yang mengerti dan memahami usaha perikanan akan mempermudah menjalankan usahanya. Aspek mental tenaga kerja juga perlu diperhatikan untuk menghindari kecurangan-kecurangan yang terjadi didalam perusahaan. Jumlah dan besarnya upah tenaga kerja juga perlu dipertimbangkan agar semua aspek usaha dapat ditangani dengan baik tanpa memperbesar biaya operasional.
Bisnis perikanan mencakup beberapa bidang pekerjaan. Secara mudahnya, bisnis ini dapat dibagi menjadi bidang budidaya dan administrasi. Kedua bidang ini terdiri dari bermacam-macam pekerjaan, mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga kerja untuk menjalakan semua pekerjaan itu.
Banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan perlu diperkirakan dengan besarnya usaha yang akan dijalankan. Usaha-usaha perikanan yang yang besar, seperti tambak, membutuhkan tenaga kerja kasar, pengawas, administrasi, keamanan, teknisi peralatan, ahli bandeng, dan lain-lain. Sementara usaha dalam luasan kecil tentunya tidak memerlukan semua itu, cukup dengan tenaga kerja kasar saja.
Besarnya upah yang diberikan disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Makin besar tanggung jawab pekerjaan, makin tinggi upah yang di berikan. Pekerjaan yang menuntut keahlian pengetahuan tinggi, tentu lebih mahal di bandingkan tenaga harian. Umumnya, jenjang pendidikan juga berpengaruh terhadap besarnya upah. Oleh karenanya, ada kecenderungan pengusaha dari kota besar atau dari luar negeri memilih lokasi di daerah pelosok agar biaya tenaga kerjanya lebih murah. Dengan demikian, biaya produksi bisa ditekan.
2.4.2   Teknis Budidaya Perikanan
Pengertian budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sementara dalam pengertian luas, budidaya perikanan adalah semua usaha membesarkan dan memperoleh ikan, baik ikan yang masih hidup liar di alam atau sudah dibuatkan tempat tersendiri dengan adanya campur tangan manusia.
Tujuan budidaya perikanan, yaitu untuk mendapakan produksi perikanan yang lebih baik atau lebih banyak dibandingkan dengan hasil dari ikan yang hidup di alam secara liar. Untuk memenuhi tujuan itu, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi usaha budidaya ini. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1.        Penyediaan benih
Benih yang baik sangat penting untuk memperoleh produksi yang tinggi. Benih tersebut harus sudah cukup umur untuk dilepas, ukurannya sudah memenuhi syarat, dan sehat, serta persentase kematiaannya rendah. Bila mendatangkan benih dari tempat yang jauh, usahakan benih jangan mati akibat cara pengangkutan yang buruk.
2.        Pembuatan tempat pemeliharaan
Bentuk  tempat pemeliharaan tidak menjadi persoalan, namun hal yang perlu diperhatikan adalah ukuran tempat tersebut. Luas tempat yang disediakan untuk membesarkan ikan harus sesuai dengan jumlah populasi yang ditebarkan. Jangan sampai tempat itu terlalu sesak oleh ikan atau tempatnya terlalu besar sehingga menghabiskan biaya. Tempat yang digunakan sebaiknya dipastikan bebas dari bibit hama atau penyakit. Keringkan kolam yang akan digunakan selama beberapa hari hingga tanah dasarnya retak-retak. Sifat-sifat ikan perlu dipelajari terlebih dahulu sebelum membangun tempat pemeliharaan karena keduanya sangat berkaitan. Misalnya, ada ikan yang suka merusak pematang, ada yang senang bertelur didasar kolam, dan ada yang membutuhkan tempat berlindung atau bersembunyi. Lingkungan di tempat pemeliharaan perlu diperhatikan. Bersihkan lingkungan sekitar lokasi dari semak belukar atau rumput-rumputan, jangan sampai ada pemangsa, seperti ular atau linsang yang bersarang.
Perencanaan yang matang mengenai pembangunan tempat pemeliharaan sangatlah penting. Untuk jangka waktu yang cukup lama, tempat pemeliharaan merupakan aset yang berharga untuk reproduksi.
3.        Pengairan
Air merupakan hal yang vital bagi kehidupan ikan. Oleh karena itu sumber air perlu dijaga walaupun berada diluar wilayah pemeliharaan. Bila musim hujan atau banjir, usahakan jangan sampai kolam menjadi tergenang sehingga ikan hilang atau hanyut terbawa air. Sementara pada musim kemarau, penambahan air perlu dlakukan agar kolam tidak kering.
Pintu saluran air sebaiknya rutin diperiksa. Hal ini penting untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran air. Selain itu juga jangan sampai air keruh dan lumpur yang pekat masuk kedalam kolam. Air yang keruh karena banyak mengandung lumpur bisa mengurangi nafsu makan ikan. Lain halnya bila air agak keruh karena dipenuhi ganggang atau plankton. Sebagai sumber makanan bagi ikan, keberadaan ganggang atau plankton perlu perhatikan.
4.        Pakan/pemupukan
Pakan dan pemupukan mempengaruhi pertumbuhan ikan dalam habitatnya. Pakan yang dikonsumsi ikan akan memberikan sebuah suplai energi dalam tubuh sehingga akan merangsang pertumbuhan. Sedangkan pemupukan bertujuan untuk menyuburkan kolam sehingga akan tumbuh pakan alami yang berguna juga untuk pertumbuhan ikan budidaya.
·            Pakan
Peranan pakan sangat penting untuk meningkatkan produksi. Jika pakan yang diberikan hanya seadanya maka produksi yang dihasilkan akan sedikit. Kandungan gizi pakan lebih berperan dibandingkan jumlah yang diberikan. Jika ikan sudah kenyang maka pakan yang diberikan akan dibiarkan saja tanpa disentuh lagi. Oleh karena itu, usahakan pada pakan sudah terkandung zat-zat makanan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan. Pakan buatan sendiri atau buatan pabrik tidaklah jadi masalah.
Protein, lemak, dan karbohidrat penting terdapat dalam pakan ikan. Protein mutlak diperlukan oleh ikan. Karbohidrat diperlukan dalam jumlah yang berbeda, tergantung jenis ikannya.
Bahan untuk pakan bisa berupa bahan nabati, seperti kacang-kacangan, dedak, biji kapuk, dan daun-daunan, seperti turi, ketela pohon dan lamtoro. Ada juga yang berupa bahan hewani yang sudah berbentuk tepung, seperti tepung ikan, kepala udang, tulang dan tepung darah. Bahan tambahan diperlukan juga, antara lain bahan anti-oksidan, ragi, vitamin, garam dapur, serta bahan perekat, seperti tepung kanji dan agar-agar.


·            Pemupukan
Dalam air tambak, kolam dan sungai, biasanya terdapat pakan alami bagi ikan. Pakan alami itu bisa berupa plankton, ganggang atau tumbuhan air lainnya. Untuk mendorong pertumbuhan pakan alami dapat dilakukan pemupukan. Caranya dengan menggemburkan tanah tambak atau kolam, kemudian digaruk dan diberi pupuk. Pupuk yang biasa digunakan untuk keperluan ini adalah gabungan dari pupuk buatan dan pupuk alam. Pupuk alam yang dipakai umumnya kotoran sapi, kambing, kerbau, ayam, serta pupuk hijau atau kompos. Pupuk buatan yang diberikan umumnya urea dan TSP.
5.        Pengendalian hama dan penyakit
Hama dan penyakit merupakan faktor pengganggu yang sangat mengancam keberhasilan usaha budidaya. Hama yang banyak mengganggu di bidang perikanan, antara lain bermacam-macam ikan liar, kepiting, burung, ular dan linsang. Untuk membasmi hama yang hidup di air dapat menggunakan bahan beracun organik, seperti tepung biji teh yang mengandung racun saponin, akar tuba yang mengandung racun rotenon, atau tembakau yang mengandung racun nikotin.
Bahan kimia beracun tidak dianjurkan untuk membasmi hama karena mempunyai daya tahan di kolam atau tambak. Selain hama, beberapa penyakit juga sering menyerang ikan. Penyakit tersebut antara lain disebabkan oleh protozoa, bakteri, cendawan, atau virus. Hal yang penting untuk pengendalian hama dan penyakit ini, yaitu perawatan dan pemeliharaan kualitas air.
2.5  Aspek Pemasaran
Pemasaran merupakan aspek yang sangat mendasar dalam mencapai keuntungan. Pasar sangat penting untuk kelangsungan produksi. Jika kemampuan pasar untuk menyerap produksi sangat tinggi maka tidak menjadi masalah. Dengan penentuan harga jual yang tepat, keuntungan akan mudah diperoleh.
Jika produksi telah berjalan maka keberhasilan pengusaha perikanan ditentukan oleh kemampuannya dalam menganalisis pasar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang pengusaha perikanan sebelum melangkah ke aspek pemasaran, yaitu sasaran pemasaran, persaingan dan strategi pemasaran. (Tim penulis Penebar Swadaya, 2007).
2.6  Aspek Keuangan
Setiap orang atau perusahaan yang bergerak dalam suatu bisnis tertentu pasti berharap untuk mendapatkan laba atau keuntungan yang memadai. Modal dan keuangan merupakan aspek penting dalam kegiatan suatu bisnis. Tanpa modal, usaha tidak dapat berjalan walaupun syarat-syarat lain untuk mendirikan bisnis sudah dimiliki.
Sistem keuangan mengatur sirkulasi modal seluruh kegiatan usaha, mulai dari investasi dasar sebagai awal mula usaha hingga dana untuk modal operasi. Pengelolaan keuangan sebaiknya dilakukan secara ketat, rinci dan disiplin  memiliki pembukuan yang teratur, sehingga dapat dilihat apakah untung, rugi atau hanya kembali modal. Perencanaan yang teratur sangat bermanfaat bagi usaha perikanan untuk mendapatkan sasaran berupa suatu usaha yang sehat dan menguntungkan bagi kelangsungan usaha itu sendiri.
Modal untuk melakukan usaha perikanan dapat diperoleh melalui bank. Umumnya, bantuan tersebut dalam bentuk kredit. Kredit yang diperoleh dari bank inilah yang dapat dimanfaatkan untuk menaikkan volume usaha dan jumlah produksi. Selain meminjam bank, pengusaha juga dapat mencari mitra usaha untuk ikut menanamkan modalnya dibisnis perikanan yang sedang dijalankan. (Tim penulis Penebar Swadaya, 2007).












BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan selama 1 bulan terhitung sejak tanggal 03 mei – 03 juni 2012 yang bertempat di tambak tradisional Masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis menulis, kamera dan kuisioner.
3.3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Penelitian survei dilakukan dengan cara mengambil sampel dari sistem observasi budidaya dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer.
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Tahap Persiapan Penelitian  
Data yang diambil dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh pada saat melakukan observasi di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Desa setempat dan DKP Kabupaten Kupang.
3.4.2. Tahap Penentuan Pengamatan
Penentuan sampling dalam pengambilan data dilakukan dengan melakukan persentase jumlah pembudidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo dari sistem pemasaran dengan dilihat seberapa banyak pembeli yaitu sebesar (30%).
3.4.3. Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui proses budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, data yang dikumpulkan meliputi :
1.      Aspek produksi meliputi perencanaan produk, perencanaan lokasi usaha, perencanaan standar produksi, serta perencanaan dan pengadaan tenaga kerja.
2.      Aspek pemasaran meliputi kemampuan pasar untuk mendistribusikan hasil produksi ke tangan konsumen.
3.      Aspek keuangan meliputi kegiatan mengelola keuangan dalam suatu usaha. Pengumpulan data menggunakan kuisioner sebagaimana terlampir dalam lampiran.
Data yang sudah terkumpul kemudian ditabulasi dan dimasukkan dalam data shell. Data yang sudah ditabulasi kemudian dianalisis dan diolah untuk membuat kesimpulan atau keputusan.
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh akan didefenisikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan analisis proporsi persentase jawaban menggunakan rumus sebagai berikut :

% =

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Desa Bipolo merupakan salah satu desa yang berada pada bagian pesisir Teluk Kupang. Lokasi ini dilalui oleh beberapa anak sungai yang membawa sedimen dari Gunung Fatuleu dan sekitarnya hingga ke pesisir pantai, sehingga tanah yang berada pada kawasan tersebut merupakan campuran antara pasir dan lumpur sungai. Secara administratif Desa Bipolo merupakan bagian dari Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang yang berjarak sekitar 49 km dari ibukota kabupaten, dan 33 km dari ibukota kecamatan. Luas wilayah Desa Bipolo adalah 41,47 km2.
Luas lahan tersebut terdiri dari sawah seluas 331 ha, lahan kering seluas 3.530,25 ha, dan sekitar 1.563 ha hutan negara. Jumlah penduduk Desa Bipolo pada tahun 2004 mencapai 1.593 jiwa terdiri 337 KK. Berdasarkan profil rumah tangga miskin Kabupaten Kupang terdapat 226 KK atau sekitar 67 % KK tergolong dalam keluarga miskin. Kepadatan penduduk 39 jiwa/km2. Pada daerah agraris kepemilikan lahan sangat menentukan kondisi ekonomi suatu wilayah. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah petani yaitu sebanyak 221 KK, lebih dari setengahnya merupakan petani ikan, yaitu enam orang petani ikan kolam dan 123 orang petani ikan tambak. Kepemilikan lahan sawah mencapai 1,4 ha/KK petani, meskipun kepemilikan lahan ini melebihi batas mimimal luas lahan yang harus dimiliki petani untuk hidup layak yaitu 0,8 ha/KK petani, luasan ini belum cukup mengingat produktivitas lahan yang rendah.
Produksi perikanan di Desa Bipolo pada tahun 2007 mencapai18 Ton, khususnya ikan bandeng, serta dari jenis kepiting, udang halus, kerang, keong, ikan, dan lain-lain yang mencapai 231 Ton. Tambak merupakan salah satu alternatif pemanfaatan lahan mengingat sebagian besar lahan yang ada merupakan lahan kering dengan produktivitas rendah. Desa Bipolo terletak di pinggir pantai sehingga memiliki garis pantai yang mungkin untuk pengembangan tambak (DKP propinsi NTT, 2007).
4.2    Gambaran Umum Kegiatan Budidaya Bandeng
Kegiatan usaha budidaya di tambak budidaya petani masyarakat Desa Bipolo, ada beberapa persiapan yang perhatikan guna menunjang keberhasilan budidaya tersebut. Persiapan yang dilakukan diantaranya yaitu dengan menyiapkan lokasi tambak dengan pembersihan tambak serta pemberian pupuk dengan menggunakan pupuk TSP dan Urea dimana perbandingan pupuk yaitu 1 karung pupuk TSP ditambah 1 karung pupuk urea/tambak, selain itu juga diberikan pupuk kandang.
Setelah pemupukan, tambak langsung diberi air. Setelah air telah memenuhi tambak, selanjutnya ikan dilepas dan dilakukan pemeliharaan.ikan yang dilepas dalam stadia nener. Benih ikan yang dibudidayakan didatangkan dari Jawa Timur, Surabaya. Tiap tambak disebar benih >500 individu /hektar tambak. Selama melakukan pemeliharaan, pakan yang diberikan adalah dedak padi dan ampas kelapa.
4.3 Perencanaan lokasi
1.      Aspek Teknis – Ekonomis
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh perencanaan lokasi usaha budidaya ikan bandeng, ditinjau dari aspek teknis - ekonomis di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Aspek teknis-ekonomis dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat desa bipolo.
No
Komponen
Kategori
Jumlah
Persentase (%)
1
Tanah
Pribadi
10
100 %
2
Jenis usaha budidaya
Pribadi
Kelompok
4
6
40 %
60 %
3
Biaya
·         Sumber biaya usaha

·        Transportasi

Sendiri
Kelompok
> 3 juta

4
6
10

40 %
60 %
100 %
4
Sarana jalan
Kurang baik
10
100 %
5
Tenaga kerja
Sendiri
Kelompok
4
6
40 %
60 %
6
Umur
39 thn
38 thn
37 thn
36 thn
35 thn
32 thn
3
2
2
1
1
1
30 %
20 %
20 %
10 %
10 %
10 %
7
Pendidikan
SMA
10
100 %
8
Sarana listrik
Tidak tersedia
10
100 %
Tabel 1. Memperlihatkan bahwa tanah yang digunakan oleh masyarakat Desa Bipolo untuk kegiatan budidaya kepemilikannya dominan bersifat pribadi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 responden, 40% diantaranya memiliki usaha yang bersifat pribadi, dan 60% bersifat kelompok yaitu gabungan dari beberapa individu. Sumber biayanya berasal dari milik pribadi, sedangkan 60% lainnya berasal dari milik kelompok yang dikelola melalui kegiatan kelompok dan digunakan untuk kegiatan budidaya. Biaya ini menyangkut transportasi, baik itu dari lokasi usaha dengan tempat penyedia bahan produksi, ataupun lokasi usaha dengan tempat pemasaran. Modal yang digunakan untuk penyediaan alat transportasi dan bahan produksi rata-rata berkisar > 3 juta juta rupiah.
Sarana dan prasarana pendukung berupa jalan dan listrik juga diperlukan dalam usaha budidaya, bila aspek ini tidak diperhatikan karena  dapat menaikkan biaya operasional karena biaya pemasaran atau biaya pengangkutan meningkat. Suatu lokasi budidaya yang baik harus memiliki sarana jalan terlebih dahulu sehingga mudah dijangkau. Kondisi sarana jalan yang ada di lokasi tambak Desa Bipolo kurang baik. Hal ini karena banyaknya jalan yang rusak dan merupakan salah satu faktor penghambat dalam melakukan kegiatan budidaya (Nasution, 2005).
Listrik sangat diperlukan dalam menjalankan usaha perikanan, selain untuk sarana penerangan, listrik diperlukan untuk menjalankan sarana elektronik lain, seperti pompa dan blower. Sementara sarana irigasi mutlak diperlukan, mengingat ikan merupakan organisme yang memerlukan sirkulasi atau pergantian air. Selain itu, dalam menjalankan usaha perikanan non-budidaya, air sangat diperlukan untuk menjaga kebersihan dan untuk aktivitas pencucian sarana lain.
Lokasi tambak di Desa Bipolo tidak didukung dengan sarana listrik sehingga berpengaruh terhadap faktor keamanan pada malam hari. Sedangkan untuk mendukung kegiatan operasional seperti penggunaan pompa air, selama ini petambak menggunakan genset, sehingga menambah biaya yang harus dikeluarkan.
Masyarakat Desa Bipolo melakukan usaha budidaya secara individu dan berkelompok. Usaha yang dilakukan secara individu tenaga kerjanya berasal dari anggota keluarga sendiri, sedangkan usaha budidaya yang dilakukan secara berkelompok memiliki tenaga kerja yang berasal dari anggota kelompok itu sendiri, rata-rata berjumlah 5-6 orang. Rata-rata pendidikan terakhir yang dimiliki tenaga kerja adalah SMA dengan umur berkisar antara 32-39 tahun.
2.      Aspek Iklim
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh perencanaan lokasi usaha ikan bandeng di tinjau dari aspek iklim di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Aspek iklim dalam manajemen usaha  budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
No
Komponen
Tanggapan Responden
Persentase (%)
1
Masa budidaya
Sepanjang tahun
100 %
2
Musim budidaya
Antara bulan Desember – Januari
100 %
3
Kondisi curah hujan
Sangat baik
100 %
Tabel 2 memperlihatkan bahwa aspek iklim mempengaruhi keberhasilan budidaya perikanan. Umumnya bisnis perikanan tergantung pada faktor alam. Misalnya, curah hujan mempengaruhi sumber air bila curah hujannya sedikit, tentunya daerah tersebut kurang ideal untuk suatu usaha perikanan. Demikian juga sinar matahari berpengaruh terhadap kemampuan hidup dan berkembang biak ikan karena matahari mempengaruhi suhu rata-rata harian. Oleh karena itu, hendaknya jenis ikan yang akan dibudidayakan disesuaikan dengan iklim pada suatu daerah.
Hasil wawancara dari 10 responden mengatakan bahwa proses budidaya dilakukan sepanjang tahun, sedangkan bulan Desember dan Januari merupakan musim yang baik dalam melaksanakan kegiatan budidaya. Hal ini disebabkan karena curah hujan yang terjadi sepanjang bulan tersebut sangat baik. Curah hujan yang baik dapat menurunkan kadar salinitas air di lokasi budidaya dan dapat membantu pasokan air tawar yang sangat dibutuhkan oleh ikan, dikarenakan sifat dari benih ikan bandeng yang dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik di air payau.
Menurut Narto (2011), aspek iklim mempengaruhi keberhasilan budi daya perikanan. Umumnya bisnis perikanan tergantung pada faktor alam. Misalnya, curah hujan mempengaruhi sumber air bila curah hujannya sedikit, tentunya daerah tersebut kurang ideal untuk suatu usaha perikanan. Demikian juga sinar matahari berpengaruh terhadap kemampuan hidup dan berkembang biak ikan karena matahari mempengaruhi suhu rata-rata harian. Oleh karena itu, hendaknya jenis ikan yang akan dibudidayakan disesuaikan dengan iklim pada suatu daerah.
3.      Aspek Agronomis
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh perencanaan lokasi usaha budidaya ikan bandeng di tinjau dari aspek agronomis di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Aspek agronomis dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
No
Komponen
Tanggapan responden
Persentase (%)
1
Topografi lahan budidaya
Berada dekat sungai dan laut
100 %
2
Lokasi tambak
Berada dekat daerah persawahan
100 %
3
Jenis tanah
Berlumpur
100 %
4
Sumber air
Ø  Tawar
Ø  Laut

Dari mata air oenelu
Dari muara

100 %
100 %
Tabel 3 memperlihatkan bahwa dari 10 responden yang diwawancara mengatakan bahwa keadaan topografi harus diperhatikan, hal ini disebabkan apabila tidak sesuai maka akan berdampak pada perkembangan biota yang dibudidayakan. Keadaan topografi dari lahan budidaya berada didekat sungai dan laut, tanahnya tidak bergelombang dan berada dekat didaerah persawahan. Kondisi tanah berlumpur merupakan substrat yang baik untuk ikan bandeng dan memiliki sumber air tawar yang berasal dari mata air oenelu. Hal ini berjalan dengan baik karena lokasi tersebut cocok untuk tempat memelihara ikan bandeng.
Daerah pertambakan sebaiknya dihindarkan dari tempat yang tanahnya bergelombang, sebab akan banyak memerlukan biaya dalam penggalian dan perataan tanah. Selain itu penggalian tanah yang banyak dan dalam akan menyebabkan lapisan tanah atas yang subur terbuang, sehingga untuk menyuburkan kembali tanah tersebut memerlukan pemupukan dosis tinggi dan dalam waktu yang lama. Daerah dekat sungai dan pantai pada umumnya merupakan daerah yang baik untuk pertambakan.
Menurut Kordi (2009), cakupan aspek agronomis antara lain topografi, lokasi, jenis tanah, dan kondisi tanah, serta jenis perairan yang ada di lokasi tersebut. Untuk lokasi budi daya air payau dan laut, kadar salinitas juga ikut mempengaruhi jenis ikan. Misalnya pada tambak. Tambak yang letaknya jauh dari pantai dan dekat sungai mempunyai salinitas rendah. Sementara tambak yang dekat dengan pantai dan sungai mempunyai salinitas sedang. Kedua jenis tambak tersebut cocok untuk tempat memelihara ikan bandeng atau udang karena pengeringannya mudah dilakukan sehingga mudah dipupuk. Bila menggunakan tambak yang dekat sekali dengan pantai, kadar salinitasnya tinggi dan pengeringan airnya sulit sehingga tidak cocok untuk usaha bandeng dan udang.
Murtijo 2007,  juga mengatakan bahwa topografi harus diperhatikan karena bila tidak sesuai, perkembangan ikan akan terganggu. Misalnya, ikan akan kekurangan nafsu makan bila hidup di dataran tinggi (suhu terlalu dingin). Pemilihan lokasi, penting sekali memperhatikan faktor pencemaran. Perlu diperhatikan ada tidaknya industri atau kegiatan-kegiatan yang dapat merusak sumber air di sekitar lokasi. Bila kondisi airnya tercemar akan mengganggu pertumbuhan ikan walaupun telah menggunakan benih unggul. Selain itu, kandungan limbah yang terdapat pada ikan juga akan membahayakan orang yang mengonsumsinya.
Selain mempertimbangkan ketiga aspek di atas, perlu juga melihat aspek lingkungan sosial budaya masyarakat di sekitar lokasi, dan kebijaksanaan pengembangan usaha dari pemerintah. Masyarakat di sekitar lokasi usaha perikanan sebaiknya mendukung usaha yang dijalankan dan borientasi terhadap bisnis. Adanya kemungkinan kompetisi dengan pengusaha setempat juga perlu dipertimbangkan.
4.3 Teknis Budidaya
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh, teknis budidaya dari manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Teknis budidaya dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.

No
Komponen
Tanggapan Responden
Persentase (%)
1
Sistem budidaya
Monokultur
100 %
2
Kegiatan sebelum penebaran benih
Pengapuran dan pemupukan
100 %
3
Jenis ikan
Bandeng
100 %
4
Benih berasal dari
Hacthery
100 %
5
Ukuran ikan
Nener
100 %
6
Banyak benih yang di tebar
2500-3000 individu
100 %
7
Jenis pengangkutan
·         Terbuka
·         Tertutup


Tertutup, karena diambil dari luar Kupang (Jawa)


100 %
8
Pemupukan
·         Berapa kali
·         Jenis pupuk
·         Dosis pupuk

1 x pemupukan
TSP dan Urea
1:1

100 %
100 %
100 %
9
Pengapuran
Ø  Dosis kapur

4 karung

100 %
10
Jenis pakan
Ø  Alami
Ø  Buatan


Campuran dedak padi dan ampas kelapa


100 %
Tabel 4 memperlihatkan bahwa dari 10 responden yang diwawancara, sistem budidaya yang diterapkan adalah bersifat monokultur dengan ikan bandeng sebagai ikan yang dibudidaya. Budidaya monokultur adalah sistem budidaya yang hanya memelihara 1 jenis ikan saja, seperti halnya di Desa Bipolo dimana tambak tersebut hanya di pelihara ikan bandeng. Benih yang digunakan untuk kegiatan budidaya semuanya didatangkan dari hasil pembenihan hatchery di Jawa Timur, Surabaya. Ukuran ikan yang digunakan yaitu ikan dalam stadia nener yang berukuran rambut dengan padat tebar 2500-3000 individu pada masa awal budidaya dengan panjang tambak 100 m dan lebar 80 m. Benih diangkut dengan menggunakan sistem pengangkutan tertutup, karena benih yang didatangkan berasal dari luar Kupang dengan jarak yang cukup jauh.
Murtidjo (1991) mengatakan bahwa pengapuran dan pemupukan dilakukan sebelum penebaran benih dilakukan.  Pengapuran dilakukan dengan tujuan membunuh hama penyakit yang masih berada di area tambak dan jumlah kapur yang digunakan 4 karung/tambak. Pemupukan dilakukan untuk menyuburkan tanah sehingga dapat menumbuhkan pakan alami pada lokasi tambak tersebut. Pemupukan biasanya dilakukan sebelum air dimasukkan kedalam tambak. Setiap siklus budidaya dilakukan 2 kali pemupukan dengan perbandingan 1:1 dimana 1 karung pupuk TSP dan 1 karung pupuk urea. Pakan yang diberikan berupa pakan alami dan buatan. Dari keseluruhan pembudidaya yang ada, 80% memberikan pakan alami dan buatan. Pakan buatan yang diberikan berupa dedak padi yang di campur dengan ampas kelapa.
Setelah dapat memilih lokasi tambak yang baik untuk budidaya maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan tambak tersebut agar dapat digunakan untuk membudidayakan ikan bandeng. Kegiatan yang harus dilakukan dalam persiapan tambak budidaya ikan bandeng meliputi perbaikan komponen tambak, yaitu pematang, pintu air, caren dan saluran, serta pengelolaan tanah dasar tambak.
Pematang tambak harus dibuat kokoh, karena fungsi pematang tambak adalah menahan air didalam tambak. Oleh karena itu pematang harus diperbaiki setiap akan digunakan untuk budidaya. Perbaikan ini meliputi penambalan kebocoran dan meninggikan pematang.
Saluran air pada tambak budidaya bandeng ada dua macam yaitu saluran air masuk dan saluran air keluar. Tinggi dasar saluran air masuk lebih rendah daripada dasar tambak untuk mengurangi pelumpuran dalam tambak. Dasar saluran air keluar minimal 15 cm lebih rendah dari dasar tambak terendah agar tambak dapat dikeringkan dengan sempurna.
Dasar tambak budidaya ikan bandeng biasanya adalah tanah. Oleh sebab itu, dalam persiapan tambak bandeng harus dilakukan pengelolaan tanah dasar agar pakan alami (kelekap) yang sangat dibutuhkan oleh ikan bandeng dapat tumbuh subur. Pengeringan tanah dasar kolam dilakukan dengan tujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang ada didasar tambak. Pengeringan dilakukan dengan mengeluarkan semua air dalam tambak kemudian dilakukan penjemuran. Selama proses tersebut dilakukan kegiatan pengolahan tanah dasar, misalnya pencangkulan, lalu dikeringkan selama 3-5 hari sampai tanah dasar tambak tersebut mengering. Tujuan pengapuran adalah mempertahankan kestabilan derajat keasaman (pH) tanah dasar kolam dan air, serta memberantas hama penyakit. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam.
Dalam satu petak tambak sebaiknya terdapat pintu pemasukan air dan pintu pengeluaran air, untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran air didalam tambak. Pembuatan pintu air dapat dibuat dari papan atau pipa paralon yang dilengkapi dengan pipa tegak untuk pergantian air. Selain itu pada pintu pemasukan sebaiknya dilengkapi dengan waring untuk mencegah ikan liar masuk ke dalam petak tambak.
Kordi (2007), Benih/nener dapat berasal dari alam dan hatchery, yang akan digunakan untuk usaha pembesaran ikan bandeng ditambak, harus nener yang sehat. Nener yang sehat dapat dilihat dari ciri-ciri umumnya yaitu :
1.      Tubuhnya mulus, tidak terdapat luka, kemerahan
2.      Sirip-siripnya utuh; tidak cacat, patah-patah
3.      Warnanya tidak kusam
4.      Gerakannya aktif
Ukuran ikan yang ditebar ke tambak pembesaran bisa dimulai dari ukuran nener sampai gelondongan, yang membedakannya adalah waktu pemeliharaan ditambak pembesarannya.
Padat penebaran nener ditambak pembesaran berkisar antara 4-5individu/m2 untuk ukuran nener bandeng 1-2 cm. Sedangkan untuk nener yang berukuran 1–3 cm, padat penebarannya berkisar antara 2–3 individu/m2. Untuk benih bandeng yang berukuran 12–15 cm yang disebut gelondongan ditebar ke tambak pembesaran dengan padat penebaran 10000 individu/ha.Nener yang akan di tebar terlebih dahulu di catat jumlahnya, untuk memudahkan perhitungan pakan yang di berikan dan target produksi yang akan di hasilkan. Nener perlu di aklimitasi sebelum dilakukan penebaran .
Aklimatisasi ini bertujuan untuk menyesuaikan kondisi lingkungan dimana nener itu berada dengan kondisi lingkungan tambak pembesaran. Caranya kantong plastik yang terisi nener, dikurangi airnya secara bertahap dan digantikan dengan air yang ada dalam tambak pembesaran. Selanjutnya, secara perlahan-lahan nener bandeng yang ada didalam kantong platik akan keluar kedalam tambak pembesaran jika sudah terjadi penyesuaian.
Pada sistim budidaya tradisional pakan bandeng hanya memanfaatkan kelekap yang tumbuh di tambah apabila kelekap sebagai sumber pakan di tambah mulai habis maka dapat di lakukan pemupukan kembali. Pemberian pelet atau pakan ikan merupakan pakan tambahan, pellet di berikan dua kali dalam satu hari pada pagi dan sore hari. Pada umumnya selama 7 - 10 hari sesudah pelepasan nener, tidak dilakukan penggantian air. Selama itu nener tambah menjadi lebih besar dan perlu adanya saringan di pintu yang dapat menahan nener keluar, akan tetapi dapat memasukkan air ke dalam petakan. Penyegaran dapat dilakukan dengan mengalirkan air ke luar kemudian diganti dengan air pasang yang baru. Saringan perlu di cek setiap saat membuka pintu. Penutupan harus dilakukan dengan hati-hati, terutama dalam pemasangan papan-papan pintu.
Nener tumbuh lebih cepat pada air yang berkadar garam agak rendah. Oleh karena itu perlu pada musim kemarau dilakukan penyegaran dengan penggantian air. Penyegaran yang dilakukan pada musim hujan terutama untuk menjaga (memelihara) klekap atau untuk memperbaiki kondisi air. Jikalau plankton merupakan makanan utama diperlukan kadar garam yang rendah dan sering ada hujan akan lebih bermanfaat (Kordi, 1997).
4.4 Pemasaran
Berdasarkan hasil penelitian di tinjau dari sistem pemasaran, manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Sistem pemasaran dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.

No
Komponen
Tanggapan Responden
Persentase (%)
1
Sifat budidaya
Menunggu konsumen datang
100 %
2
Ukuran ikan jual
Menjual ikan dengan L 7cm, P 30cm. 3 individu/1kg
100 %
3
Konsumen yang dituju
Tidak ada
100 %
4
Persaingan
Tidak ada persaingan
100 %
5
Sistem pembayaran
4      langsung,
6   tidak langsung
40 %
60 %
6
Sarana dan prasarana
Cukup memadai
100 %
7
Pasca panen
Langsung dijual
100 %
8
Sistem penanganan
Menggunakan es
100 %
Tabel 5 memperlihatkan bahwa dari 10 responden yang diwawancara mengatakan bahwa sistem pemasaran yang digunakan oleh pembudidaya yaitu menunggu konsumen datang. Ukuran ikan yang dijual panjang 30 cm dan lebar 7 cm atau 3 individu/kg. Menurut Kordi(2009), untuk mencapai berat ikan bandeng sebesar 3 ons atau 3 ind per kg, perlu ditunjang dengan pemberian pakan yang baik (bermutu atau berkualitas). Pembeli biasanya berasal dari NTT dan produk tersebut ada yang dikirim ke Jawa untuk dijual dan dilakukan penangan lanjut. Sebelum ikan dikirim, penanganan yang dilakukan yaitu dengan pemberian es agar ikan tidak cepat rusak.
Nasution (2005), mengatakan bahwa kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen, atau dengan kata lain bahwa perusahaan harus benar-benar memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan.
Dalam pemasaran tidak dijumpai persaingan dan penjualan. Sistem pembayaran dilakukan secara langsung dan tidak langsung yang terjadi pada saat transaksi penjualan.  Semua jenis usaha baik usahanya berskala besar maupun berskala kecil sudah tentunya membutuhkan biaya untuk memulai usaha tersebut. maka faktor pemasaran mempunyai arti sangat penting dalam suatu kegiatan usaha. Oleh karena itu pemasaran perlu dikelola dengan baik dan benar.
Pemasaran merupakan aspek yang sangat mendasar dalam mencapai keuntungan suatu usaha. jika produk yang dihasilkan tidak memiliki sarana pasar maka produk tersebut tidak akan terjual, oleh karena itu sebelum melakukan usaha seorang pengusaha sebaiknya berpikir dan berorientassi ke aspek pemasaran. Menurut Djanaid (2009), bahwa pasar adalah orang-orang yang mempunyai kebutuhan untuk dipuaskan, mempunyai uang untuk melakukan pembelian dan kemauan untuk membelanjakannya.
Menurut Dardiani (1999), bahwa pasar sangat penting untuk kelangsungan kegiatan produksi, jika kemampuan pasar untuk menyerap produksi sangat tinggi maka pengusaha dapat menentukan harga jual produk yang diproduksi sesuai dengan yang diinginkan dengan penentuan harga jual yang tepat maka keuntungan akan mudah diperoleh. Ada beberapa hal yang harus perlu diketahui oleh pengusaha di bidang perikanan, khususnya pengusaha ikan sebelum melangkah ke sapek pemasaran yaitu : sasaran pemasan, persaingan dan strategi pemasaran.
Sarana dan prasarana yang ada pada saat pengangkutan sudah cukup memadai sehingga memudahkan dalam proses pemasaran. Ikan yang telah dipanen di beri pananganan pasca panen yaitu dengan cara pemberian es agar ikan tidak mudah rusak sehingga dapat langsung dijual ke konsumen.
4.5 Keuangan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ditinjau dari sistem keuangan dari manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang di sajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Sistem keuangan dalam manajemen usaha budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.
No
Komponen
Tanggapan Responden
Persentase (%)
1
Jumlah modal
>Rp. 2-3 juta
100 %
2
Asal modal
Milik pribadi
Milik kelompok
40 %
60 %
3
Sistem pembukuan
Ya
100 %
4
Penyusunan anggaran
Ya
100 %
5
Keuntungan
5 juta, dan masih digunakan dalam kegiatan budidaya selanjutnya
100 %
Tabel 6 memperlihatkan bahwa dari 10 responden yang di wawancarai mengatakan modal yang digunakan dalam satu siklus produksi berkisar >2-3 juta rupiah dengan kepemilikan modal bersifat pribadi dan kelompok. Sistem pembukuan juga telah dilakukan dan di kelola dengan baik dan benar sehingga penyusunan anggaran untuk alokasi dana dapat digunakan secara tepat. Satu kali siklus produksi mendapat keuntungan > 5 juta rupiah yang sebagiannya digunakan sebagai modal untuk kegiatan produksi berikutnya.
Kordi (2009), Biaya operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan ketika tambak dioperasikan untuk memelihara bandeng. Budidaya bandeng memerlukan bibit dan pakan. Untuk menambah sediaan makanan alami maka diperlukan pemupukan pada tambak. Untuk mengelola tambak diperlukan tenaga kerja.
Biaya operasional terbesar (lebih dari 50%) adalah biaya pakan. Salah satu ciri penting pengelolaan tambak semi intensif adalah pemberian pakan. Biaya pakan menjadi cukup besar sebab pakan yang diberikan adalah pakan buatan pabrik yang saat ini harganya masih sangat tergantung pada harga bahan baku pakan yang sebagian besar masih didatangkan dari pasar luar negeri.
Biaya kedua terbesar (sekitar 10%) adalah biaya tenaga kerja. Tenaga yang diperlukan adalah 2 tenaga upahan tetap dan 1 tenaga pemilik, dengan upah sesuai jumlah produksi dan tenaga tidak tetap yang diperlukan saat panen. Dua tenaga upahan bertugas untuk mengelola tambak sekaligus menjaga tambak selama 24 jam. Pemilik tambak diasumsikan menerima upah yang sama dengan pekerjanya. Informasi dari petambak menyatakan bahwa sebagai pemilik pekerjaan yang harus dilakukan hanyalah mengawasi pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pekerjanya dan mengatur administrasi tambak yang tidak dilakukan secara formal (tidak ada pembukuan yang dilakukan). Dengan demikian upah itupun telah memadai bahkan upah ini sudah termasuk biaya untuk membayar listrik penerangan tambak dan biaya administrsi lain. Itulah sebabnya biaya administrasi tidak lagi diperhitungkan tersendiri.















BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarakan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1.      Tambak tradisional budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo sudah menerapkan sistem perencanaan.
2.      Tambak tradisional budidaya ikan bandeng di Desa Bipolo sudah dilakukan dengan sistem monokultur.
3.      Pemasaran ikan bandeng dilakukan secara langsung dilokasi budidaya dan di kirim ke jawa untuk di jual lagi.
5.2  Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
a.      Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai aspek pemasaran dan aspek keuangan di tambak tradisional masyarakat Desa Bipolo.
b.      Sosialisasi pemasaran ikan bandeng perlu ditingkatkan, sehingga pada akhirnya masyarakat dapat menghasilkan ikan bandeng sesuai dengan kriteria mutu pemasaran.





DAFTAR PUSTAKA
Amri K,  2007. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Edisi VI. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Hal. 4 – 5, 7 – 8 dan 12.
Anonymous. 2009. Standar Nasional Indonesia (SNI) produksi bandeng ukuran konsumsi
(SNI 7309:2009)
Djanaid D. 1999. Buku Ajar Kewirausahaan. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (LP3) Universitas Brawijaya, Malang. Hal. 184 dan 194. (Tidak Dipublikasikan).
Khotima, K, S.T Sutanto, Maleha, E.S Hani. 2002. Evaluasi Proyek dan Perencanaan Usaha, Gahalia Indonesia, Malang
Kordi MGH. 2007. Pembenihan Bandeng. PT. Perca, Jakarta.
Murtidjo, BA. 2007. Seri Budidaya Bandeng Tuntunan bagi Petambak dan Peminat Budidaya Bandeng Intensif. Kanisius Yokyakarta.
Soesono S. 1988. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. PT. Gramedia, Jakarta.
Tim penulis PS Edisi Revisi. 2007. Agribisnis Perikanan, Penebar Swadaya, Jakarta




















Lampiran 1. Kuisioner
Nama Responden
:
Tanggal Pengambilan Data
:
Jenis Kelamin
:
Judul
: Manajemen Usaha Budidaya Ikan Bandeng Di Tambak Tradisional Masyarakat Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang
KUISIONER
A.    Perencanaan lokasi usaha
1.      Aspek teknis-ekonomis
a.       Apakah tanah yang digunakan bersifat milik pribadi atau sistem sewa?
b.      Apakah dalam melakukan usaha budidaya dibentuk secara kelompok atau individu?
c.       Sumber biaya usaha berasal dari mana?
d.      Berapa besar biaya transportasi yang dibutuhakan dalam  penyediaan bahan produksi?
e.       Bagaimana kondisi dari sarana jalan yang ada?
f.       Berapa jumlah tenaga kerja yang di pekerjakan?
g.      Tenaga kerja yang bekerja ditambak berkisar antara umur berapa sampai berapa?
h.      Apa pendidikan terakhir dari para tenaga kerja yang bekerja di tambak?
i.        Apakah sarana listrik tersedia di lokasi tambak?

2.      Aspek iklim
a.       Apakah budidaya dilakukan sepanjang tahun?
b.      Musim yang baik untuk budidaya, kapan?
c.       Apakah curah hujan sangat baik dalam proses budidaya?
3.      Aspek agrionomis
a.       Bagaimana topografi dari lahan budidaya tersebut?
b.      Lokasi tambak berada dimana?
c.       Bagaimana jenis dan kondisi tanah dari tambak tersebut?
d.      Sumber air laut dan air tawar berasal dari mana?
B.     Teknis budidaya
a.       Bagaimana sistem budidaya yang diterapkan?
a.       Monokultur
b.      Polikultur
b.      Kegiatan apa saja yang dilakukan sebelum penebaran benih?
c.       Jenis ikan apa yang dibudidayakan?
d.      Apakah benih yang didapat berasal dari :
a.       Alam, ketersediaannya bagaimana?
b.      Hatchery, dimana dan harga belinya berapa per ekor dan ukurannya berapa?
e.       Berapa ukuran ikan yang digunakan pada saat pendederan?
f.       Berapa banyak benih yang di tebar pada awal masa budidaya?
a.       < 200 ekor
b.      200-500 ekor
c.       > 500 ekor
g.      Apakah jenis pengangkutan benih dilakukan secara tertutup atau terbuka, jelaskan?
h.      Apakah perlu dilakukan pemupukan?
a.       Ya (jelaskan)
b.      Tidak (jelaskan)
i.        Berapa kali pemupukan dalam satu siklus produksi, jenis pupuk yang digunakan serta cara penebarannya bagaimana?
j.        Berapa dosis pupuk yang digunakan dalam pemupukan di tambak?
k.      Apakah pengapuran perlu dilakukan?
l.        Berpa dosis kapur yang digunakan pada saat pengapuran tanah tambak?
m.    Jenis pakan apa yang digunakan?
a.       Pakan alami (sebutkan dan jelaskan)
b.      Pakan buatan (sebutkan dan jelaskan)
C.     Pemasaran
a.       Apakah sistem budidaya yang digunakan oleh pembudidaya sifatnya menunggu konsumen datang atau mencari konsumen?
b.      Berapa ukuran ikan bandeng yang biasa dijual untuk dikonsumsi dan berapa harga jualnya?
c.       Siapa konsumen yang dituju?
d.      Apakah ada persaingan dalam pemasaran?
e.       Apakah sistem pembayaran dilakukan secara langsung atau tidak pada waktu transaksi terjadi?
f.       Apakah sarana dan prasarana yang ada pada saat pengangkutan sudah memadai atau tidak?
g.      Apakah ikan yang di panen langsung di jual ke konsumen atau dilakukan penyimpanan terlebih dahulu?
h.      Apakah penanganan yang dilakukan pada saat pasca panen dan bagaimana caranya?
D.    Keuangan
a.       Berapa modal yang digunakan dalam satu kali siklus produksi?
b.      Apakah modal yang digunakan berasal dari kepemilikan sendiri atau dipinjam? (kalau dipinjam berasal dari mana)
c.       Apakah dilakukan sistem pembukuan yang baik dan benar dalam mengelola dana yang ada?
d.      Apakah cara penyusunan anggaran untuk alokasi dana digunakan secara tepat?
e.       Apakah keuntungan dari hasil budidaya digunakan untuk modal dalam kegiatan budidaya selanjutnya?